Pages

Subscribe:

Ads 468x60px

Unborn 8.0 Yellow Pointer

Blogger news

Jumat, 15 Juli 2011

Mind Set

Semulia-mulianya manusia
Oleh : Rofiq Abidin


 Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa (QS al-Hujurat [49]: 13).

Kita tahu bahwa derajad taqwa adalah yang paling tinggi dihadapan Allah, meraihnya adalah hak segenap manusia. Derajat ini bukan hanya haknya ustadz, kiayi ataupun para tokoh masyarakat, namun setiap kita berhak meraihnya. Jangan hanya malu dengan keadaan sekarang, namun kita harus malu jika kita hanya merasa dan kita tidak merubahnya. Mari kita rasakan, betapa dosa kita tak bisa di undo, yang bisa kita bertaubat dan tidak mengulanginya. Jika kita mau lurus dengan kebaikan itu adalah bagian dari taqwa. Kita takut melakukan dosa itu adalah jiwa taqwa yang berbisik, kita senang melakukan kebaikan itu jiwa takwa yang bicara.
Hakikat Takwa
Takwa berasal dari kata waqâ-yaqî-waqyan, yang dalam bahasa Arab diubah menjadi taqwa untuk membedakan antara isim dan sifat, yang meliputi makna: menjaga, menjauhi, takut dan berhati-hati. Ada dua perasaan seseorang yang mendasari seseorang bertaqwa (melakukan kebaikan dan meninggalkan keburukan/kedzaliman) :
1.      Kecintaan kepada Allah
Jika kita menunaikan syari’at (perintah Allah) karena dilandasi rasa cinta kepada Allah, bermakna kita telah mengantarkan diri kita kepada kemulyaan dihadapan Allah, jika kita meninggalkan larangan Allah karena rasa cinta kepada Allah pun juga akan mendapat kemulyaan disisiNya. Seseorang yang bertaqwa akan senantiasa mendasarkan perbuatannya berdasarkan keridhoan Allah, apakah Allah ridho atau tidak. Seseorang yang sedang jatuh cinta biasanya selalu curhat apa saja yang dirasakannya, minta saran dan atau sekedar mencurahkan perasaanya, apakah menurutnya perbuatannya benar dan bijak baginya. Itu karena cinta, sehingga ia selalu mulia baginya. Begitupun jika kita cinta kepada Allah, kita akan senantiasa mendasarkan perbuatan atas keridhoanNya.
2.      Rasa takut kepada Allah
Perasaan takut untuk melakukan perbuatan dosa juga ekspresi taqwa kita, Allah yang maha perkasa dan maha berkehendak kuasa melakukan apa saja kepada kita dan jagad seisinya. Perasaan kehadiran Allah dalam setiap aktifitas kita akan membimbing jiwa taqwa kita, jadi marilah kita ikuti kata hati untuk meninggalkan perbuatan buruk, mulai dari niat, perbuatan bahkan sampai kecanduan. Jangan kita ikuti hawa nafsu, tapi ikutilah jiwa taqwa kita, karena dengan konsistensi kita, maka kita akan mulia di hadapanNya.

Amirul Mukminin Umar bin Abdul Aziz pernah berkata, takwa kepada Allah itu bukan dengan terus-menerus shaum di siang hari, shalat di malam hari atau sering melakukan kedua-duanya; takwa kepada Allah tidak lain adalah dengan meninggalkan apa saja yang Allah haramkan dan menunaikan apa saja yang Allah wajibkan. Siapa yang melakukan kebaikan setelah itu, itu adalah tambahan kebaikan di atas kebaikan. Jadi jika kita mau melakukan perbuatan karena cinta, maka mulia dihadapanNya dan jika kita meninggalkan perbuatan dosa karena takut kepadaNya itupun juga mulia. Marilah terus berlomba-lomba menjadi semulia-mulianya manusia.

Pesan Ilahiyah

Senyummu, shodaqohmu…
Oleh : Rofiq Abidin

Tersenyum merupakan ekspresi jiwa seseorang yang menyiratkan sejuta makna. Tersenyum itu memberi, maka memberikan sesuatu kepada sesama bermakna ia telah bershodaqoh, karena tersenyum itu membahagiakan orang lain. Tersenyum ramah dapat menurunkan tensi kemarahan seseorang, coba saja kita ingat, manakala kita sedang stress kemudian melihat senyum lepas putra- putri kita tercinta, rasanya nyaman dan beban dunia lenyap dan seolah ia memberi dukungan moral kepada kita untuk tetap survive. Memulai semuanya dengan senyum tentunya akan memberi keajaiban tersendiri, karena dengan tersenyum akan menyiratkan jiwa kooperatif, sehingga karunia dapat datang secara terbuka. Tersenyum untuk memaafkan terkadang teramat berat, namun memaafkan itu lebih baik daripada bershodaqoh yang diikuti celaan (ngedumel). Sebagaimana pesan Ilahi dalam Surat Al Baqarah ayat 263 :

 “Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik dari pada bersedekah yang diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan, Allah maha kaya dan maha penyantun”

Memberi maaf biasanya akan terasa tulus manaka kita sudah mau memberikan senyuman kepada seseorang yang telah menyakiti kita. Namun memaafkan yang diiringi dengan senyum akan terasa berat manakala kita masih menyimpan dendam.  Mari kita renungi kisah Rasulullah SAW, ketika beliau memberi hukuman keras terhadap orang-orang yang terlambat dan tidak ikut serta dalam perang Tabuk, beliau masih tersenyum mendengarkan alasan mereka. Ka’ab ra. berkata setelah mengungkapkan alasan orang-orang munafik dan sumpah palsu mereka : “Saya mendatangi Muhammad SAW, ketika saya mengucapkan salam kepadanya, beliau tersenyum. Kemudian beliau berkata, “Kemari. Maka saya mendekati beliau dan duduk di depan beliau”. Subhanallah, Rasulullah SAW merupakan sosok tauladan bagi segenap manusia yang dapat menahan marah dan senantiasa murah senyum kepada semua orang.

Senyum Ekspresi Keterbukaan
Tersenyum saja, semua akan terbuka. Masalah tak akan ada habisnya, karena masalah didatangkan memang sudah semestinya untuk menjadikan kita dewasa dan makin cerdas menyikapi segalanya. Jika masalah yang selalu menghinggapi suatu hubungan adalah gemboknya, maka kuncinya adalah keterbukaan serta senyum yang menjadi jawaban dari setiap masalah. Senyuman menjadi respon sosial dan ekspresi keterbukaan, dengan tersenyum kita telah membuka relasi, mengajak partner dan menjawab masalah kita dengan rasa percaya diri. Ekspresi di wajah seseorang berpengaruh langsung terhadap pola komunikasi dan bentuk interaksi sosial yang terjadi, termasuk ekspresi balasan yang ditampilkan kemudian. Tersenyum merupakan komunikasi yang digunakan sebelum seorang bayi berbicara, senyuman tidak perlu dilatih, karena senyuman  merupakan reaksi wajah seseorang. Dengan tersenyum dan membuat orang tersenyum, kita akan bisa menggembirakan orang lain, inilah senyuman yang akan bernilai kebaikan. Sebagaimana dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh HR. Muslim, Rasulullah berpesan, “Janganlah kalian menganggap remeh kebaikan itu,  walaupun itu hanya bermuka cerah pada orang lain,”. Bermuka cerah, berarti riang yang syarat dengan senyuman. Jadi tersenyum saja, semua akan membuka untuk membantu masalah anda, tapi coba anda bermuka kecut, yang ada bukan malah mendapat solusi, tapi justru akan dijauhi oleh teman, mitra dan relasi anda. Relasi adalah asset, jika kita mau menjaga asset, maka asset tidak akan segan memberi solusi. Dengan senantiasa saling ramah saat berkomunikasi maka kita akan saling terbuka dan membuka diri untuk memberi solusi di setiap masalah kita, tentunya diikuti dengan saling menjaga kepercayaan dan tanggung jawab.

Senyummu Shodaqohmu
Memberikan sesuatu kepada orang lain tak harus berupa materi, namun suatu dukungan terkadang akan terasa sangat berharga. Karena dengan dukungan moril kita menjadi bangkit dan sadar untuk tetap optimis menatap masa depan. Yang terpenting bukan di mana kita berada, namun kemana kita akan menuju. Nah untuk tetap konsisten terhadap apa yang kita tuju, itu penting. Apa hubungannya dengan tersenyum?. Sudah saya katakan di atas, bahwa tersenyum itu memberi, memberi dukungan, memberi kebahagiaan kepada orang, memberi pesan positif, hematnya tersenyum adalah shodaqoh kita yang paling mudah dan paling murah namun dahsyat kekuatannya. Senyuman ramah yang kita ingat dari orang yang kita sayangi bisa menjadi penyadar kita, bisa menjadi obat kerinduan kita dan bisa menjadi pembangkit jiwa kita, karena senyuman adalah isyarat komunikasi yang positif. Tersenyum ramah kepada semua orang, berarti kita mengumpulkan pundi-pundi shodaqoh kebaikan, dan kebaikan itulah yang akan menjadi bekal kita menuju kemana. Rasulullah SAW bersabda :

'Tabassumuka fi wajhi akhika shodaqoh, artinya 'Senyummu di hadapan saudaramu adalah shodaqoh ‘. (HR. Muslim).
Jika kita tersenyum, manfaatnya akan kita raih tidak hanya sekarang, tapi juga di masa depan, karena senyuman kita adalah shodaqoh kita. Bukankah balasan orang-orang yang bersodaqoh akan terus mengalir sepanjang masa? Tersenyum sudah pasti akan terus menjadi komoditas yang terbukti ampuh untuk menyemangati perjuangan hubungan antar manusia yang kita lakukan dan tentunya akan membuat kita semakin sering tersenyum. Saat kita dilihat orang lain sedang tersenyum sendiri, tentunya kita tidak sedang bermasalah, tetapi kita sedang tersenyum karena pembicaraan yang luar biasa menyenangkan dengan hati kita. Dewasa ini senyuman dalam kehidupan modern juga menjadi pembelajaran penting yang disampaikan dalam pendidikan-pendidikan kepribadian (Etiket Courses) dan sistem pelayanan jasa di berbagai belahan dunia baik di negara-negara maju, berkembang bahkan di negara-negara miskin sekalipun. Maka dari itu Ajaran Ilahi menggarisbawahi perihal tentang senyuman, karena dampak dan pengaruhnya sangat luas untuk kelangsungan kehidupan manusia. Jadilah manusia pemberi, karena mental pemberi itu perlu terus dilatih. Sifat kikir kita akan menghalangi kita untuk memberi, mulailah dengan memberi senyuman dan syukurilah semuanya, termasuk senyuman kita, karena tidak semua orang bisa tersenyum tulus saat menemukan ujian terjal. Itulah yang senantiasa dilakukan Nabiyullah Muhammad SAW, senyuman yang keluar dari bibir mulia Rasulullah SAW mampu menyihir hati  siapa saja, termasuk para musuh-musuh Allah. Dan beliau mensunnahkan dan memerintahkan umatnya agar menghiasi diri dengan akhlak mulia ini. Sungguh Ajaran Ilahi ini begitu lengkap, sampai hal yang sekecil ini saja bisa kita pelajari dan menjadi solusi untuk kehidupan kita. Marilah terus menggali pesan-pesan Ilahi yang tertuang dalam firman-Nya, sehingga kita mendapatkan penerangan dan kucuran rahmat-Nya untuk menuju kehidupan selanjutnya. Semoga kita dapat menjadi manusia pemberi dan terus memberi, karena sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia lainnya. Tidak berat untuk peduli, tidak berat mengulurkan tangannya untuk orang lain yang membutuhkan dan tidak kikir untuk tersenyum, mensyukuri ujian, nikmat dan kehendak Allah.

Ragam Ilmu

Sejarah Penting Penemuan Kaca Mata 
Kacamata merupakan salah satu penemuan terpenting dalam sejarah kehidupan umat manusia. Setiap peradaban mengklaim sebagai penemu kacamata. Akibatnya, asal-usul kacamata pun cenderung tak jelas dari mana dan kapan ditemukan.

Lutfallah Gari, seorang peneliti sejarah sains dan teknologi Islam dari Arab Saudi mencoba menelusuri rahasia penemuan kacamata secara mendalam. Ia mencoba membedah sejumlah sumber asli dan meneliti literatur tambahan.


Investigasi yang dilakukannya itu membuahkan sebuah titik terang. Ia menemukan fakta bahwa
Peradaban Muslim di era keemasan memiliki peran penting dalam menemukan alat bantu baca dan lihat itu.

Lewat tulisannya bertajuk The Invention of Spectacles between the East and the West, Lutfallah mengungkapkan,
Peradaban Barat kerap mengklaim sebagai penemu kacamata. Padahal, jauh sebelum Masyarakat Barat mengenal kacamata, Peradaban Islam telah menemukannya. Menurut dia, Dunia Barat telah membuat sejarah penemuan kacamata yang kenyataannya hanyalah sebuah mitos dan kebohongan belaka. ”Mereka sengaja membuat sejarah bahwa kacamata itu muncul saat Etnosentrisme,” papar Lutfallah.

Menurut dia, sebelum peradaban manusia mengenal kacamata, para ilmuwan dari berbagai peradaban telah menemukan lensa. Hal itu dibuktikan dengan ditemukannya kaca.


Lensa juga dikenal pada beberapa peradaban seperti Romawi, Yunani, Hellenistik dan Islam. Berdasarkan bukti yang ada, lensa-lensa pada saat itu tidak digunakan untuk magnification (perbesaran), tapi untuk pembakaran. Caranya dengan memusatkan cahaya matahari pada fokus lensa/titik api lensa. Oleh karena itu, mereka menyebutnya dengan nama umum “pembakaran kaca/burning mirrors”. ”Hal ini juga tercantum dalam beberapa literatur yang dikarang sarjana Muslim pada era peradaban Islam,” tutur Lutfallah. Menurut dia, fisikawan Muslim legendaris, Ibnu al-Haitham (965 M-1039 M), dalam karyanya bertajuk Kitab al-Manazir (tentang optik) telah mempelajarai masalah perbesaran benda dan pembiasan cahaya.
Ibnu al-Haitam mempelajari pembiasan cahaya melewati sebuah permukaan tanpa warna seperti kaca, udara dan air. “Bentuk-bentuk benda yang terlihat tampak menyimpang ketika terus melihat benda tanpa warna”. Ini merupakan bentuk permukaan seharusnya benda tanpa warna,” tutur al-Haitham seperti dikutip Lutfallah.

Inilah salah satu fakta yang menunjukkan betapa ilmuwan Muslim Arab pada abad
ke-11 itu telah mengenali kekayaan perbesaran gambar melalui permukaan tanpa warna. Namun, al-Haitham belum mengetahui aplikasi yang penting dalam fenomena ini. Buah pikir yang dicetuskan Ibnu al-Haitham itu merupakan hal yang paling pertama dalam bidang lensa.
Paling tidak, peradaban Islam telah mengenal dan menemukan lensa lebih awal tiga ratus tahun dibandingkan Masyarakat Eropa.
Menurut Lutfallah, penemuan kacamata dalam peradaban Islam terungkap dalam puisi-puisi karya Ibnu al-Hamdis (1055 M- 1133 M). Dia menulis sebuah syair yang menggambarkan tentang kacamata. Syair itu ditulis sekitar200 tahun, sebelum Masyarakat Barat menemukan kacamata. Ibnu al-Hamdis menggambarkan kacamata lewat syairnya antara lain sebagai berikut:
”Benda bening menunjukkan tulisan dalam sebuah buku untuk mata, benda bening seperti air, tapi benda ini merupakan batu. Benda itu meninggalkan bekas kebasahan di pipi, basah seperti sebuah gambar sungai yang terbentuk dari keringatnya,” tutur al-Hamdis.
Al-Hamdis melanjutkan, ”Ini seperti seorang yang manusia yang pintar, yang menerjemahkan sebuah sandi-sandi kamera yang sulit diterjemahkan. Ini juga sebuah pengobatan yang baik bagi orang tua yang lemah penglihatannya, dan orang tua menulis kecil dalam mata mereka.”
Syair al-Hamids itu telah mematahkan klaim peradaban Barat sebagai penemu kacamata
pertama.
Pada puisi ketiga, penyair Muslim legendaris itu mengatakan, “Benda ini tembus cahaya (kaca) untuk mata dan menunjukkan tulisan dalam buku, tapi ini batang tubuhnya terbuat dari batu (rock)”.
Selanjutnya dalam dua puisi, al-Hamids menyebutkan bahwa kacamata merupakan alat pengobatan yang terbaik bagi orang tua yang menderita cacat/memiliki penglihatan yang lemah. Dengan menggunakan kacamata, papar al-Hamdis, seseorang akan melihat garis pembesaran.
Dalam puisi keempatnya, al-Hamdis mencoba menjelaskan dan menggambarkan kacamata sebagai berikut: “Ini akan meninggalkan tanda di pipi, seperti sebuah sungai”.
Menurut penelitian Lutfallah, penggunaan kacamata mulai meluas di Dunia Islam pada abad ke-13 M. Fakta itu terungkap dalam lukisan, buku sejarah, kaligrafi dan syair.

Dalam salah satu syairnya, Ahmad al-Attar al-Masri telah menyebutkan kacamata. “Usia
tua datang setelah muda, saya pernah mempunyai penglihatan yang kuat, dan sekarang mata saya terbuat dari kaca.” Sementara itu, Sejarahwan al-Sakhawi, mengungkapkan, tentang seorang Kaligrafer Sharaf Ibnu Amir al-Mardini (wafat tahun 1447 M). “Dia meninggal pada usia melewati 100 tahun; dia pernah memiliki pikiran sehat dan dia melanjutkan menulis tanpa cermin/kaca. “Sebuah cermin disini rupanya seperti lensa,” papar al-Sakhawi.

Fakta lain yang mampu membuktikan bahwa
Peradaban Islam telah lebih dulu menemukan kacamata adalah pencapaian dokter muslim dalam ophtalmologi, ilmu tentang mata.
Eropa dan Penemuan Kacamata
Roger Bacon

Pada abad ke-13 M, sarjana Inggris, Roger Bacon (1214 M – 1294 M), menulis tentang kaca pembesar dan menjelaskan bagaimana membesarkan benda menggunakan sepotong kaca. “Untuk alasan ini, alat-alat ini sangat bermanfaat untuk orang-orang tua dan orang-orang yang memiliki kelamahan pada penglihatan, alat ini disediakan untuk mereka agar bisa melihat benda yang kecil, jika itu cukup diperbesar,” jelas Roger Bacon.

Beberapa sejarawan ilmu pengetahuan menyebutkan Bacon telah mengadopsi pengetahuannya dari
Ilmuwan Muslim, Ibnu al-Haitam. Bacon terpengaruh dengan kitab yang ditulis al-Haitham berjudul Kitab al-Manazir, kitab tentang optik. Kitab karya al-Haitham itu ternyata telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Latin.

Penemuan Kaca Mata
Julius Hirschberg

Julius Hirschberg, sejarawan ophthalmologi (ilmu pengobatan mata), menyebutkan dalam bukunya, bahwa perbesaran batu diawali dengan penemuan kaca pembesar dan barulah kacamata tahun 1300 atau abad ke-13 M. “Ibnu al-Haitham hanya melakukan penelitian mengenai pembesaran pada abad ke – 11 M,” cetus Hirschberg.

Kacamata pertama disebutkan dalam buku pengobatan di Eropa pada abad ke-14 M. Bernard Gordon, Profesor pengobatan di Universitas Montpellier di selatan Perancis, mengatakan di tahun 1305 M tentang tetes mata (obat mata) sebagai alternatif bagi orang-orang tua yang tidak menggunakan kacamata.

sumber Penemuan Kaca Mata: blog.indojunkels/2010/11/sejarah-penting-dibalik-penemuan-kacamata/

Jejak Risalah


Abu Zaid al-Balkhi
Psikolog Muslim Ahli Penanganan Depresi

Abu Zayd al-Balkhi (235H-322H/849M-934M) yang memiliki nama asli Ahmad ibn Sahl adalah pakar multi disiplin ilmu pengetahuan (polymath). Muhammad ibn Ishaq Abul Faraj al-Nadim atau lebih dikenal dengan Ibn al-Nadim, dalam kitabnya al-Fihrist menyebutkan bahwa al-Balkhi memiliki 41 karya dalam berbagai disiplin ilmu pengetahuan. Diantaranya di bidang 'Ulum al-Qur'an, kalam, matematika, geografi, kedokteran, ilmu jiwa, perbandingan agama, politik, sejarah, linguistik, astronomi, sastra dan filsafat. Namun dari karya-karyanya itu, hanya dua kitab yang sampai pada kita, kitab suwar al-aqalim di bidang geografi dan masalih al-abdan wa l-anfus di bidang psikologi.
Al-Balkhi lahir di Syamistiyan, wilayah Balkh (Bactra) dan kini berada di Afghanistan. Ayahnya adalah seorang guru anak-anak. Al-Balkhi tumbuh dewasa dan tinggal di Baghdad selama 8 tahun, di saat kekuasaan Daulah Abbasiyah sudah merosot dan hanya meliputi Baghdad dan sekitarnya. Pada masanya timbul kekacauan politik, sehingga kerusuhan bermunculan di mana-mana. Namun demikian, kondisi negara yang carut marut di zaman al-Balkhi bukanlah penghalang bagi para ulama untuk mendedikasikan umurnya dalam melanjutkan tradisi ilmu. Bahkan dalam suasana seperti itu bermunculan sejumlah cendekiawan, di antaranya adalah Abu Zayd al-Balkhi.  Al-Balkhi adalah intelektual muslim yang memperkenalkan psikologi Islam dan neuroscience, yakni cabang ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan anatomi, fisiologi, biokimia, atau biologi molekul jaringan saraf, khususnya yang berkaitan langsung dengan perilaku dan pengetahuan. Di samping itu, dia juga terkenal sebagai tokoh yang pertama kali menemukan psikologi kognitif dan medis (cognitive and medical psychology). Dialah  orang yang pertamakali membedakan antara sakit saraf (neurosis) dan sakit jiwa (psychosis), serta orang yang pertamakali mengklasifikasikan gangguan saraf (neurotic disorders) dan perintis terapi kognitif (cognitive therapy) dalam rangka mengkaji pengelompokan gangguan penyakit ini.
Psikologi kognitif (cognitive psychology) adalah cabang ilmu psikologi yang menyelidiki proses kejiwaan internal, seperti penyelesaian masalah, daya ingatan dan bahasa. Sedangkan psikologi medis (medical psychology) berarti merujuk pada keahlian praktik pengobatan klinik ahli psikologi. Sementara terapi kognitif (cognitive therapy) adalah pendekatan psikoterapi yang bertujuan mempengaruhi gangguan emosi, perilaku dan kesadaran melalui prosedur yang sistematis. Al-Balkhi mengelompokkan penyakit saraf dalam empat gangguan kondisi mental-kejiwaan, yaitu ketakutan dan kegelisahan (fear and anxiety), amarah dan penyerangan (anger and aggression), kesedihan dan depresi (sadness and depression), serta obsesi atau gangguan pikiran (obsession). Lebih lanjut al-Balkhi menggolongkan tiga jenis depresi, yaitu depresi normal atau kesedihan, depresi yang berasal dari dalam tubuh dan depresi yang berasal dari luar tubuh. Individu yang sehat harus selalu menjaga kesehatan pikiran dan perasaan. Maka menurutnya, keseimbangan antara pikiran dan tubuh sangat diperlukan untuk memperoleh kesehatan yang prima. Sebaliknya ketimpangan antara keduanya justru akan menimbulkan penyakit. Di samping itu, dia juga memperkenalkan konsep pengobatan yang berlawanan (al-'ilaj bi l-dhid, reciprocal inhibition), di mana konsep ini dikenalkan kembali ribuan tahun kemudian oleh Joseph Wolpe di tahun 1969.
Konsep kesehatan mental dan mental individu, menurutnya, selalu berhubung kait dengan kesehatan spiritual. Dia adalah orang yang pertama kali berhasil mengkaji bermacam-macam penyakit yang secara langsung mempunyai keterkaitan antara fisik dan jiwa, seperti yang diulasnya dalam kitabnya Masalih al-Abdan wa al-Anfus (Asupan Badan dan Jiwa).  Al-Balkhi menggunakan istilah al-Tibb al-Ruhani (pengobatan spiritual) untuk menggambarkan kesehatan jiwa, sedangkan untuk menjelaskan pengobatan mental, digunakannya istilah Tibb al-Qalb (pengobatan kalbu). Al-Balkhi sering mengkritik dokter-dokter di zamannya karena selalu memfokuskan perhatian mereka pada penyakit fisik saja dan mengabaikan penyakit mental dan kejiwaan para pasiennya. Dia berargumen bahwa dikarenakan konstruksi manusia terdiri dari jasmani dan rohani, maka keberadaannya tidak bisa dikatakan sehat tanpa adanya keterjalinan (isytibak) antara jiwa dan badan. Lebih lanjut dia katakan: "Jika badan sakit, jiwa pun akan banyak kehilangan kemampuan kognitifnya dan tidak bisa merasakan kenikmatan hidup". Sebaliknya dia juga menjelaskan "Jika jiwa sakit, badan pun kehilangan keceriaan hidup dan bahkan badannya pun bisa jatuh sakit". Pemikirannya tentang kesehatan mental, digalinya dari al-Qur'an dan Sunnah. Di antaranya adalah QS. 2:10, "Dalam hati mereka ada penyakit". Dan Sabda Nabi: "Ketauhilah! Sesungguhnya dalam badan manusia itu ada segumpal daging, apabila ia baik maka seluruh badannya akan baik. Tetapi jika ia rusak, maka rusaklah seluruh badannya. Ketahuilah bahwa ia (segumpal daging) itu adalah kalbu". (HR. al-Bukhari)

Kitab Mashalih al-Abdan wa l-Anfus
Kitab ini membahas tema-tema yang berkenaan dengan kesehatan badan dan jiwa. Kitab Mashalih yang manuskripnya tersimpan di Istambul ini terdiri dari dua bab, yakni Mashalih al-abdan yang mencakup 14 bagian dan masalih al-anfus yang mencakup 8 bagian. Karya ini tergolong penting, mengingat ia adalah karya pertama yang membahas utuh masalah kesehatan. Di samping itu, tema pembahasannya sangat komprehensif, kaya nilai ilmiah dan sistematis.
Dalam penulisannya, al-Balkhi menggunakan metode deduktif (al-manhaj al-istidlali), kausalitas (sababiyyah), terapan, eksperimen dan metode instruksional. Penggunaan metode pembahasan yang integral dengan wahyu, terlihat jelas saat dia tidak hanya mencukupkan kajiannya pada fenomena alam secara empiris, tapi berlanjut pada pembacaan hikmah yang tersembunyi di baliknya. Menurutnya, Sunnatullah berlaku umum untuk semua makhluk-Nya. Dengan demikian al-Balkhi telah membawa teori integral yang disertai penjelasan faktor-faktor kausalitas tentang gangguan kejiwaan yang persis sama dengan karya-karya kontemporer.

Di antara nasehat al-Balkhi yang terkenal, "Kematian adalah keniscayaan, maka janganlah engkau takut padanya. Dan jika engkau takut apa yang akan terjadi setelah kematian, maka perbaikilah dirimu sebelum kematianmu. Takutlah akan kejahatanmu, bukan pada kematianmu!" (la budda minal maut, fa la takhaf minhu, wa in kunta takhaf mimma ba'dal mauti, fa ashlih sya'naka qabla mautika, wa khaf sayyiatika, la mautika).   
(dari berbagai sumber)

Selasa, 12 Juli 2011

As Sihah


Sakit Perut
Gejala, Penyebab dan Solusinya


Ini penyakit sejuta umat, siapapun rasanya pernah terkena sakit perut. Beberapa hal di bawah akan membedakan jenis sakit perut yang Anda alami -ditinjau dari gejalanya, kemudian langkah pertama untuk mengatasinya. Tentu saja, pada kasus-kasus yang berat Anda butuh bantuan dari ahlinya -dokter di sebelah rumah Anda. Jadi, apa yang harus Anda lakukan?

1. MAAG
Gejala: Rasa nyeri di derah uluhati, disertai keluhan lain seperti mual, muntah, perut kembung, cepat kenyang, dan bersendawa -terutama ketika Anda lapar.
Penyebab: Macam-macam. Bisa karena makanan, terutama makanan yang mengandung gas seperti kol, ubi, dan sawi. Atau bisa juga disebabkan minuman seperti kopi, alkohol, dan soda. Selain faktor makanan, maag bisa dihubungan dengan faktor stres, merokok, dan konsumsi obat-obat penghilang rasa sakit termasuk obat rematik.
Solusi: Sebenarnya obat-obatan antimaag yang mengandung antasida cukup untuk mengatasi gejalanya. Antasida ini berfungsi untuk menetralisir asam lambung. Tapi jika rasa sakit itu tidak berkurang, barangkali Anda perlu membuat janji dengan dokter. Jangan lupa, kurangi makanan yang bisa mengganggu kinerja lambung -makanan yang terlalu asam atau terlalu pedas. Dan mulai sekarang, makanlah dengan teratur.

2. BATU EMPEDU
Gejala: Mereka yang memiliki batu pada kandung empedu biasanya merasakan nyeri ulu hati yang hilang timbul. Kadang kala, rasa nyeri itu seolah menjalar ke bagian belakang tubuh.
Penyebab: Makanan berlemak atau bisa juga dikaitkan dengan kadar kolesterol yang terlalu tinggi. Batu empedu adalah endapan kolesterol, bilirubin, atau garam kalsium lainnya yang terbentuk di kantung empedu atau di dekat saluran empedu.
Solusi: Jika pada pemeriksaan dokter -yaitu dengan USG abdomen- sudah dipastikan adanya batu pada kandung empedu, maka sebaiknya Anda harus dioperasi. Apalagi jika batu itu batu kalsium atau batu non kalsium yang terlanjur membesar dan mengeras. Bagaimana lagi?

3. USUS BUNTU
Gejala: Nyeri pada perut bagian kanan bawah. Biasanya disertai mual dan muntah, serta nyeri terus-menerus. Kadang kala, rasa nyerinya akan bertambah hingga tiga kali lipat ketika Anda harus berjalan. Badan Anda akan terasa tidak enak dan meriang. Akibat rasa sakit yang hebat, kadang kala Anda tak sadar untuk memegangi terus bagian perut bagian kanan bawah sambil… mengaduh.
Penyebab: Kuman atau bakteri yang masuk. Jadi jika Anda menyangka penyebabnya adalah akibat terlalu banyak makan cabai atau biji-bijian, Anda termakan mitos.
Solusi: Jika Anda mengalami gejala sakit pada perut di bagian kanan bawah, segeralah ke dokter. Pastikan apakah gejala ini merupakan infeksi usus buntu (apendisitis akut). Jika ya, barangkali Anda harus menginap di rumah sakit untuk operasi. Operasi merupakan cara terbaik karena jika masalah ini didiamkan saja, maka ada kemungkinan usus tersebut pecah, infeksi menyebar ke seluruh perut, yang akibatnya sangat fatal.
4. KOLERA
Gejala: Perut Anda seperti ditekan, merasa nyeri terutama di perut bagian bawah, lalu diikuti kejang otot perut. Perasaan mual dan muntah-muntah biasanya datang setelah mencret. Kolera sering juga disebut dengan penyakit muntaber karena gejala utamanya adalah muntah dan BAB.
Penyebab: Kuman Vibrio cholerae yang punya nama alias lain iBacillus coma. Kuman ini disebarkan melalui makanan dan minuman yang tercemar.
Solusi: Ganti cairan tubuh yang hilang dengan garam oralit. Bila kehilangan cairan tubuh cukup banyak dan penderita sudah tidak dapat menerima cairan dari mulut, maka cairan pengganti diberikan melalui infus.

5. BATU GINJAL
Gejala: Nyeri pada perut kiri atau kanan bawah yang menjalar menuju penis. Jika batu ginjal ini menyerang, boleh jadi Anda akan mengalami rasa nyeri yang luar biasa hebat akibat saluran kemih (yang mirip selang) akan meregang kuat akibat menahan air seni yang tak bisa keluar.
Penyebab: Batu di saluran kencing (batu ureter). Nyeri yang dirasakan hilang timbul dan intensitas rasa sakitnya akan makin bertambah hebat ketika Anda kebelet kencing.
Solusi: Sebenarnya penghilang rasa sakit yang dijual bebas dapat diminum untuk mengurangi rasa nyerinya. Tapi tentu saja itu tergantung intensitas rasa sakitnya, jika terlalu hebat… pasrah sajalah. Pergi ke dokter merupakan langkah cerdas untuk mendapatkan obat penghilang rasa sakit yang biasanya diberikan melalui suntikan. Atau jika batunya terlalu besar dan keras, maka prosedur operasi akan dilakukan untuk menyelesaikan masalah. Ini adalah pelajaran agar Anda rajin minum -terutama jika Anda bekerja di ruangan ber-AC.

6. SEMBELIT
Gejala: Nyeri pada perut yang hilang timbul, lokasinya berada di sekitar pusar. Nyeri ini muncul berkaitan dengan makanan yang Anda konsumsi atau akibat susah buang air besar.
Penyebab: Akibat terlalu banyak mengonsumsi makanan tinggi lemak dan kurang makan sayur-sayuran. Pada kasus yang berat, sembelit bisa disebabkan karena adanya halangan mekanis pada usus seperti radang pada dinding usus, kanker, atau usus yang menonjol keluar.
Solusi: Konsumsilah obat pencahar. Sesuaikan dengan penyebab sembelitnya, jika penyebabnya kotoran Anda terlalu keras beli obat pencahar yang melunakkan tinja, atau pilihlah obat pencahar yang membuat saluran pencernaan terasa penuh sehingga menimbulkan rangsangan untuk BAB, atau pilihlah pencahar yang bisa menyerap cairan.

7. DISENTRI
Gejala: Rasa mulasnya barangkali hampir sama ketika isteri Anda hendak melahirkan. Yang bikin kesal Anda harus bolak-balik ke WC untuk BAB. Sehari mungkin Anda bisa 20 hingga 30 kali BAB, dan kotoran Anda akan mencret serta berlendir. Terkadang, kotoran itu disertai darah.
Penyebab: Konsumsi makanan kotor yang telah terinfeksi kuman shigela dissentri atau amuba usus.
Solusi: Untuk mengobatinya, terlebih dahulu Anda harus mengganti cairan yang telah keluar dengan garam oralit. Pemberian antibiotika sangat penting untuk membunuh kuman. Tapi tetap saja upaya pencegahan lebih penting ketimbang pengobatan. Caranya adalah dengan menjaga kebersihan, membasmi lalat di rumah, serta menjaga makanan dan minuman dari kotoran. DokterSehat.com