Aedes Aegypti, DBD, Chikungunya dan Zika
Nyamuk Aedes aegypti termasuk nyamuk
yang bersifat diurnal, yakni binatang aktif pada pagi hingga siang hari. Nyamuk
dengan ciri khas spesies berupa dua garis melengkung vertical dibagian kanan
dan kliri di bagian punggung (dorsal). Aedes Aegipty dewasa memiliki ukuran
sedang dengan tubuh berwarna hitam kecoklatan. Tubuh dan tungkainya ditutupi
sisik dengan gari-garis putih keperakan. Sisik-sisik pada tubuh nyamuk pada
umumnya mudah rontok atau terlepas sehingga menyulitkan identifikasi pada
nyamuk-nyamuk tua. Ukuran dan warna nyamuk jenis ini kerap berbeda antar
populasi, tergantung dari kondisi lingkungan dan nutrisi yang diperoleh nyamuk
selama perkembangan. Nyamuk jantan dan betina tidak memiliki perbedaan dalam
hal ukuran nyamuk jantan yang umumnya lebih kecil dari betina dan terdapatnya
rambut-rambut tebal pada antena nyamuk jantan. Kedua ciri ini dapat diamati
dengan mata telanjang. Nyamuk doreng hitam putih saat ini menjadi veektor
penular yang cukup penting, sebab nyamuk menjadi Infeksi tiga virus yaitu Virus
Dengue Demam Berdarah, Virus Cikungunya dan yang sedang mulai ngetop adalah
Virus Zika. Infeksi virus dapat mengakibatkan nyamuk kurang handal dalam
mengisap darah, berulang kali menusukkan proboscisnya, namun tidak berhasil
mengisap darah sehingga nyamuk berpindah dari satu orang ke orang lain.
Akibatnya, risiko penularan virus menjadi semakin besar. Berikut tiga penyakit
yang disebarkan virusnya oleh nyamuk Aedes aegypti.
Sebagai penyakit viral pertama
adalah DBD, Dengue Demam berdarah. Penyakit ini disebabkan oleh virus yang
ditularkan melalui gigitan nyamuk Ades aegypti. Diperkirakan bahwa ada seratus
juta kasus demam berdarah yang terjadi pada tiap tahunnya di seluruh dunia.
Sebagian diantaranya mewabah secara tiba-tiba dan menjangkiti ribuan orang
dalam waktu singkat. Saat ini Indonesia menduduki peringkat kedua penderita DBD
setelah Brazil. Beberapa gejala penyakit DBD, Dengue demam berdarah umumnya
akan terlihat pada tiga hingga empat belas hari setelah masa inkubasi Masa
inkubasi adalah jarak waktu antara virus pertama masuk ke dalam tubuh sampai
gejala pertama muncul. Biasanya diawali dengan gejala meningkatnya suhu badan
(demam tinggi) yang bisa mencapai suhu 41 derajat celsius. Penderita inveksi
virus Dengue demam berdarah yakni gejala seperti flu dan demam selama lebih
dari satu minggu. Ciri-ciri spesifik dari gejala DBD, yaitu demam tinggi hingga
mencapai 41 derajat celsius, sakit kepala, nyeri sendi, otot, dan tulang,
hingga rasa sakit di belakang mata.
Penyakit viral ke dua yang vektornya
nyamuk Aedes Aegypti adalah penyakit Demam Chikungunya. Penyakit Chikungunya
merupakan penyakit yang berjangkit pada suatu kawasan atau populasi (endemik)
yang disebabkan oleh virus family Togaviridae (genus Alphavirus). Penyakit
chikungunya tidak mematikan. Nama chikungunya berasal dari Bahasa Swahlii, yang
bermakna "yang berubah bentuk atau bungkuk". Hal ini merujuk pada
kondisi Postur penderita chikungunya yang memang kebanyakan akan membungkuk
akibat nyeri hebat pada persendian tangan dan kaki. Kejadian demam Chikungunya
di lndonesia dilaporkan pertama kali di Samarinda pada tahun 1973. Beberapa
gejala penyakit demam chikungunya adalah adanya demam tinggi, sakit perut,
mual, muntah, sakit kepala, nyeri sendi dan otot, serta bintik-bintik merah terutama
di badan dan tangan, meski gejalanya mirip dengan Dengue demam berdarah, namun
pada chikungunya tidak terjadi perdarahan hebat, renjatan (shock) maupun
kematian. Masa inkubasinya dua sampai empat hari, sementara manifestasinya tiga
sampai sepuluh hari setelah masa inkubasi.
Sebagai penyakit viral ke tiga yang
penularannya melalui vector nyamuk Aedes Aegypti adalah inveksi virus Zika.
Sebagaimana gejala awal infeksi virus pada umumnya pasien akan merasakan demam
mendadak, lemas, kemerahan pada kulit badan, punggung dan kaki, serta nyeri
otot dan sendi. Namun demikian Inveksi virus Zika berbeda dengan infeksi virus
Dengue, pada infeksi Zika menyebabkan mata pasien konjungtivitis atau radang
konjungtiva. Pasien juga akan merasakan sakit kepala. Sedang pada pemeriksaan
laboratorium sederhana biasanya hanya menunjukkan penurunan kadar sel leucosit
(darah putih) sebagaimana umumnya infeksi virus. Namun berbeda dengan infeksi
demam berdarah, yakni infeksi virus Zika tidak menyebabkan penurunan kadar
trombosit. Masa inkubasi hampir mirip dengan infeksi virus Dengue yaitu
beberapa hari sampai satu minggu. Hingga saat ini sudah 18 negara Amerika Latin
dan Karibia yang telah melaporkan adanya penyebaran infeksi virus Zika ini.
Bagi masyarakat Indonesia harus tetap waspada kemungkinan terjangkit infeksi
virus Zika, hal ini mengingat laporan- selama ini bahwa infeksi ini pernah
ditemui di Indonesia dan kenyataannya vektor pembawa penyakit virus ini memang
ada di Indonesia yaitu nyamuk Aedes Aegypti yang juga membawa penyakit infeksi
Demam Berdarah dan Chikungunya. Begitu sangat potensialnya nyamuk Aedes aegypti
dalam menularkan virus, maka upaya pencegahan dengan melakukan pemberantasan
sarang nyamuk mutlak diperlukan dan perlu terus diintensifkan. Upaya penurunan
angka kasus tiga penyakit (DBD, Chikungunya dan Zika) dapat terlaksana jika
kita dapat melakukan pemberantasan sarang nyamuk dan terus mensosialisasikan
gerakan 3 M (Mengubur, Mengurus dan Menutup) dan melaksanakannya. Semoga
Indonesia sehat benar-benar terwujud. (www.kompasiana.com)
0 komentar:
Posting Komentar