Pages

Subscribe:

Ads 468x60px

Unborn 8.0 Yellow Pointer

Blogger news

Rabu, 20 April 2016

Hajjah Rangkayo Rasuna Said, Bunga Revolusi dari Sumatera Barat

Hajjah Rangkayo Rasuna Said, Bunga Revolusi dari Sumatera Barat

 

HR Rasuna Said. Orang Indonesia yang tidak mengetahui siapa beliau, pasti beranggapan beliau adalah seorang laki-laki. Namanya sangat jarang disebut dalam pelajaran sejarah bahkan saat di bangku SD sekali pun. Padahal perannya sebagai tokoh pejuang Indonesia dari kalangan perempuan di jaman revolusi sangat menonjol. Namanya juga kalah tenar daripada pahlawan perempuan Indonesia lainnya seperti Dewi Sartika apalagi Raden Ajeng Kartini.

Ini cerita 70 tahun yang lalu. Perempuan itu, Hajjah Rangkayo Rasuna Said (HR Rasuna Said), masih berusia 21 tahun, namun dalam usia semuda itu dia berorasi di depan ribuan orang, meneriakkan kemerdekaan. Sebuah kegiatan yang dapat membuatnya diganjar penjara oleh pemerintah Belanda.

“Pintu menuju kemerdekaan sudah terbuka, dan kami berharap kalian mengabarkannya kepada seluruh kawan dan kenalan. Kami semua punya satu tujuan. Memperjuangkan hak kami, yakni membentuk Indonesia yang merdeka dan bebas dari jajahan asing,” kata Rasuna dalam sebuah aksi menentang penjajahan. Ketegasan Rasuna harus dibayar mahal. Bersama rekannya, Rasimah Ismail, dia ditangkap dan dipenjarakan di Semarang.
Rasuna Said juga tercatat sebagai wanita pertama yang terkena hukum Speek Delict yaitu hukum kolonial Belanda yang menyatakan bahwa siapa pun dapat dihukum karena berbicara menentang Belanda.

Hajjah Rangkayo Rasuna Said adalah sosok pendidik, wartawan dan politisi ulung. Dia lahir dari keluarga keturunan bangsawan Minang di Maninjau, Sumatera Barat pada 14 September 1910.

Pendidikan Rasuna kecil dimulai di pesantren Ar Rasyidiyah sebagai satu-satunya murid perempuan. Saat kelas 5, dia mulai mengajar untuk anak-anak dari kelas lebih rendah. Berpindah-pindah guru, Rasuna terus belajar, juga belajar teknik pidato. Pidato Rasuna dikenal “laksana petir di siang hari”.

Rasuna masih berusia 16 tahun saat bergabung di organisasi politik pertamanya, Sarekat Rakyat — sebuah organisasi yang juga dimotori Tan Malaka. Dia juga tak melupakan gairah pertamanya: mengajar.

Rasuna mendirikan sekolah “Menjesal” di Sumatera Barat, sekolah kelas rendah di Padang dan sekolah khusus putri di Bukittinggi. Para murid di sekolahnya diajarkan pentingnya kesadaran politik rakyat.

Dari Sarekat Rakyat, Rasuna berpindah ke Persatuan Muslimin Indonesia (Permi), yang tumbuh dengan cepat di Sumatera Barat dengan 10 ribu anggota di 160 cabang. Partai ini populer karena tak takut mengawinkan politik dan agama. Rasuna menjadi salah satu tokoh perempuan paling menonjol di sini. Secara blak-blakan dia mengajak rakyat menuju perjuangan Indonesia merdeka.

Rasuna juga menemukan minat baru, menjadi wartawan.
Pada 1935 Rasuna menjadi pemimpin redaksi Majalah Raya. Karena ruang gerak yang dibatasi Belanda, Rasuna Said pindah ke Medan dan mendirikan sekolah pendidikan khusus wanita Perguruan Putri. Dia juga menerbitkan Majalah Menara Putri yang membahas seputar pentingnya peran wanita, kesetaraan antara pria wanita dan keislaman. Gaya penulisannya blak-blakan dengan semboyan “Ini dadaku, mana dadamu.”

Setelah kemerdekaan Indonesia, HR Rasuna Said aktif di Badan Penerangan Pemuda Indonesia dan Komite Nasional Indonesia. Rasuna Said duduk dalam Dewan Perwakilan Sumatra mewakili daerah Sumatra Barat.
Ia lalu diangkat sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Serikat (DPR RIS). Kemudian dia menjadi anggota Dewan Pertimbangan Agung yang memberikan saran pada Presiden Soekarno setelah Dekrit Presiden 5 Juli 1959 sampai akhir hayatnya.


Rasuna Said meninggal pada 2 November 1965 dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan, Kalibata. Ia meninggalkan seorang putri, yaitu Auda Zaschkya Duski dan enam cucu, yaitu Kurnia Tiara Agusta, Anugerah Mutia Rusda, Mohamad Ibrahim, Mohamad Yusuf, Rommel Abdillah, dan Natasha QuratulAin.

Dari 140 orang yang diberi gelar pahlawan negara, hanya 10 perempuan yang ada dalam daftar. Hajjah Rangkayo Rasuna Said adalah satunya.
H.R. Rasuna diangkat sebagai Pahlawan Nasional dengan Surat Keputusan Presiden R.I. No. 084/TK/Tahun 1974 tanggal 13 Desember 1974. Namanya kini diabadikan sebagai salah satu nama jalan protokol di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan. (dari berbagai sumber)

0 komentar: