JEJAK RISALAH
Harun Ar-Rasyid, Pemimpin yang Dirindukan
Figur Harun Ar-Rasyid
yang legendaris ini terlahir pada 17 Maret 763 M di Rayy, Teheran, Iran. Dia
adalah putera dari Khalifah Al-Mahdi bin Abu Ja’far Al-Mansur khalifah
Abbasiyah ketiga. Ibunya bernama Khaizuran seorang wanita sahaya dari Yaman
yang dimerdekakan dan dinikahi Al-Mahdi. Sang ibu sangat berpengaruh dan
berperan besar dalam kepemimpinan Al-Mahdi dan Harun Ar-Rasyid.
Sejak belia, Harun
Ar-Rasyid ditempa dengan pendidikan Agama Islam dan pemerintahan di lingkungan
istana. Salah satu gurunya yang paling populer adalah Yahya bin Khalid.
Berbekal pendidikan yang memadai, Harun pun tumbuh menjadi seorang terpelajar.
Harun Ar-Rasyid memang dikenal sebagai pria yang berotak encer, berkepribadian
kuat, dan fasih dalam berbicara.
Ketika tumbuh menjadi
seorang remaja, Harun Ar-Rasyid sudah mulai diterjunkan ayahnya dalam urusan
pemerintahan. Kepemimpinan Harun ditempa sang ayah ketika dipercaya memimpin
ekspedisi militer untuk menaklukkan Bizantium sebanyak dua kali. Ekspedisi
militer pertama dipimpinnya pada 779 M – 780 M. Dalam ekspedisi kedua yang
dilakukan pada 781-782 M, Harun memimpin pasukannya hingga ke Pantai Bosporus.
Dalam usia yang relatif muda, Harun Ar-Rasyid yang dikenal berwibawa sudah
mampu menggerakkan 95 ribu pasukan beserta para pejabat tinggi dan jenderal
veteran. Dari mereka pula, Harun banyak belajar tentang strategi pertempuran.
Sebelum dinobatkan
sebagai khalifah, Harun didaulat ayahnya menjadi gubernur di As-Siafah Tahun
779 M dan di Maghrib pada 780 M. Dua tahun setelah menjadi gubernur, sang ayah
mengukuhkannya sebagai putera mahkota untuk menjadi khalifah setelah
saudaranya, Al-Hadi. Pada 14 Septempber 786 M, Harun Ar-Rasyid akhirnya
menduduki tahta tertinggi di Dinasti Abbasiyah sebagai khalifah kelima.
Di bawah kepemimpinan
Harun Ar-Rasyid, Umat Islam mengalami masa keemasan (The Golden Ages of Islam).
Seluruh penerjemah Muslim, Yahudi dan Kristen berkumpul di Baghdad untuk
mengalihbahasakan naskah-naskah ilmu pengetahuan dari bahasa asing ke dalam Bahasa
Arab.
Pusat-pusat kajian
digalakkan oleh pemerintah sementara para ulama dan intelektual rajin menulis
karya-karya mereka. Baghdad menjadi tujuan belajar dan detak jantung peradaban
dunia. Di masa ini ilmu sangat dihargai dan para ilmuwan mendapatkan perlakuan
yang istimewa oleh masyarakat bahkan oleh Khalifah Abbasyiah sendiri.
Khalifah dan para
perdana menteri (wazir) menyerahkan anak-anak mereka kepada para Ulama dan Ilmuwan
Islam untuk diasah akal dan moralnya. Di hadapan para Ulama dan Ilmuwan Muslim,
tidak ada perlakuan khusus bagi anak-anak pejabat negara. Sebaliknya, para anak
pejabat tersebut diharuskan menunjukkan sikap hormat yang tinggi terhadap guru
mereka sebagai bukti penghargaan mereka terhadap ilmu pengetahuan.
Sebagai pemimpin,
Harun Ar-Rasyid menjalin hubungan yang harmonis dengan para ulama, ahli hukum,
penulis, qari dan seniman. Ia kerap mengundang para tokoh informal dan
profesional itu keistana untuk mendiskusikan berbagai masalah. Harun Ar-Rasyid
begitu menghargai setiap orang. Itulah salah satu yang membuat masyarakat dari
berbagai golongan amat menghormati, mengagumi, dan mencintainya. Harun
Ar-Rasyid adalah pemimpin yang mengakar dan dekat dengan rakyatnya. Sebagai
seorang pemimpin dan muslim yang taat, Harun Ar-Rasyid sangat rajin beribadah.
Konon, dia terbiasa menjalankan shalat sunat hingga seratus rakaat setiap
harinya. Dua kali dalam setahun, khalifah kerap menunaikan ibadah haji dan
umrah dengan berjalan kaki dari Baghdad ke Makkah. Ia tak pernah lupa mengajak
para ulama ketika menunaikan Rukun Islam kelima.
Jika sang khalifah tak
berkesempatan untuk menunaikan ibadah haji, maka dihajikannya sebanyak tiga
ratus orang di Baghdad dengan biaya penuh dari istana. Masyarakat Baghdad
merasakan dan menikmati suasana aman dan damai di masa pemerintahannya. Dalam
menjalankan roda pemerintahan, Harun Ar-Rasyid tak mengenal kompromi dengan
korupsi yang merugikan rakyat. Sekalipun yang berlaku korup itu adalah orang
yang dekat dan banyak berpengaruh dalam hidupnya. Tanpa ragu-ragu Harun
Ar-Rasyid memecat dan memenjarakan Yahya bin Khalid yang diangkatnya sebagai
wazir.
Inilah yang menjadi
awal kemajuan yang dicapai Islam. Menggenggam dunia dengan ilmu pengetahuan dan
perabadan. Pada era itu pula berkembang beragam disiplin ilmu pengetahuan dan
peradaban yang ditandai dengan berdirinya Baitul Hikmah yaitu perpustakaan
raksasa sekaligus pusat kajian ilmu pengetahuan dan peradaban terbesar pada
masanya. Harun pun menaruh perhatian yang besar terhadap pengembangan ilmu
keagamaan. Sang khalifah tutup usia pada 24 Maret 809 M pada usia yang
terbilang muda, 46 tahun. Meski begitu pamor dan popularitasnya masih tetap
melegenda hingga kini. Namanya juga diabadikan sebagai salah satu tokoh dalam Kitab
1001 Malam yang amat populer. Pemimpin yang baik akan tetap dikenang sepanjang
masa. (islampos)