Mengajarkan Kecerdasan Finansial kepada Anak
Keterampilan mengelola uang termasuk salah satu keterampilan yang penting dimiliki seseorang untuk mencapai kesejahteraan dalam hidup. Keterampilan ini sesungguhnya sangat tepat bila diajarkan sejak kecil, tentu saja menurut tahap-tahap yang sesuai. Apabila anak sejak kecil dilatih untuk menggunakan uang dengan bijaksana, maka ketika dewasa, ia pun akan membawa kebiasaannya ini.
Mengajari anak keterampilan mengelola uang sejak dini, bisa dilakukan orangtua melalui langkah-langkah berikut :
Mengajarkan konsep kepemilikan dan pentingnya menghargai milik
Pertama kali, beri pengertian kepada anak mengenai konsep kepemilikan dengan mengajak ia membeda-bedakan antara barang kepunyaannya dengan barang kepunyaan orang lain. Ajari juga anak untuk memelihara barang-barang miliknya dengan baik, misalnya menyingkirkan bukunya ketika akan makan supaya tidak kotor, mencuci mobil mainannya yang jatuh ke dalam selokan, menyimpan bonekanya di lemari, dan lain-lain.
Mengenalkan uang dan kegunaannya
Kenalkan uang sejak dini: bentuknya (koin dan kertas, besar dan kecil), warnanya, nilainya, kegunaannya, dll. Ketika berbelanja, bandingkan harga beberapa merk barang sekaligus, dan beritahukan anak mengapa Anda memilih salah satunya. Bisa karena harga atau kualitasnya. Sekali-kali, biarkan anak menyerahkan uang kepada penjual ketika anak membeli jajan.
Melatih anak menggunakan uang secara mandiri
Ketika anak telah mampu berhitung, beri kesempatan anak untuk berbelanja sendiri makanan kecil yang diinginkannya. Tentu saja Anda perlu menyesuaikan jumlah uang yang Anda percayakan kepadanya dengan kemampuan berhitungnya. Sebagai contoh, ketika anak masih duduk di TK, Anda hanya mempercayakan uang pecahan Rp 1.000,00 untuk dipegang atau dibawanya. Ketika anak duduk di SD, Anda bisa membawakan uang Rp 20.000,00 ketika menyuruhnya membeli gula pasir di warung.
Uang saku sangat tepat digunakan untuk melatih anak menggunakan uang secara mandiri dan bijaksana. Beri kebebasan kepada anak untuk menggunakan uang sakunya. Biarkan anak menentukan barang yang ingin dibelinya dan berapa jumlah uang yang dikeluarkannya. Dalam hal ini, orangtua perlu tetap mengamati cara anak menggunakan uangnya, dan memberikan bimbingan ketika anak kurang bijaksana dalam menggunakan uangnya. Semakin dewasa usia anak, orangtua bisa memberikan uang saku untuk rentang waktu yang lebih lama. Misalnya, anak SD kelas 1 diberi uang saku harian, anak SD kelas 5 atau SMP bisa diberi uang saku secara mingguan, sementara anak SMA bisa diberi uang saku secara bulanan. Jangan biasakan memberi tambahan uang saku ketika uang saku anak sudah tidak cukup lagi, karena tujuan memberikan uang saku secara periodik adalah melatih anak mengelola uangnya untuk jangka waktu tertentu. Misalnya untuk yang mingguan, ketika tengah minggu mereka sudah kehabisan uang, mereka bisa mendapatkan ‘pinjaman’ dari uang saku minggu depan. Bukan Anda tambahkan uang sakunya. Jika dua minggu berturut-turut kehabisan sebelum waktunya, biarkan sesekali mereka mengalami ‘kebangkrutan’, supaya mereka belajar untuk lebih menghargai uang. Jika anak kehabisan uang sebelum waktunya dan orangtua tidak memberi tambahan uang saku, selanjutnya anak akan belajar mengatur pengeluarannya dengan lebih bijaksana.
Mengajari anak untuk menabung
Sejak anak memahami konsep uang dan Anda mulai mempercayakan uang saku kepadanya, ajari anak untuk menabung. Ketika anak kecil, Anda bisa membelikannya celengan untuk menjadi tempat menabungnya. Ketika anak duduk di SMP, Anda bisa mengajaknya membuka rekening tabungan di bank. Ajak anak untuk menabung bukan dengan cara menyimpan sisa-sisa uang sakunya, melainkan dengan sengaja mengalokasikan uang sakunya sebelum dibelanjakan. Misalnya saja anak yang diberi uang saku harian, diajak memasukkan sebagian uangnya di celengan sebelum berangkat ke sekolah. Dengan demikian, anak akan belajar tentang kebiasaan menabung yang baik, yaitu disiplin dalam mengalokasikan uang untuk ditabung. Kebiasaan menabung sisa-sisa uang, akan membuat kita menabung dengan kurang maksimal, bahkan sering membuat kita akhirnya gagal menabung, sebab kecenderungan kita adalah menghabiskan uang yang ada di tangan kita.
Bantu anak membuat budgeting
Minta anak menuliskan apa saja yang dia perlukan serta harganya masing-masing. Jumlahkan angkanya, dan bandingkan dengan jumlah uang yang bisa dibelanjakan. Anak akan belajar skala prioritas, yaitu dengan membedakan mana yang betul-betul ‘diperlukan’ dan mana yang sekadar ‘diinginkan’.
Mengenalkan anak pada usaha mencari penghasilan
Anak perlu mengerti bahwa uang diperoleh dengan suatu jerih payah. Anda bisa mengajak anak untuk terlibat dalam pekerjaan Anda, misalnya ketika Anda menawarkan suatu produk kepada teman Anda. Akan sangat baik juga bila Anda mendukungnya untuk mencari tambahan uang saku di musim liburan, misalnya dengan memberinya katalog kartu nama dan mengajak ia menawarkan kartu nama itu kepada teman-temannya, bila ia berhasil mendapat pesanan, maka laba penjualan kartu nama itu menjadi miliknya.
Memberikan contoh gaya hidup yang tidak konsumtif
Anak secara alami akan meniru kebiasaan orangtuanya dalam menggunakan uang. Anak yang sering melihat orangtuanya menghambur-hamburkan uang untuk membeli barang mewah yang tidak perlu, akan jadi tidak segan-segan juga untuk mengeluarkan uang demi memuaskan keinginannya. Oleh karena itu, bila Anda ingin anak Anda hemat dan bijaksana dalam mengelola uang, Anda harus memberikan contoh terlebih dahulu. Ketika Anda mengajak anak berbelanja di supermarket, biarkan anak melihat bahwa Anda selalu mempertimbangkan apakah suatu barang memang benar-benar dibutuhkan atau sekedar diinginkan sebelum Anda mengambilnya dan menaruh dalam keranjang belanjaan Anda.
Berikan imbalan tiap kali dia menunjukkan kecerdasan finansial. Misalnya, berikan ciuman termanis ketika dia menabung uangnya, atau berikan uang saku tambahan ketika di akhir minggu ternyata ia masih punya sisa uang saku.
Sumber inspirasi :
1.Gozali, A., 2006. Cashflow for Woman
2. Sanjay Matay, moneycontrol.com