Berjihad
dengan Al Qur’an
xsù ÆìÏÜè? úïÍÏÿ»x6ø9$# NèdôÎg»y_ur ¾ÏmÎ/ #Y$ygÅ_ #ZÎ72 ÇÎËÈ
Maka
janganlah kamu mengikuti orang-orang kafir, dan berjihadlah terhadap mereka
dengan Al Quran dengan Jihad yang besar. (QS. Al Furqon : 52)
Dewasa ini
banyak yang memperdebatkan tentang konsepsi pemahaman islam. Ada yang
beranggapan bahwa islam mencetak seseorang menjadi fanatisme yang berlebihan
dan kekerasan. Namun sebagian yang lain juga menegaskan bahwa islam adalah
agama yang mencintai perdamaian. Pun juga ada yang beranggapan bahwa islam
adalah agama penyebar teror. Namun juga banyak yang merasakan bahwa islam
adalah agama yang membawa ketenangan bathin dan peduli tarhadap sesama. Di lain
pihak juga tidak sedikit para ilmuwan yang mendapatkan hidayah Allah karena
penemuannya yang ternyata telah ada didalam Al Qur’an dan ujungnya meyakini
akan kebenaran Al Qur’an itu sendiri. Kontroversi persepsi ini terus menajam ketika
sekelompok yang mengatasnamakan ummat islam meng’i’lankan (menguumkan) jihad
fisabilillah dengan menebar teror dan bom bunuh diri. Ini merupakan dua sudut
berbeda yang menjadi meinstream pemahaman dewasa ini.
Melihat
kontroversi persepsi yang kian meruncing ini. Hendaknya kita sebagai ummat
islam tak boleh tidur dalam pemahaman islam sosialita yang terjebak ke dalam
hidup yang konsumtif dan mempraktekkan islam secara parsial. Sehingga lupa
memikirkan kewajiban kita terhadap islam itu sendiri. Ada dua kemungkinan pemahaman
tentang orang-orang yang memakai baju islam namun dengan cara kekerasan. Yang
pertama, boleh jadi aksinya adalah dikarenakan kegeraman terhadap
prilaku-prilaku sekulerisme yang terpenetrasikan kedalam segala aktivitas hidup
ummat islam, muali dari budaya, ekonomi bahkan kepada politik. Tetapi para
ummat islam yang memiliki kesempatan dan wewenang mencegahnya tidak bisa
berbuat apa-apa, sehingga mengambil jalan pintas. Yang kedua mungkin saja ada
yang mengskenariokan aski-aksi ini untuk menciptakan opini islam yang negatif. Ini
semua barulah persepsi. Tinggal bagaimana ummat islam bisa bersikap arif agar
tidak tidur melihat dan mendengar fenomena ini, namun memperdalam ajaran
teologis keislamannya agar tidak terjebak kepada pemahaman yang menjadikannya
makin jauh dari tujuan adanya islam di dunia itu, yakni rahmatan lil alamin.
Berjihad dengan Al Qur’an
Secara bahasa jihad merupakan isim masdar
dari fiil jahada yang artinya “mencurahkan kemampuan”. Jika kita
mendasarkan pemikiran bahwa islam yang secara bahasa adalah damai/semalat. Maka
jihad hendaknya selalu mendasarkan kepada perdamian. Bahkan dalam kamus bahasa
Inggris (Oxford Reference
Dictionary) malah Jihad diartikan sebagai ‘perang untuk melindungi
Islam dari ancaman eksternal atau untuk siar agama di antara kaum kafir. Yusuf
Al Qordhowi memaknakan bahwa jihad merupakan upaya pemberantasan kebodohan, kemiskinan
dan memperantas penyakit yang meligkupi ummat islam. Dengan demikian bahwa
perintah Allah agar kita berjihad dengan Al Qur’an sebagaimana firman Allah
surat Al Furqon ayat 52 itu sangat tepat. Dari pesan Ilahi di atas bahwa kita
dilarang mengikuti orang-orang yang mengingkari Al qur’an dengan berbagai macam
bentuk dan subtansinya. Jihad besar yang di gadang-gadang oleh Rasulullah SAW
adalah jihad melawan hawa nafsu bisa dikalahkan dengan tetap pada jalur Al
Qur’an. Hawa nafsu bisa menjadikan seseorang lupa diri, sehingga Rasulullah SAW
mewanti-wanti agar kita waspada dengan satu hal ini. Al Qur’an senantiasa
menjadi pelurus sifat, sikap dan keputusan kita. Bentuknya sangat banyak, muai
dari melawan marah, dendam, besikap boros, malas, menghasud,menghardik,
sombong, rakus dan penyakit-penyakit hati lainnya. Berjihad dengan Al Qur’an
berarti mencurahkan kemampuan untuk meninggalakan sifat, sikap dan prilaku
kufur dan menjadikan Al Qur’an sebagai alat/senjata pengendali diri, yakni
dengan menjadikan Al Qur’an sebagai landasan berfikir dan berbuat. Adapun sikap
yang bisa menjadi senjata untuk berjihad dengan Al Qur’an adalah sebagai
berikut :
1. As Sobru. Sabar
merupakan anjuran Allah kepada hambaNya untuk menjadi benteng pertahanan atas
hebusan kencang hawa nafsu. Nafs ammaroh yang bisa berbentu kikir, hasud,
marah ini perlu kita lawan dengan jiwa sabar. Karena orang yang sedang marah
dalam keadaan tertekan, orang yang sedang kikir justru menekan diri untuk tidak
mengeluarkan hartanya untuk orang lain dan orang yang sedang menghasud itu
karena kurang puas terhadap orang sikap orang lain. Maka dengan jiwa dan sikap
sabarlah kita akan bisa membendungnya. Jangan mengutamakan hawa nafsu, karena
ia tidak pernah ada ujung kepuasannya. Sabarlah yang bisa membatasi hawa nafsu
dan sabarlah yang menjadikan kita makin menemukan kebahagiaan yang merupakan
esensi kepuasan hidup itu sendiri.
2.
As Suja’. Menolak
yang salah itu tidak mudah manakalah seseorang tidak memiliki jiwa As Suja’.
Karena sikap kehati-hatianya yang terlalu menajadikan dia mati langkah dan
takut melakukan apapun, walau dirasa benar. Berani bukan saja melawan apa yang
ditakutkan, tapi berani adalah menakuti apa yang salah menurut Al Qur’an.
Sehingga menolak yang salah tidak ada keraguan lagi. Penyakit hati yang bernama
Al-Hirsh/tamak/rakus merupakan sikap ketakutan akan kehabisan harta. Sehingga
ketamakannya mebutakannya dalam meraup rezeki Allah. Dengan sikap As Suja’
(berani) seseorang akan mengusirnya, sehingga bersikap lebih bersahaja dan
lebih bersyukur. Termasuk mendamaikan saudara yang bertikai, itupun butuh
keberanian melakukannya, itupun juga bagian dari jihad.
3.
Al Istiqomah. Keteguhan seseorang
itu ditentukan dari seberapa dalam keilmuan seserang dan seberapa tahan menahan
godaan. Maka memerangi kebodohan merupakan jihad besar bagi segenap ummat islam.
Jangan ragu bahwa para pendidik itu sedang berjihad, karena ia memerangi
kebodohan, sehingga menjadi manusia yang istiqomah dalam kehidupan.
Pada dasarnya tiga hal ini
barulah sekelumit bentuk jihad dengan Al Quran. Namun setidaknya pemahaman ini
cukup menjadi dasar untuk tidak memaknakan jihad secara serampangan. Karena
jihad itu mengerahkan kemampuan atau bersungguh-sungguh menuju keridhoan Allah
SWT. Karena menuruti hawa nafsu tak akan pernah menemukan kebahagiaan. Mari
kita pahami firman Allah berikut ini :
y7Ï9ºxx.ur çm»oYø9tRr& $¸Jõ3ãm $wÎ/{tã 4
ÈûÈõs9ur |M÷èt7¨?$# Nèduä!#uq÷dr& $tBy÷èt/ x8uä!%y` z`ÏB ÉOù=Ïèø9$# $tB y7s9 z`ÏB «!$# `ÏB <cÍ<ur wur 5X#ur ÇÌÐÈ
Dan
Demikianlah, Kami telah menurunkan Al Quran itu sebagai peraturan (yang benar)
dalam bahasa Arab. Dan seandainya kamu mengikuti hawa nafsu mereka setelah
datang pengetahuan kepadamu, Maka sekali-kali tidak ada pelindung dan
pemelihara bagimu terhadap (siksa) Allah. (QS Ar Ra’ad : 37)
Sangat jelas
bahwa berjihad dengan Al Qur’an merupakan jihadun Akbar (jihad yang
besar) sebagaimana disebutkan dalam ayat pembuka di atas. Maka mulai sekarang
berjihadlah, dengan mengerahkan segala kemampuan dan bersungguh-sungguh melawan
penyakit-penyakit hati yang kain hari kian menghinggapi kita dan bisa jadi
menutupi hidayah, rahmat dan keberkahan dari Allah jika tidak kita lawan. Terorlah
ketakutan anda dengan menguatkan keberanian untuk mengikuti kebenaran. Terorlah
hawa nafsu anda dengan sering mendengarkan nasehat-nasehat baik dan dengan
mengkaji Al Qur’an. Ini teror yang dibenarkan. Pasanglah rakitan-rakitan “bom
sabar” disudut hati anda, agar kemarahan itu hancur lebur dan berganti
menjadi pribadi yang ramah, bukan pemarah. Hardiklah kemalasan anda dengan
ungkapan-ungkapan verbal yang menakutinya, sehingga malas itupun lari dan tidak
datang lagi. Sehingga anda sanggup bekerja keras/bermal sholeh menuju apa yang
anda impikan. Semoga Allah mengokohkan hati kita untuk tetap sanggup berjihad
di jalan Allah dengan cara yang benar dan diridhoi Allah SWT. Wallahu’alam