REZEKIKU
ATAU REZEKI AYAM...???
Di
sebuah desa berkumpul beberapa orang pemuda mereka asyiik bercengkerama dan
bercanda satu sama lainnya, tepatnya di warung kopi Bu Sumi
yang juga menjajakan jagung bakar.
Sambil menikmati kopi dan jagung bakar, mereka
terus asyik dalam perbincangan, kadang-kadang mereka terdiam dan kadang pula
mereka tertawa terbahak-bahak.
Tiba-tiba
muncul seorang pria tua renta mendatangi warung tersebut. Rambutnya
telah putih, badannya agak bongkok dan bajunya agak tak terurus.
Pak
tua itu lalu mendatangi kumpulan pemuda
tersebut sambil berkata, “Tolong, Nak.. Saya lapar sudah beberapa hari ini saya tak makan,” kata orang tua ini.
“Saya berasal dari desa di lereng gunung,” lanjutnya lagi.
Mendengar
hal itu para pemuda ini menghentikan sejenak obrolan
mereka. Namun bukannya menolong, mereka malah
tertawa terbahak-bahak melihat penampilan orang tua ini. Kemudian
seakan-akan tak menyadari kehadiran orang tua ini mereka kemudian
melanjutkan canda tawanya tanpa menghiraukan perkataan orang tua tadi.
Dengan
memelas orang tua ini kembali berkata, “Tolonglah nak... Bagi-bagilah rezeki Allah... Berilah saya beberapa
biji jagung itu...”,“Nanti Allah mudahkan rezekimu,” lanjutnya
lagi.
Tapi
kembali tak ada yang menghiraukan orang tua ini. Mereka terus saja
makan dan minum sambil tertawa-tawa. Dengan sedih orang tua itu berkata, “Mungkin tak ada rezeki saya disini yang
telah ditetapkan oleh Allah.”
“Apaaa... Rezekimu???” Tiba-tiba seorang
pemuda dengan sombongnya menghardik orang tua itu.
Pemuda
yang menghardik ini bernama Saprul. Ia memang
terkenal dengan sifat sombong dan angkuh, mungkin
karena ayahnya termasuk tuan tanah di kampung itu dan dia terlalu
dimanjakan oleh orang tuanya, sehingga cenderung meremehkan orang lain.
“Makanan dan minuman adalah hasil kerja kami, usaha
kami, waktu kami, pikiran kami dan tak ada sangkut pautnya dengan Tuhan!” katanya. “Kalau mau makan
sana kerja!” Katanya lagi dengan nada yang meninggi tanpa ada
rasa hormat kepada orang tua.
Mendengar
hal itu orang tua ini mengucapan istighfar dan berkata, “Maafkan saya , Nak.”
“Yaaaa... Pergi sana! Semua ini rezeki
kami dan tak ada rezeki orang lain!” jawabnya. Dengan sombong kembali ia berkata, “Lihat biji jagung ini rezeki siapa..?” Ujar Saprul sambil memegang biji jagung di depan
mukanya.
“Entahlah Nak... mungkin rezeki seekor ayam di negeri seberang,” jawab orang tua itu.
“Hahhh?
Apa? Rezeki ayaaaaammm???” Sahut Saprul sambil tertawa terbahak-bahak. “Ini rezeki saya!” Lanjutnya sambil
terus tertawa diikuti oleh kawan-kawannya.
Karena
terlalu asyik tertawa, tiba-tiba jagung yang dipegang di depan wajahnya terjatuh dan celakanya
biji jagung itu tidak jatuh kemulutnya melainkan masuk ke dalam lobang hidung Saprul, masuk dan
tersangkut!
Saprul
kelabakan, ia sulit bernafas... hidungnya
perih... mukanya merah padam menahan rasa sakit. Teman-temannya menjadi panik melihat apa yang terjadi
terhadap Saprul. Mereka menjadi kebingungan, segera mereka membawa Saprul pulang ke rumahnya tanpa menghiraukan
orang tua tadi.
Bingung, gaduh, kacau, itulah yang
terjadi ketika Saprul tiba di rumahnya. Saprul berteriak-teriak kesakitan, orang tuanya pun menjadi
panik.
Dipangggillah tabib untuk mengeluarkan biji jagungnya, tapi tetap tak bisa keluar. Saprul terus
merasakan perih di hidungnya.
Demikian
terus terjadi hingga suatu hari terdengar kabar ada seorang tabib di negeri
seberang yang sangat ahli dalam pengobatan. Mendengar hal itu
keluarga Saprul langsung membawa Saprul ke negeri seberang tersebut. Untuk sampai kesana mereka
harus menyeberangi lautan dengan perahu.
Singkat
cerita, mereka tiba di dermaga negeri seberang. Saprul sempoyongan turun dari perahu, ia terkena flu berat akibat hidungnya tersumbat oleh
biji jagung.
Begitu
tiba di tempat si tabib ternyata tempat itu ramai oleh pasien. Dan karena musim kemarau, banyak debu beterbangan kesana- kemari hingga membuat
Saprul tambah tak nyaman. Ia merasa terganggu oleh
debu-debu yang beterbangan. Tiba-tiba Saprul kesusahan bernapas oleh debu dan
hidungnya yang tersumbat, akibatnya ia tersedak dan bersin
dengan kerasnya. Begitu ia bersin tersembur pula biji jagung yang ada
di lobang hidungnya.
Biji jagung terbang jatuh ke tanah. Begitu mendarat biji
jagungnya langsung disambar oleh seekor ayam.
Haaap!!! Masuk ke dalam paruh ayam,
hilang tanpa bekas.
Melihat
hal itu Saprul gembira dan tertegun. Ternyata jagung ini bukan rezeki saya tapi
rezeki ayam di negeri seberang... “Betul kata orang
tua itu..!” gumam Saprul dalam hati.Akhirnya timbul penyesalan
dalam hatinya dan berjanji tidak akan mengulang perbuatannya.
Rezeki seseorang telah tertulis sebelum dia lahir ke
muka bumi dan tak akan mati sebelum rezekinya habis.
Rezekimu tak akan diambil orang lain dan
rezeki orang lain tak akan bisa kita ambil.
Dan jangan karena keterlambatan rezeki
membuat kita mencarinya dengan cara yang tak halal.
Carilah rezeki melalui Keridhaan-Nya.