Pages

Subscribe:

Ads 468x60px

Unborn 8.0 Yellow Pointer

Blogger news

Jumat, 07 Oktober 2011

Mind Set


Meraih Ridho Allah

oleh : Nafi’

Ridho, sebuah kata yang sudah tidak asing bagi kita. Di setiap doa yang dipanjatkan kita senantiasa memohon ridho Allah, dalam sholatpun kita berjanji kepada Allah untuk beribadah hanya mengharap ridho-Nya.
Ridho secara bahasa bermakna sukarela atau senang, sedangkan menurut istilah ridho adalah mempercayai bahwa sesungguhnya ujian, cobaan atau bencana yang menimpa kita adalah yang terbaik menurut Allah Swt.

Ridho biasanya berhubungan dengan taqdir atau qadha dan qadar. Orang yang mengharap ridho Allah akan senantiasa menjadikan Allah sebagai tujuan, hidupnya akan lurus dan terarah, ia tidak mudah diiming- iming oleh kenikmatan dunia, ia yakin bahwa kenikmatan jannah (surga) yang dijanjikan oleh Allah tidak bisa disetarakan apalagi dikalahkan oleh kenikmatan berupa apapun.
Dalam menjalani kehidupan dia berpegang bahwa hanya Allah sajalah yang patut dijadikan sebagai prioritas utama kecintaan, kepatuhan dan rasa takut di setiap gerak langkah kehidupan, dia akan mendahulukan semua perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya dengan ikhlas dan sepenuh hati.

Untuk meraih ridho Allah diperlukan pengorbanan baik berupa harta benda bahkan nyawa. Dikisahkan ketika Rasulluloh bertanya kepada Abu Bakar, “Wahai Abu Bakar,  berapa banyak harta yang engkau shodaqohkan  untuk jihad fisabillillah?
Abu Bakar menjawab, ”Seluruhnya Ya Rasullullah”
Kemudian Nabi bertanya lagi, “Bagaimana dengan anak dan istrimu?”
“Saya masih punya Allah dan rasul-Nya”, jawab Abu Bakar. 
Demikian juga kisah pengorbanan Siti Masyitoh yang dengan tegas menolak perintah Firaun untuk menyekutukan Allah, ia bersedia mengorbankan diri dan anak- anaknya meskipun harus direbus dalam air yang mendidih. Semua itu ia lakukan semata- mata hanya untuk mengharap Ridho Allah.

Dalam satu syiir (Alm) KH Abdurrahman Wahid berkata,
Ngawiti ingsun kelawan syiiran, Kelawan muji maring Pengeran
Kang paring rohmat lan kenikmatan, Rino wengine tanpo pitungan
Kelawan Allah Kang Moho Suci, Kudu rangkulan rino lan wengi
Ditirakati diriyadhoi, Dzikir lan suluk jo nganti lali
Sabar narima najan pas pasan, Kabeh tinakdir saking Pengeran
Uripe ayem rumongso aman, Dununge roso tondo yen iman

Melalui Syiirnya Gus dur mengajak  kepada kita untuk beribadah hanya mengharap ridho Allah karena begitu banyak nikmat yang diberikan Allah sehingga kita tidak sanggup menghitungnya. Untuk itu kita harus senantiasa mengingat Allah baik siang maupun malam, atas segala ujian yang diberikan Allah kita harus hadapi dengan kesabaran karena itu adalah yang terbaik menurut Allah sehingga hidup kita akan senantiasa aman dan bahagia.

Refresh Qolbu


BELAJAR DARI BUAH

1.  Jadilah Jagung, Jangan Jambu Monyet.

Jagung membungkus bijinya yg banyak, tapi jambu monyet memamerkan bijinya yang hanya satu- satunya.
Artinya : Jangan suka pamer

2.  Jadilah Pohon Pisang.

Pohon pisang kalau berbuah hanya sekali, lalu mati.
Artinya : Kesetiaan dalam pernikahan.

3.  Jadilah Durian, Jangan Kedondong.

Duren, walaupun luarnya penuh kulit yg tajam, tapi dalamnya lembut dan manis. Beda dgn kedondong, luarnya mulus, rasanya agak asem, dan di dalamnya ada biji yang berduri.
Artinya : Don't Judge a Book by The Cover.. Jangan menilai seseorang dari luarnya saja.

4.  Jadilah Bengkoang.

Walaupun hidup dalam kompos sampah, tapi umbinya, isinya tetap putih bersih.
Artinya : Jagalah hati, mempunyai prinsip, jangan terpengaruh lingkungan yang hitam/ tidak baik.

5.  Jadilah Tandan Pete, bukan Tandan Rambutan.

Tandan pete membagi makanan sama rata ke biji petenya, semua seimbang, tidak seperti rambutan, ada yang kecil ada yang besar.
Artinya : Selalu adil dalam bersikap.

6. Jadilah Cabe.

Makin tua makin pedas.
Artinya : Makin tua makin bijaksana.

7. Jadilah Buah Manggis

Bisa ditebak isinya dari pantat buahnya.
Artinya : Jangan Munafik

Kolom Buah Hati


Ayam yang Berkelahi dan Burung Elang 

Di suatu daerah pertanian, hiduplah dua ekor ayam jantan yang saling bermusuhan dan sering berkelahi antara keduanya. Pada suatu hari, mereka memulai pertengkaran dan kembali berkelahi, saling mematuk dan mencakar. Mereka berkelahi terus hingga salah satunya di kalahkan dan lari menjauh ke sudut untuk bersembunyi.
Ayam jantan yang memenangkan perkelahian itu dengan bangganya terbang ke atas atap kandang, dan mengkepak-kepakkan sayapnya, berkokok dengan sangat bangga dan kerasnya seolah-olah dia ingin memberi tahukan ke seluruh dunia tentang kemenangannya. Tetapi saat itu seekor burung elang yang terbang di udara mendengar dan akhirnya melihat ayam tersebut di atas atap. Burung elang tersebut akhirnya turun dan menyambar dan menerkam ayam jantan yang jadi pemenang tadi untuk dibawa ke sarangnya.
Ayam yang satunya yang tadinya dikalahkan, melihat seluruh kejadian itu dan keluar dari tempat persembunyiannya dan mengambil tempat sebagai pemenang di perkelahian tadi.
Pelajaran : Rasa sombong menyebabkan kejatuhan

Kolom Buah Hati


Ayam yang Berkelahi dan Burung Elang 

Di suatu daerah pertanian, hiduplah dua ekor ayam jantan yang saling bermusuhan dan sering berkelahi antara keduanya. Pada suatu hari, mereka memulai pertengkaran dan kembali berkelahi, saling mematuk dan mencakar. Mereka berkelahi terus hingga salah satunya di kalahkan dan lari menjauh ke sudut untuk bersembunyi.
Ayam jantan yang memenangkan perkelahian itu dengan bangganya terbang ke atas atap kandang, dan mengkepak-kepakkan sayapnya, berkokok dengan sangat bangga dan kerasnya seolah-olah dia ingin memberi tahukan ke seluruh dunia tentang kemenangannya. Tetapi saat itu seekor burung elang yang terbang di udara mendengar dan akhirnya melihat ayam tersebut di atas atap. Burung elang tersebut akhirnya turun dan menyambar dan menerkam ayam jantan yang jadi pemenang tadi untuk dibawa ke sarangnya.
Ayam yang satunya yang tadinya dikalahkan, melihat seluruh kejadian itu dan keluar dari tempat persembunyiannya dan mengambil tempat sebagai pemenang di perkelahian tadi.
Pelajaran : Rasa sombong menyebabkan kejatuhan

At Tarbiyah


Mengajarkan Kecerdasan Finansial kepada Anak
Keterampilan mengelola uang termasuk salah satu keterampilan yang penting dimiliki seseorang untuk mencapai kesejahteraan dalam hidup. Keterampilan ini sesungguhnya sangat tepat bila diajarkan sejak kecil, tentu saja menurut tahap-tahap yang sesuai. Apabila anak sejak kecil dilatih untuk menggunakan uang dengan bijaksana, maka ketika dewasa, ia pun akan membawa kebiasaannya ini.
Mengajari anak keterampilan mengelola uang sejak dini, bisa dilakukan orangtua melalui langkah-langkah berikut :

Mengajarkan konsep kepemilikan dan pentingnya menghargai milik
Pertama kali, beri pengertian kepada anak mengenai konsep kepemilikan dengan mengajak ia membeda-bedakan antara barang kepunyaannya dengan barang kepunyaan orang lain. Ajari juga anak untuk memelihara barang-barang miliknya dengan baik, misalnya menyingkirkan bukunya ketika akan makan supaya tidak kotor, mencuci mobil mainannya yang jatuh ke dalam selokan, menyimpan bonekanya di lemari, dan lain-lain.

Mengenalkan uang dan kegunaannya
Kenalkan uang sejak dini: bentuknya (koin dan kertas, besar dan kecil), warnanya, nilainya, kegunaannya, dll. Ketika berbelanja, bandingkan harga beberapa merk barang sekaligus, dan beritahukan anak mengapa Anda memilih salah satunya. Bisa karena harga atau kualitasnya. Sekali-kali, biarkan anak menyerahkan uang kepada penjual ketika anak membeli jajan.

Melatih anak menggunakan uang secara mandiri
Ketika anak telah mampu berhitung, beri kesempatan anak untuk berbelanja sendiri makanan kecil yang diinginkannya. Tentu saja Anda perlu menyesuaikan jumlah uang yang Anda percayakan kepadanya dengan kemampuan berhitungnya. Sebagai contoh, ketika anak masih duduk di TK, Anda hanya mempercayakan uang pecahan Rp 1.000,00 untuk dipegang atau dibawanya. Ketika anak duduk di SD, Anda bisa membawakan uang Rp 20.000,00 ketika menyuruhnya membeli gula pasir di warung.
Uang saku sangat tepat digunakan untuk melatih anak menggunakan uang secara mandiri dan bijaksana. Beri kebebasan kepada anak untuk menggunakan uang sakunya. Biarkan anak menentukan barang yang ingin dibelinya dan berapa jumlah uang yang dikeluarkannya. Dalam hal ini, orangtua perlu tetap mengamati cara anak menggunakan uangnya, dan memberikan bimbingan ketika anak kurang bijaksana dalam menggunakan uangnya. Semakin dewasa usia anak, orangtua bisa memberikan uang saku untuk rentang waktu yang lebih lama. Misalnya, anak SD kelas 1 diberi uang saku harian, anak SD kelas 5 atau SMP bisa diberi uang saku secara mingguan, sementara anak SMA bisa diberi uang saku secara bulanan. Jangan biasakan memberi tambahan uang saku ketika uang saku anak sudah tidak cukup lagi, karena tujuan memberikan uang saku secara periodik adalah melatih anak mengelola uangnya untuk jangka waktu tertentu. Misalnya untuk yang mingguan,
ketika tengah minggu mereka sudah kehabisan uang, mereka bisa mendapatkan ‘pinjaman’ dari uang saku minggu depan. Bukan Anda tambahkan uang sakunya. Jika dua minggu berturut-turut kehabisan sebelum waktunya, biarkan sesekali mereka mengalami ‘kebangkrutan’, supaya mereka belajar untuk lebih menghargai uang. Jika anak kehabisan uang sebelum waktunya dan orangtua tidak memberi tambahan uang saku, selanjutnya anak akan belajar mengatur pengeluarannya dengan lebih bijaksana.

Mengajari anak untuk menabung
Sejak anak memahami konsep uang dan Anda mulai mempercayakan uang saku kepadanya, ajari anak untuk menabung. Ketika anak kecil, Anda bisa membelikannya celengan untuk menjadi tempat menabungnya. Ketika anak duduk di SMP, Anda bisa mengajaknya membuka rekening tabungan di bank. Ajak anak untuk menabung bukan dengan cara menyimpan sisa-sisa uang sakunya, melainkan dengan sengaja mengalokasikan uang sakunya sebelum dibelanjakan. Misalnya saja anak yang diberi uang saku harian, diajak memasukkan sebagian uangnya di celengan sebelum berangkat ke sekolah. Dengan demikian, anak akan belajar tentang kebiasaan menabung yang baik, yaitu disiplin dalam mengalokasikan uang untuk ditabung. Kebiasaan menabung sisa-sisa uang, akan membuat kita menabung dengan kurang maksimal, bahkan sering membuat kita akhirnya gagal menabung, sebab kecenderungan kita adalah menghabiskan uang yang ada di tangan kita.

Bantu anak membuat budgeting
Minta anak menuliskan apa saja yang dia perlukan serta harganya masing-masing. Jumlahkan angkanya, dan bandingkan dengan jumlah uang yang bisa dibelanjakan. Anak akan belajar skala prioritas, yaitu dengan membedakan mana yang betul-betul ‘diperlukan’ dan mana yang sekadar ‘diinginkan’.

Mengenalkan anak pada usaha mencari penghasilan
Anak perlu mengerti bahwa uang diperoleh dengan suatu jerih payah. Anda bisa mengajak anak untuk terlibat dalam pekerjaan Anda, misalnya ketika Anda menawarkan suatu produk kepada teman Anda. Akan sangat baik juga bila Anda mendukungnya untuk mencari tambahan uang saku di musim liburan, misalnya dengan memberinya katalog kartu nama dan mengajak ia menawarkan kartu nama itu kepada teman-temannya, bila ia berhasil mendapat pesanan, maka laba penjualan kartu nama itu menjadi miliknya.

Memberikan contoh gaya hidup yang tidak konsumtif
Anak secara alami akan meniru kebiasaan orangtuanya dalam menggunakan uang. Anak yang sering melihat orangtuanya menghambur-hamburkan uang untuk membeli barang mewah yang tidak perlu, akan jadi tidak segan-segan juga untuk mengeluarkan uang demi memuaskan keinginannya. Oleh karena itu, bila Anda ingin anak Anda hemat dan bijaksana dalam mengelola uang, Anda harus memberikan contoh terlebih dahulu. Ketika Anda mengajak anak berbelanja di supermarket, biarkan anak melihat bahwa Anda selalu mempertimbangkan apakah suatu barang memang benar-benar dibutuhkan atau sekedar diinginkan sebelum Anda mengambilnya dan menaruh dalam keranjang belanjaan Anda.

Berikan imbalan tiap kali dia menunjukkan kecerdasan finansial. Misalnya, berikan ciuman termanis ketika dia menabung uangnya, atau berikan uang saku tambahan ketika di akhir minggu ternyata ia masih punya sisa uang saku.


Sumber inspirasi :
1.Gozali, A., 2006. Cashflow for Woman
2. Sanjay Matay, moneycontrol.com