Yuk Benahi Cara Berkomunikasi dengan Anak!
Pengasuhan anak
menghadapi tantangan luar biasa yang membuat orang tua masa kini tidak dapat
sepenuhnya mengandalkan cara-cara pengasuhan yang selama ini kita ketahui
secara turun temurun. Salah satu yang paling mendasar yang harus kita benahi
adalah cara kita berbicara atau berkomunikasi!
Ternyata ada dua belas gaya bahasa komunikasi yang populer
turun temurun yang kerap dilontarkan orang tua kepada anaknya, baik sengaja
maupun tidak sengaja justru menjadi penghalang bagi orang tua untuk dapat
memahami perasaan si anak.
12 Gaya Populer
1. Memerintah
Tujuan orang tua adalah untuk mengendalikan situasi dan
menyelesaikan masalah dengan cepat, sedangkan pesan yang ditangkap anak adalah
mereka harus patuh dan tidak punya pilihan
Anak: ”Pa, aku enggak mau berangkat sekolah”
Anak: ”Pa, aku enggak mau berangkat sekolah”
Papa: ”Apa-apaan sih, enggak boleh malas ah.
Pokoknya besok harus sekolah.”
2. Menyalahkan
Orang tua ingin menunjukkan kesalahan si anak, sedangkan
tanggapan si anak adalah mereka tidak pernah benar/ baik.
Anak: “Ma, kakiku luka nih…sakit sekali. Tadi habis
jatuh..”
Mama: “Nah, kan? Dari tadi Mama bilang jangan lari-lari,
makanya jatuh.. Ga pernah mau dengerin Mama sih!”
3. Meremehkan
Tujuan orang tua menunjukkan ketidakmampuan anak dan orang tua
lebih tahu, anak menangkap bahwa dirinya tidak berharga/ merasa tidak mampu.
Anak:”Ayah, aku tidak bisa mewarnai gambar yang ini..”
Ayah: “Masa mewarnai begini saja ga bisa. Bisanya
apa dong?”
4. Membandingkan
Orang tua ingin memberi motivasi dengan memberi contoh tentang
orang lain, tapi anak menanggapi bahwa dia tidak disayang, pilih kasih dan merasa
dirinya memang selalu buruk.
Anak:: ”Aku mau digosokin gigiku sama Bunda..”
Bunda : “Iih, masak sudah besar masih dibantu..lihat
adikmu sudah bisa gosok gigi sendiri.”
5. Mencap
Maksud orang tua ingin memberitahu kekurangan agar anak
berubah, anak menanggapi dengan merasa “itulah saya”.
Anak: “Ayah, gendong Yah…aku ga mau jalan..lututku sakit
nih”
Ayah : “Kamu ini memang anak cengeng, begini saja minta
gendong. Jalan sendiri..!”
6. Mengancam
Orang tua melakukan agar anak menurut/ patuh dengan cepat,
tapi anak akan merasa cemas dan takut.
Anak : “Bunda, tungguin…bantuin aku pakai sepatu dulu..”
Bunda : “Pakai sendiri ah. Cepetan, ntar Bunda tinggal lho..Biar
kamu pulang sendiri.”
7. Menasehati
Maksudnya agar anak tahu mana yang baik dan mana yang buruk,
namun anak menganggap bahwa orang tuanya sok tau, bawel dan membosankan.
Anak: “Ma, tadi Rahma ngetawain aku..”
Mama: “Makanya kamu jangan suka ngetawain orang,
kalau dibalas begitu baru tahu rasanya kan? Lain kali sama teman yang baik,
jangan maumu sendiri.”
8. Membohongi
Maksudnya agar urusan menjadi gampang, namun anak akan menilai
bahwa orang dewasa tidak dapat dipercaya.
Anak: ”Ayah, kenapa sih kok bulannya cuma kelihatan
setengah…?”
Ayah: ”Iya, kan setengahnya dimakan Buto Ijo…..”
9. Menghibur
Tujuan orang tua adalah agar anak tidak sedih/ kecewa,
sehingga anak jadi senang dan tidak larut dalam kesedihan, namun anak akhirnya
akan lupa dan melarikan diri dari masalah.
Anak: ”Pa, aku ngga mau temenan sama Ruri…dia suka nakalin
aku…”
Papa: ”Ya sudah…berteman sama yang lain saja. Kan
masih banyak temen yang lain.”
10. Mengkritik
Orang tua menginginkan agar anak memperbaiki kesalahan dan meningkatkan
kemampuan diri, namun anak akan merasa bahwa dirinya selalu kurang dan salah.
Anak: ”Ayah, nih aku sudah selesai mewarnai..”
Ayah: ”Masak begini dibilang selesai, coba lihat masih
banyak yang belum diwarnai.”
11. Menyindir
Memotivasi, mengingatkan agar tidak selalu melakukan seperti
itu dengan cara menyatakan yang sebaliknya, anak akan menganggap hal ini
menyakiti hati.
Anak:: ”Aku ga mau minum vitaminnya..rasanya ga
enak”
Ayah: ”Ooo..kakak suka ya kalau sakit..vitamin kan
membuat badan jadi ga gampang sakit..kalau ngga mau berarti kakak emang seneng
sakit ya..”
12. Menganalisa
Orang tua ingin mencari penyebab positif/ negatif anak atau
kesalahannya dan berupaya mencegah agar tidak melakukan kesalahan yang sama
lagi, namun anak akan menganggap orang tua sok pintar
Anak: ”Ayah, aku ngga mau belajar sepeda lagi..”
Ayah: ”Itu karena cara belajarmu yang salah. Mestinya
tanganmu jangan kaku dan pandangan harus ke depan. Kamu kan selalu
melihat ke bawah. Terus rambutmu itu mestinya dikuncir biar kamu bisa
leluasa bergerak ngga bingung aja sama rambut.”
Dua belas gaya
komunikasi ini memang sangat populer dan rasanya sudah mendarah daging dalam
kehidupan sehari-hari.Yuk pelan-pelan kita mengubahnya demi kebaikan si kecil.
Dengan
berkomunikasi secara baik serta menghindari 12 gaya populer penghalang
komunikasi, insya Allah anak akan menjadi mandiri dan bertanggung jawab. Anak
juga akan menjadi percaya diri, dan memiliki hubungan yang hangat dengan
orangtuanya. Dengan demikian bila godaan dari luar sana menggempur si anak,
insya Allah, anak tetap percaya diri, bisa memilih yang terbaik, mengambil
keputusan dan bertanggung jawab dengan keputusannya.