Pages

Subscribe:

Ads 468x60px

Unborn 8.0 Yellow Pointer

Blogger news

Selasa, 15 Januari 2013




Refresh

Oleh : Rofiq Abidin 

Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya.” (QS. Al Fajr : 27-28)

Pagi nan cerah memberi warna tersendiri bagi kita. Membuka hari dengan hati lapang, memulai semua aktivitas dengan penuh semangat dan senyuman terindah kita berikan kepada sekitar. Setidaknya beberapa ritual ini akan menarik kelimpahan dan keberkahan disepanjang hari. Beragam peristiwa yang hadir terkadang tak menjadi keinginan kita, namun senyatanya hadir memberi kita pelajaran berharga. Tak perlu panik menghadapi semua, karena masalah adalah bagian tak terbantahkan bagi kelangsungan hidup manusia. Ia datang untuk menguji dan ia hadir untuk memberi warna-warni kehidupan kian menjadi makin elok. Bagi seorang mukmin, saat memulai sesuatu telahpun dianjurkan untuk menghubungkan semua dengan Sang Pencipta, yakni dengan membaca “basmalah”. Dalam proses ikhtiarpun dianjurkan untuk “berdo’a” dan saat mengakhiri semua dianjurkan untuk membaca “hamdalah”. Ketiga pesan Islam ini tentunya tidak hanya ungkapan verbal semata, namun penuh penghayatan dan aktualisasi dalam kesalehan amal dan kesalehan sosial. Bagi yang jiwanya mutma’inah (penuh ketenangan) akan mendapat sambutan spesial dari Allah. Ia akan dipanggil untuk berada didalam naungan ridho Allah yang penuh kesejukan dan penuh kedamaian. Saat kita sedih, kita butuh refresh. Saat kita kecewa kita butuh refresh. Saat kita panik, kita butuh refresh. Karena dengan refresh, maka jiwa kita menjadi lapang menampung segala masalah yang ada. Dengan refresh, maka pikiran kita jadi sehat dan kreatif. Dengan refresh, maka langkah kita menjadi semakin matang dan bijak.

Refresh menjadi Pengendali
Tak ada yang tak pernah salah, yang ada adalah orang yang bersih dari salah karena ampunan Allah. Tak ada orang yang tidak pernah emosi, yang ada adalah orang yang sanggup mengendalikan emosi. Tak ada orang yang tak pernah kecewa, yang ada adalah orang yang tulus ikhlash menerima kenyataan hidup. Semua sikap negatif itu akan kembali normal saat kita mampu merefresh hati dan pikiran kita. Semua masalah menjadi semakin rumit saat hati tidak dalam keadaan lapang. Bahkan yang sederhana saja bisa membelit aktivitas kita, karena hati dan pikiran kita tidak kita refresh. Mari kita coba merefresh dalam setiap kehidupan kita dengan mengikuti langkah- langkah berikut :
1.   Mulailah semua pekerjaan kita dengan menghubungkannya kepada Allah, niscaya akan kita dapatkan “kasih dan sayang” Allah. Dengan mengkaitkan diri dengan asma Allah maka kasih sayang Allah akan hadir nyata dalam kehidupan kita. Bermakna semua pekerjaan yang kita lakukan mestilah kita dasarkan pada wahyu Ilahi,  sehingga kita mendapat bimbingan Allah dalam memulai apapun. Kita mau memulai usaha, mulailah semua karena Allah, kita mau beribadah, mulailah karena Allah dan kita mau menjalin hubungan dengan manusia, maka niatkan semua karena Allah.
2.   Saat langkah terasa lelah, segarkan kembali niat suci.
Perjalanan hidup kadang membuat kita terasa capek, lelah dan lunglai. Namun jika mau refresh dulu sejenak, kita akan dapat bangkit lagi untuk berjalan. Dengan melapangkan hati dan menyegarkan kembali pikiran kita, maka ide segar akan tercukil dengan sendirinya untuk mengusir kelelahan kita. Karena lelah sesungguhnya butuh istirahat sejenak, maka istirahatkanlah sejenak hati dan raga kita, tak perlu memaksakan. Namun juga jangan terlena, karena tujuan asal istirahat adalah untuk menyegarkan kembali hati dan raga menuju perjalanan akhir yang lebih bahagia dan membahagiakan.
3.   Saat kecewa mendera, segarkan kembali dengan ketulusan.
Tak ada manusia yang ingin celaka, namun sebenarnya banyak manusia yang mengundang celaka dengan perbuatannya yang meninggalkan keimanan. Kecewa dengan orang lain, kecewa dengan komunitas tertentu dan kecewa dengan diri sendiri terkadang menghambat kelancaran progres hidup kita. Padahal kecewa itu tidak memberi pengaruh apa-apa pada kita. Hanya hikmah dan keikhlasan yang dapat menyegarkan kembali saat kita kecewa. Kecewa datang penuh emosional, sehingga banyak orang kecewa hingga menutupi akal sehat dan keimanan mereka. Yang terbaik adalah segarkan kembali hati kita dengan menerima kenyataan secara ikhlas dan menggali hikmah. Itulah yang akan mengantarkan kita untuk kembali bangkit dan kembali pada prinsip kebenaran.
4.   Saat diri merasa gagal, segarkan kembali dengan syukur
Mungkin pembaca telah sangat paham bagaimana mensyukuri keberhasilan. Namun bagaimana dengan mensyukuri kegagalan? Apa maksudnya? Bukan berarti “syukurin”, namun mensyukuri apa saja yang ada, kenyataan yang ada. Boleh jadi Allah tidak berkenan terhadap keberhasilan kita, karena Allah hendak menyelamatkan diri kita dari kebatilan. Karena saat kita merasa berhasil, ternyata ada jalan haram yang meggoda kita untuk kemudian menuntun kita pada kejahiliyahan. Mensyukuri kegagalan, berarti merefresh kembali hati dan pikiran untuk lebih dewasa menerima kenyataan, untuk kembali mengevaluasi sikap dan keputusan yang kita ambil.
Kembali pada ridho dan jalan Tuhan itulah pada dasarnya yang menjadikan kita lebih bahagia, lebih tenang dan lebih sejahtera. Apapun keadaan kita saat ini, syukurilah dan segarkan kembali semangat kita dengan memulakan semua dengan benar. Kepuasan hati untuk dunia memang tidak akan ada habisnya, namun menempuh kepuasan hati untuk ridho Ilahi akan terasa menyamankan, menyegarkan hati serta lebih kekal. Semoga kita dapat terus merefresh hati dan pikitan kita, saat kita lelah, saat kita gundah, saat kita merasa gagal, sehingga tak ada kata menyerah untuk menuju kepuasan hati  yang suci lagi diridhoi Ilahi. 

Selasa, 08 Januari 2013


SAWANG SINAWANG
Oleh : Rofiq Abidin

Mencari kepuasan dunia memang tak ada habisnya. Setelah ini tercapai, kita ingin lagi ini dan itu menjadi milik kita. Setelah jadi ini, kita ingin jadi itu. Sah- sah saja seseorang memiliki keinginan banyak, yang penting tidak menuhankan hawa nafsu. “Enak ya jadi pegawai negeri”, celoteh seorang penjual kopi kepada pembelinya. “Kata siapa enak?”, sahut pembeli yang memang pegawai negeri. “Pegawai negeri itu rezekinya sudah dibatasi segini, kalau bapak bisa lebih besar dari saya”, imbuhnya dengan nada ringan. Mendengar percakapan di warung kopi ini saya tergelitik untuk ikut nimbrung berkomentar, “Ya memang hidup ini sawang sinawang, menjadi apapun kita yang penting kita pandai mensyukurinya”. Percakapan yang mengalir tanpa beban ini banyak kita jumpai secara mudah. Tidak sedikit orang latah ingin seperti orang lain, namun melupakan bahwa senyatanya ia adalah manusia unik yang memiliki kemampuan khusus yang telah diberikan Allah. Coba renungkan, semua binatang telah dilengkapi kemampuan khusus, bahkan alat khusus untuk bertahan hidup. Apalagi kita manusia yang merupakan kholqon akhor (ciptaan terbaik) dari Sang Pencipta Allah Azza Wajalla, pastilah dilengkapi dengan peralatan tercanggih dari Sang Pencipta agar dapat survive dalam hidup. Jangan hanya sibuk memikirkan enak atau tidaknya keadaan pekerjaan kita hari ini, namun menidurkan kemampuan unik yang Allah berikan secara khusus pada kita, sehingga waktu kita habis untuk hal yang tidak produktif, bukankah Allah sudah memberikan peringatan agar mukmin itu meninggalkan perbuatan yang tiada berguna? Mari kita syukuri apa yang ada, karena dengan syukur, Allah pasti menambahkan dari yang sudah ada. Kenapa saya katakan pasti?, karena itu rumusan Al qur’an yang tak terbantahkan. Pencapaian sukses seseorang dalam pandangan kita belum tentu membuat orang selalu bahagia. Karena rasa bahagia itu seperti taman indah yang perlu dirawat, sehingga tampak selalu nyaman dipandang dan menyegarkan bathin. Tidak sedikit orang yang sukses tapi tidak bahagia, begitupun sebaliknya, orang bahagia tapi tidak sukses. Jadi sawang sinawang kepada orang sekitar itu hanyalah sekelebat keinginan untuk menjadi lebih bahagia. Maka mari fokus untuk membangun bahagia dan berusaha untuk membhagiakan orang yang kita sayangi dengan anugerah unik yang telah dibekalkan Allah kepada kita, sehingga kita tidak meng-illahkan hawahu (hawa nafsu) yang terus meminta puas dan meminta lebih. Mari renungi pesan Allah berikut ini :
“Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya dan Allah membiarkannya berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?” (QS. Al Jasiyah : 23)
Hawahu bisa menjadikan kita meninggalkan Konsep Islam “Allah Assomad” (Allah tempat bergantung). Padahal mungkin, kita ringan- ringan saja membaca ayat ini, yang sebenarnya penerapannya tidak mudah kita jalani. Pencapaian kita hari ini adalah anugerah Allah atas pilihan sikap yang kita ambil, jadi tak perlu terbawa penyesalan terlalu dalam. Namun terus tawakal dan ikhtiar adalah sikap yang akan membuat kita lebih sukses dan lebih bahagia dari yang kita sawang (pandang) dan yang kita bayangkan.