Pages

Subscribe:

Ads 468x60px

Unborn 8.0 Yellow Pointer

Blogger news

Jumat, 09 November 2012

Pahlawan Kejujuran


Menjadi Pahlawan Kejujuran


Oleh : Rofiq Abidin

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar (QS. Al Ahzab : 70)

Sejak dahulu hingga kini sebuah sikap “jujur’ banyak dipesankan oleh orang tua kita, guru kita dan para orang bijak. Melihat fenomena belakangan ini sebuah sikap jujur menjadi barang mahal, bahkan yang bersikap jujur justru bisa dianggap sebuah kesalahan dan bahkan kemunduran. Ironis memang, sebuah kebaikan seolah terpojok oleh sikap-sikap paganisme kejahiliahan. Praktek ketidakjujuran terus menggeliat dinegeri tercinta ini, mulai dari birokrasi pemeritahan, birokrasi pendidikan, lembaga kehakiman, bahkan sampai lembaga keagamaan. Sampai-sampai seorang Dahlan Iskan (mentri BUMN) pernah menyatakan saat memberikan semangat kepada para masasiswa di Universitas Brawijaya Malang beberapa saat yang lalu, “jika bangsa Indonesia ingin maju, maka yang harus dibenahi adalah, yang pertama birokrasi, kedua adalah birokrasi, ketiga adalah birokrasi dan yang keempat adalah birokrasi”. Seorang pengusaha yang sekaligus pejabat negara ini begitu menyelami bahwa penghambat kemajuan bangsa yang paling utama adalah birokrasi yang tidak jujur. Sangat beralasan memang, karena birokrasi Negara Inodonesia ini terkesan begitu njlimet, tidak transparan, tidak jujur dan penuh intrik. Sebenarnya praktek ketidakjujuran sudah menjalar kepada berbagai lapisan  masyarakat, karena budaya ini terus menyilaukan iman dengan berbagai dalih mencari celah pembenaran-pembenaran sikapnya. Dengan semakin kreatifnya orang untuk tidak jujur, maka kita sebagai mukmin sudah semestiya berdiri tegak untuk memegang teguh prinsip-prinsip kejujuran, karena Allah telah mengingatkan para mukmin untuk tetap bertawakal dengan sekuat hati dan tenaga serta berkata jujur ditengah-tengah budaya negatif ketidakjujuran.

Ketidakjujuran Menjadi Tren dan Budaya
Ditengah-tengah dekadensi moral bangsa ini, maka sebagai muslim hendaklah tidak terkontaminasi dengan budaya-budaya tidak jujur. Karena ketidakjujuran itu membawa kemudharatan, mengandung kekecewaan dan menimbulkan perselisihan. Predikat bagi yang jujur pada saat ini memang terkadang memekakkan telinga, misalnya saja “sok suci”, sok oposisi, tidak bisa diajak kerjasama atau bahkan “sok pahlawan”. Bagi yang imannya terjaga rapi, ia akan tetap teguh, namun bagi yang tipis imannya maka ia akan goyah. Ditambah lagi dengan persepsi, “ini sudah zamannya”, jika kita tidak mengikuti kita akan tertinggal. Astagfirullah, sebuah pola pikir jahiliyah yang seolah-oleh didukung secara massal. Coba kita ambil hikmahya dari kisah seorang anak bernama Alifa Ahmad Maulana (Alif) dan Ibunya Siami berani mengungkap contek massal di SDN Gadel II di Surabaya, ia jurtru mendapat tekanan dari teman dan orang tua teman-temannya yang merasa dirugikan. Ini membuktikan bahwa seolah-olah ketidakjujuran telah mendapat legitimasi baik, demi sebuah nilai dan kelulusan. Konon kabarnya ketidakjujuran dilembaga pendidikan sudah bukan menjadi rahasia umum, mulai dari bocoran jawaban, penyuapan saat pendaftaran di sejumlah kampus ternama, samapai membeli sebuah ijazah. Sedemikian bobrokkah negeri ini?. Tindakan jahiliah bukanlah tindakan orang yang tak berpengetahuan, namun tindakan bodoh yang dilakukan oleh kaum intelek/berpengetahuan, ia tahu tindakannya salah dan berdampak negatif bagi dirinya, namun ia tidak mau jujur serta tetap melakukannya. Maka berhati-hatilah dengan berbagai macam praktek ini, karena Allah sudah mengingatkan bagi para mukmin untuk tetap bertawakal dan berkata dengan perkataan yang benar.

Kejujuran Membawa Kebaikan
Jujur pasti mujur, bisakah ungkapan bijak ini berlaku dimasa sekarang ini?. Bagi sebagian kita mungkin akan mengatakan nonsense, namun bagi para sidiqin,  jujur adalah kunci keberkahan. Jujur akan banyak membawa manfaat dalam kehidupan, karena sikap jujur melahirkan sikap berikut ini :
1.      Amanah
Saat kita berlaku dan bersikap jujur, kita telah menggandeng sifat amanah, karena orang jujur bearti ia telah menjadi pribadi yang dapat dipercaya dan pribadi yang memiliki kepercayaan diri  yang begitu kuat. Orang jujur pasti akan berusaha bertanggung jawab penuh dengan pekerjaan dan tugas yang diemban. Karena ia tahu bahwa kejujurannya merupakan sesuatu yang sudah semestinya dilakukan, bukan karena paksaan dan bukan karena tekanan.
2.      Adil
Biasanya jujur gandeng dengan adil, sebuah harapan ummat bagi pemimpin yang  memiliki sifat dan tindakan jujur dan adil. Seorang yang berlaku jujur tidak bisa menerima ketidakadilan, ia akan selalu merasa jika ada yang tidak adil dari tindakan dan keputusannya serta lingkungannya. Dengan kejujuran hatinya ia akan terus berusaha mengubahnya. Maka jika rakyat ingin pimpinan yang adil, carilah terlebih dulu pimpinan yang jujur.
3.      Qona’ah
Seorang yang jujur bukan berarti tidak mau uang, tapi ia akan lebih lega memuaskan bathinnya dengan sikap jujur daripada menggenggam uang yang tidak jelas hukumnya, bahkan nyata-nyata haram. Orang jujur akan mudah bersyukur, ia tidak terkontaminasi dengan intrik-intrik tidak halal yang menggodanya untuk berbuat kejahatan. Ia akan menerima keputusannya untuk bersikap jujur, walaupun mungkin terkesan hidupnya tidak bermewah-mewahan. Ia benar-benar menemukan kepuasan bathin pada sifat dan sikapnya jujurnya, karena jujur membawanya pada qona’ah, tidak boros dalam kehidupan.

Bertahan dalam Kejujuran
Satu-satunya manusia yang layak mendapat nobel kejujuran adalah “Muhammad SAW”. Gelar Al-amin yang disandangnya membuktikan bahwa ia telah diakui oleh masyarakat sekitar sebagai orang yang benar-benar jujur. Bahkan hingga kini ajaran Rasulullah SAW tentang jujur begitu banyak kita temukan dalam hadistnya. Coba kita ingat, saat seorang pencuri ingin masuk islam, Rasulullah SAW memberikan syarat kepadanya untuk tidak berbohong. Sehingga setiap ia mau mencuri ia ingat dengan pesan Rasulullah agar tidak bohong, iapun batal mencuri. Hingga akhirnya ia merasa tidak bisa bersembunyi untuk berbuat mencuri, karena Allah selalu mengawasi dan tentunya hati nuraninya selalu memprotesnya. Sebuah radar yang senyatanya mengawasi jujur dan tidaknya kita adalah nurani. Karena orang yang melakukan ketidakjujuran senantiasa diprotes oleh hati nuraninya, ia senantiasa memberi sinyal bahwa sikap dan tindakannya itu salah, namun terkadang tertutupi oleh keegoan, kesombongan dan kepuasan semu. Jadi untuk bertahan dengan sikap jujur pertama dibutuhkan keyakinan bahwa sikap jujur pasti membawa kebaikan. Selanjutnya untuk bertahan dengan sikap jujur, maka kita perlu mengingat kepuasan hati ada saat kita mengikuti kata hati (kejujuran). Dengan jujur pula kita akan mendapat rahmat Allah, karena Allah ridho dengan orang-orang yang sidiq fil qolbi (jujur dalam hati), sidiq fil lisan (jujur dalam perkataan) dan sidiq fil arkan (jujur dalam perbuatan). Saya rasa tiga alasan utama inilah yang menjadikan seorang mukmin mutlak untuk bersikap jujur. Kita jujur bukan untuk menjadi pahlawan, namun kita jujur karena sudah semestinya untuk berlaku dan bertindak demikian.



Kamis, 08 November 2012


Ide Liburan Murah Bersama Anak


 

Waktu liburan anak kini telah tiba, sayang Anda malah sedang tak punya budget untuk berlibur ke luar kota atau luar negeri.
Jangan khawatir, coba salah satu dari beberapa ide liburan murah meriah ini bersama anak- anak, siapa tahu mereka menyukainya.

1. Keliling kota dan bersikaplah seperti turis
Anda dan si kecil bisa jadi sudah bertahun-tahun tinggal di Surabaya, Sidoarjo, atau kota lainnya. Namun pernahkah Anda keliling Surabaya? Jika belum, Anda bisa mencobanya.
Namun saat melakukan kegiatan tersebut bersikaplah seperti turis, seperti Anda baru pertama kali datang ke Surabaya. Datangi tempat-tempat yang biasa didatangi oleh turis seperti Monumen Tugu Pahlawan, Museum Sepuluh Nopember, Museum Mpu Tantular, Pelabuhan Tanjung Perak, atau Jembatan Suramadu.
Sama seperti sedang liburan dan menjadi turis, untuk ide pertama ini, Anda harus menyiapkan budget makan di restoran. Sebagai turis, biasanya Anda makan di restoran bukan? Kegiatan makan di luar ini juga bisa jadi selingan yang menyenangkan untuk anak.

2. Ajari Anak Mengembangkan Hobinya
Selama ini Anda melihat anak memiliki tertentu seperti melukis atau fotografi?
Inilah saatnya mengajak anak mengembangkan hobinya tersebut. Jadikan waktu liburan tersebut sebagai saat di mana anak bisa sepuasnya melakukan hobinya itu.
Jika si kecil suka memotret, Anda bisa mengajaknya ke tempat-tempat yang disukainya untuk mengambil gambar. Kalau anak suka melukis, ada banyak tempat yang bisa membuat anak semakin mengembangkan bakatnya itu. Anda bisa mencarinya di internet atau majalah soal tempat-tempat menarik ini. Selain itu,
bersama anak- anak Anda bisa mengerjakan ketrampilan tangan, misalnya bermain mencetak lilin mainan, atau membuat istana kertas. Kehabisan ide? Buku aktivitas anak yang banyak dijual akan memberikan ide-ide yang dapat dicoba.

3. Berkemah
Jika dibandingkan pergi ke luar kota selama beberapa hari, berkemah tentu tidak akan mengeluarkan budget yang menguras kantong. Jika di kota Anda tidak ada kawasan yang diperuntukkan khusus untuk berkemah atau outdoor activities lainnya, tidak ada salahnya jika berkemah bersama anak- anak di pekarangan rumah sendiri. Kegiatan berkemah ini selain bisa lebih mengakrabkan Anda dan anak, si kecil pun bisa lebih dekat dengan alam. Selalu libatkan anak dalam mempersiapkan segala sesuatunya mulai dari membangun tenda sampai memasak hidangan untuk makan malam.
Agar si kecil merasa nyaman, persiapkan segala sesuatunya mulai dari makanan, pakaian (jas hujan), lotion anti nyamuk dan kotak P3K.

4. Membuat  Acara Ala 17 Agustusan Sederhana
Cukup modal 2 pohon/ tiang, diberi tali rafia untuk menggantung kerupuk. Anak-anak dikelompokkan sesuai umur, Balita dan 6-10 tahun, jadi deh 2 kelompok. Permainan lainnya,  lari kelereng, susun gelas plastik bekas air kemasan, lari bola masuk ke ember kecil (saling pinjam ember tetangga), kemudian lari bendera estafet atau juga balap karung. Pasti seru!

5. Membuat Origami, Kokoru, serta Aneka Kartu
Kegiatan ini tidak kalah mengasyikkan, terutama bagi anak-anak perempuan. Mereka bisa bebas membentuk, menggambar dan menghias kartunya.

6. Permainan Tradisional
Coba deh kembali ke masa kecil dan ajari anak- anak bermain berbagai permainan rakyat, seperti lompat tali (karet), bola bekel, gobak sodor, congklak, dan bentengan. Anak- anak bisa memainkannya bersama- sama dengan saudara- saudara maupun anak- anak tetangga. Seru, murah meriah, dan banyak sisi positif dalam hal pembentukan karakter dari jenis permainan tradisional ini.

7. Mengunjungi Kakek & Nenek atau Saudara
Ide ini tepat untuk Anda yang selama ini tinggal berjauhan dengan orang tua atau saudara lainnya. Inilah saatnya menjadikan momen liburan untuk mengajak anak mengenal keluarga Anda atau pasangan lebih dekat. Pulang kampung setahun sekali saat Idul Fitri tentu belum cukup untuk membuat anak mengenal seluruh keluarga dari ayah bundanya.
Anak biasanya juga akan sangat antusias saat diajak berkunjung ke rumah kakek-nenek atau saudara mereka, apalagi jika di sana ada banyak kegiatan yang jarang dilakukannya selama ia tinggal di rumah, misalnya pergi ke sawah, memberi makan sapi atau kambing, memancing dan lain-lain.
Kalau pergi ke rumah orangtua Anda ternyata memerlukan biaya yang tidak sedikit, Anda bisa mengajak anak menginap di rumah keluarga yang jaraknya tidak terlalu jauh. Usahakan saudara yang Anda kunjungi itu juga memiliki anak sehingga si kecil merasa punya teman bermain baru.

Punya ide lain? Yuk buruan tulis ide- ide nya, mau ngapain dan kemana saja selama libur sekolah ini, dan buat pengingatnya kemudian tempel atau gantung di dinding supaya tidak lupa. Oh ya, jangan lupa, setelah selesai liburan, bikin album fotonya dan tulis cerita apa saja di balik foto- foto tersebut. Pasti akan menjadi liburan yang tidak terlupakan! Selamat berlibur...

BAHAYA MINUM SAMBIL BERDIRI

Ternyata secara medis dalam tubuh manusia terdapat suatu saringan yang bernama sfringer (berhubungan dengan sistem transportasi cairan pada ginjal). Saringan tersebut dapat terbuka ketika kita duduk dan otomatis akan tertutup jika kita berdiri. Permasalahannya, air yang kita minum belum 100% steril untuk dicerna oleh tubuh kita. Maka dengan kata lain sewaktu kita minum sambil berdiri maka air yang kita minum tak akan tersaring oleh saringan tersebut (sfringer) dikarenakan saringan tersebut akan tertutup sewaktu kita minum sambil berdiri. Air yang tidak tersaring oleh sfringer langsung masuk ke kandung kemih, dan dalam jangka panjang dapat mengakibatkan kristalisasi pada ginjal kita, dan efeknya akan mengakibatkan penyakit kristal ginjal.
Bila kita minum sambil duduk, air yang kita minum akan disaring oleh sphincter. Sphincter adalah suatu struktur maskuler (berotot) yang bisa membuka (sehingga air kemih dapat lewat) dan menutup. Setiap air yang kita minum akan disalurkan pada pos- pos penyaringan yang berada di ginjal. Nah jika kita minum sambil berdiri, air yang kita minum tanpa disaring lagi langsung menuju kantung kemih sehingga terjadi pengendapan di saluran ureter. Limbah- limbah (pengendapan) yang menyisa di ureter inilah yang bisa menyebabkan penyakit kristal ginjal yang merupakan salah satu penyakit ginjal yang berbahaya. Salah satu gejalanya adalah susah buang air kecil.
Cara mengatasinya :
1. Biasakan minum sambil duduk
2. Perbanyak minum air putih

Dari Anas dan Qatadah, Rasulullah saw bersabda:

Sesungguhnya beliau melarang seseorang minum sambil berdiri, Qotadah berkata: ”Bagaimana dengan makan?” beliau menjawab: “Itu lebih buruk lagi”. (HR. Muslim dan Turmidzi)

Bersabda Nabi dari Abu Hurairah, “Jangan kalian minum sambil berdiri! Apabila kalian lupa, maka hendaknya ia muntahkan!” (HR. Muslim)



MENCAPAI TIDUR BERKUALITAS
 Beberapa di antara kita punya kebiasaan tidur sambil menyalakan TV, laptop, dan atau memakai headset. Tahukah anda bahwa kebiasaan itu sangat berbahaya? 

Tidur merupakan kebutuhan alami manusia. Dengan tidur yang berkualitas, metabolisme tubuh ditata kembali. Kita juga memiliki kesempatan untuk melakukan regenerasi mengganti sel- sel  tubuh yang mati. Nah tahukah Anda, bagaimana cara mendapatkan tidur yang baik dan berkualitas? Salah satu caranya adalah dengan memadamkan lampu di waktu tidur normal (jam 9 malam hingga 8 pagi) demi mendapatkan hormon melatonin secara maksimal.

Hormon Melatonin 

Adalah zat yang dihasilkan oleh kelenjar pineal di dalam otak yang pembentukannya dipicu oleh gelap dan berfungsi mengatur bioritme atau irama tubuh dalam hal pengaturan tidur. Kadarnya paling tinggi ditemukan menjelang pagi hari sekitar jam 02.00 – 04.00 dan paling rendah di sore hari. Ini juga menjawab kenapa orang semakin bertambah usia semakin sedikit tidurnya, karena secara alamiah, produksi hormone melatonin ini juga akan mengalami penurunan, sejalan dengan pertambahan usia manusia. Penurunan yang drastis biasanya terjadi sekitar usia 40 tahun sehingga dengan menurunnya hormon ini maka kualitas tidurpun akan menurun dan sering berefek pada kesulitan tidur. Manfaat lain melatonin adalah sebagai anti oksidan yang larut dalam lemak dan air, meningkatkan imun tubuh menimbulkan relaksasi otot dan membantu meningkatkan mood dan menghilangkan ketegangan. Jadi sebaiknya kalau tidur lampu dimatikan agar bisa memaksimalkan produksi melatonin. Memang, ada sebagian orang yang merasa tidak nyaman, atau bahkan tidak dapat tidur pada kondisi gelap. Namun jika melihat manfaat atau dampaknya, hal ini perlu diperhatikan juga, antara lain dengan tidak tidur di bawah pencahayaan langsung (dari lampu kamar), terutama bagi anak-anak yang masih  dalam masa pertumbuhan.

Matikan Televisi dan Musik 

Kebiasaan tidur sambil mendengarkan musik, menonton televisi sampai tertidur, atau membiarkan lampu di ruangan menyala terang memang sulit dihilangkan dan menurut sebagian orang kondisi seperti itu membuat mereka menjadi lebih cepat tertidur.Tetapi pada kenyataannya setelah terbangun mereka merasa lebih tegang (stress), bahkan ada yang merasa seperti tidak tidur semalaman. Pada saat kita tidur sebetulnya otak tidak pernah tidur. Otak selalu menjalankan aktivitasnya walaupun tidak sesibuk seperti di saat terjaga, yaitu menjalankan sistem metabolisme tubuh. Pada malam hari, seiring menurunnya aktivitas tubuh, ritme gelombang otak pun mengalami penurunan. Namun apabila kita tidur sambil mendengarkan musik, televisi dalam keadaan hidup atau lampu ruangan sedang menyala terang, maka gelombang suara atau cahaya yang dipancarkan oleh peralatan tersebut tetap diterima oleh indera pendengaran dan penglihatan kita. Gelombang suara diterima oleh alat pendengaran di dalam telinga dan gelombang cahaya tetap dapat menembus kelopak mata dan diterima oleh retina dan lensa mata. Gelombang- gelombang tersebut akan diteruskan ke otak kita. Otak yang harusnya beristirahat akan kembali terangsang untuk bekerja dan mengolah informasi yang masuk. Apabila hal ini berlangsung sepanjang malam, berarti kita hanya tidur menurut tubuh luar, tetapi tidak menurut otak. Otak akan terus bekerja mengolah informasi yang masuk tersebut. Jadi jangan biarkan otak Anda kelelahan karena harus tetap bekerja pada malam hari, sedangkan di siang hari otak juga akan diperas oleh kegiatan rutin kita.

(dari berbagai sumber) 


Kisah Seorang Anak yang Bisu dan Tuli

Satu lagi, kisah nyata di zaman ini. Seorang penduduk Madinah berusia 37 tahun, telah menikah, dan mempunyai beberapa orang anak. Ia termasuk orang yang suka lalai, dan sering berbuat dosa besar, jarang menjalankan shalat, kecuali sewaktu-waktu saja, atau karena tidak enak dilihat orang lain.
Penyebabnya, tidak lain karena ia bergaul akrab dengan orang- orang jahat dan para dukun. Tanpa ia sadari, syetan setia menemaninya dalam banyak kesempatan.
Ia bercerita mengisahkan tentang riwayat hidupnya: ”Saya memiliki anak laki- laki berusia 7 tahun, bernama Marwan. Ia bisu dan tuli. Ia dididik ibunya, perempuan shalihah dan kuat imannya. Suatu hari setelah adzan maghrib saya berada di rumah bersama anak saya, Marwan. Saat saya sedang merencanakan di mana berkumpul bersama teman-teman nanti malam, tiba- tiba, saya dikejutkan oleh anak saya. Marwan mengajak saya bicara dengan bahasa isyarat yang artinya, “Mengapa engkau tidak shalat wahai Abi?” Kemudian ia menunjukkan tangannya ke atas, artinya ia mengatakan bahwa Allah yang di langit melihatmu. Terkadang, anak saya melihat saya sedang berbuat dosa, maka saya kagum kepadanya yang menakut-nakuti saya dengan ancaman Allah. Anak saya lalu menangis di depan saya, maka saya berusaha untuk merangkulnya, tapi ia lari dariku. Tak berapa lama, ia pergi ke kamar mandi untuk berwudhu, meskipun belum sempurna wudhunya, tapi ia belajar dari ibunya yang juga hafal Al-Qur’an. Ia selalu menasihati saya tapi belum juga membawa faidah. Kemudian Marwan yang bisu dan tuli itu masuk lagi menemui saya dan memberi isyarat agar saya menunggu sebentar, lalu ia shalat maghrib di hadapan saya. Setelah selesai, ia bangkit dan mengambil mushaf Al-Qur’an, membukanya dengan cepat, dan menunjukkan jarinya ke sebuah ayat (yang artinya): “Wahai bapakku, sesungguhnya aku khawatir bahwa kamu akan ditimpa adzab dari Allah Yang Maha Pemurah, maka kamu menjadi kawan bagi syaithan” (Maryam: 45).
Kemudian, ia menangis dengan kerasnya. Saya pun ikut menangis bersamanya. Anak saya ini yang mengusap air mata saya. Kemudian ia mencium kepala dan tangan saya, setelah itu berbicara kepadaku dengan bahasa isyarat yang artinya, “Shalatlah wahai ayahku sebelum ayah ditanam dalam kubur dan sebelum datangnya adzab!”
“Demi Allah, saat itu saya merasakan suatu ketakutan yang luar biasa. Segera saya nyalakan semua lampu rumah. Anak saya Marwan mengikutiku dari ruangan satu ke ruangan lain sambil memperhatikan saya dengan aneh. Kemudian, ia berkata kepadaku (dengan bahasa isyarat), ”Tinggalkan urusan lampu, mari kita ke Masjid Besar (Masjid Nabawi)”. Saya katakan kepadanya, “Biar kita ke masjid dekat rumah saja”. Tetapi anak saya bersikeras meminta saya mengantarkannya ke Masjid Nabawi.

Akhirnya, saya mengalah kami berangkat ke Masjid Nabawi dalam keadaan takut. Dan Marwan selalu memandang saya. Kami masuk menuju Raudhah. Saat itu Raudhah penuh dengan manusia, tidak lama datang waktu iqamat untuk shalat isya’, saat itu imam masjid membaca firman Allah (yang artinya), ”Hai orang- orang yang beriman, janganlah kamu mengikuti langkah- langkah syetan. Barangsiapa yang mengikuti langkah- langkah syetan, maka sesungguhnya syetan itu menyuruh mengerjakan perbuatan keji dan munkar. Sekiranya tidaklah karena karunia Allah dan rahmat- Nya kepada kamu sekalian, niscaya tidak seorang pun bersih (dari perbuatan- perbuatan keji dan munkar itu) selama- lamanya, tetapi Allah membersihkan siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Mendengar dan Maha Mengetahui” (An-Nuur: 21).
Saya tidak kuat menahan tangis. Marwan yang berada di sampingku melihat aku menangis, ia ikut menangis pula. Saat shalat ia mengeluarkan tissue dari sakuku dan mengusap air mataku dengannya. Selesai shalat, aku masih menangis dan ia terus mengusap air mataku. Sejam lamanya aku duduk, sampai anakku mengatakan kepadaku dengan bahasa isyarat, “Sudahlah wahai Abi!” Rupanya ia cemas karena kerasnya tangisanku. Saya katakan, “Kamu jangan cemas”. Akhirnya, kami pulang ke rumah. Malam itu begitu istimewa, karena aku merasa baru terlahir kembali ke dunia.
Istri dan anak- anakku menemui kami. Mereka juga menangis, padahal mereka tidak tahu apa yang terjadi.
Marwan berkata, “Tadi Abi pergi shalat di Masjid Nabawi”. Istriku senang mendapat berita tersebut dari Marwan yang merupakan buah dari didikannya yang baik.
Saya ceritakan kepadanya apa yang terjadi antara saya dengan Marwan. Saya katakan,”Saya bertanya kepadamu dengan menyebut nama Allah, apakah kamu yang mengajarkannya untuk membuka mushaf Al-Qur’an dan menunjukkannya kepada saya?” Dia bersumpah dengan nama Allah sebanyak tiga kali bahwa ia tidak mengajarinya. Kemudian ia berkata, “Bersyukurlah kepada Allah atas hidayah ini.” Malam itu adalah malam yang terindah dalam hidup saya. Sekarang -alhamdulillah saya selalu shalat berjamaah di masjid dan telah meninggalkan teman-teman yang buruk semuanya. Saya merasakan manisnya iman dan merasakan kebahagiaan dalam hidup, suasana dalam rumah tangga harmonis penuh dengan cinta, dan kasih sayang. Khususnya kepada Marwan saya sangat cinta kepadanya karena telah berjasa menjadi penyebab saya mendapatkan hidayah Allah.”

Rabu, 07 November 2012

Subhanallah


RAHASIA BERTEMUNYA DUA LAUT YANG BERBEDA JENIS


"Dan Dialah yang membiarkan dua laut mengalir (berdampingan); yang ini tawar lagi segar dan yang lain masin lagi pahit; dan Dia jadikan antara keduanya dinding dan batas yang menghalangi." (Q.S Al Furqan:53)

Jika Anda termasuk orang yang gemar menonton acara TV `Discovery Chan
nel' pasti kenal Mr. Jacques Yves Costeau, ia seorang ahli Oceanografer dan ahli selam terkemuka dari Perancis. Orang tua yang berambut putih ini sepanjang hidupnya menyelam ke berbagai dasar samudera di seantero dunia dan membuat film dokumenter tentang keindahan alam dasar laut untuk ditonton oleh seluruh dunia. 

Pada suatu hari ketika sedang melakukan eksplorasi di bawah laut, tiba-tiba ia menemui beberapa kumpulan mata air tawar-
segar yang sangat sedap rasanya karena tidak bercampur/ tidak melebur dengan air laut yang asin di sekelilingnya, seolah- olah ada dinding atau membran yang membatasi keduanya.

Fenomena ganjil itu membuat bingung Mr. Costeau dan mendorongnya untuk mencari tahu penyebab terpisahnya air tawar dari air asin di tengah-tengah lautan. Ia mulai berpikir, jangan-jangan itu hanya halusinasi atau kha
yalan sewaktu menyelam. Waktu pun terus berlalu setelah kejadian tersebut, namun ia tak kunjung mendapatkan jawaban yang memuaskan tentang fenomena ganjil tersebut.

Sampai pada suatu hari ia bertemu dengan seorang profesor muslim , kemudian ia pun menceritakan fenomena ganjil itu. Profesor itu teringat pada ayat Al Quran tentang bertemunya dua lautan (
Surat Ar-Rahman ayat 19-20) yang sering diidentikkan dengan Terusan Suez. Ayat itu berbunyi "Marajal bahraini yaltaqiyaan, bainahumaa barzakhun laayabghiyaan..." Artinya: "Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu, antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui masing-masing." Kemudian dibacakan surat Al Furqan ayat 53 di atas.

Selain itu, dalam beberapa kitab tafsir, ayat tentang bertemunya dua lautan tapi tak bercampur airnya diartikan sebagai lokasi muara sungai, di mana terjadi pertemuan antara air tawar dari sungai dan air asin dari laut. Namun tafsir itu tidak menjelaskan ayat berikutnya dari Surat Ar-Rahman ayat 22 yang berbunyi "Yakhruju minhuma lu'lu`u wal marjaan" yang artinya "Dari keduanya keluar mutiara dan marjan." Padahal di muara sungai tidak ditemukan mutiara.

Terpesonalah Mr. Costeau mendengar ayat-ayat Al Qur'an itu, melebihi kekagumannya melihat keajaiban pemandangan yang pernah dilihatnya di lautan yang dalam. Al Qur'an ini mustahil disusun oleh Muhammad yang hidup di abad ke tujuh, suatu zaman saat belum ada peralatan selam yang canggih untuk mencapai lokasi yang jauh terpencil di kedalaman samudera.

Benar-benar suatu mukjizat, berita tentang fenomena ganjil 14 abad yang silam akhirnya terbukti pada abad 20. Mr. Costeau pun berkata bahwa Al Qur'an memang sesungguhnya kitab suci yang berisi firman Allah, yang seluruh kandungannya mutlak benar.

Costeau pun dikabarkan masuk Islam secara diam-diam, karena kekagumannya pada Alquran yang mengungkapkan fenomena alam ini. Jaques Cousteau meninggal pada Hari Rabu 25 Juni 1997. Sayangnya, dengan kerahasian Islamnya, banyak orang terdekatnya yang tidak tahu. Ia dikabarkan dimakamkan di Katedral Notre Dame di Paris.

Subhanallah... Mr. Costeau
mendapat hidayah melalui fenomena teknologi kelautan. Maha Benar Allah yang Maha Agung. Shadaqallahu Al `Azhim. Rasulullah s.a.w. bersabda:

"Sesungguhnya hati manusia akan berkarat sebagaimana besi yang dikaratkan oleh air." Bila seorang bertanya, "Apakah caranya untuk menjadikan hati-hati ini bersih kembali?" Rasulullah s.a.w. bersabda, "Selalulah ingat mati dan membaca Al Quran."

(disarikan dari Koran Republika dan berbagai sumber lainnya)

Perubahan


Momentum Perubahan
Oleh : Rofiq Abidin


Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia (QS. Ar Ra’d : 11)

Lantunan ayat-ayat suci Al Qur’an sangat kental di bulan ini, berbagai media pun kerap kali menayangkan tontonan yang bersifat religi yang dapat kita nikmati setiap saat, apalagi menjelang maghrib. Kita dapat menikmati tayanganr eligi baik dakwah secara langsung yang berupa kultum-kultum, maupun sinetron yang bernuansa islami. Ya Bulan Ramadhan memberi warna tersendiri bagi kehidupan kita beragama, keceriaan Ramadhan akan senantiasa kita rasakan setiap tahunnya. Namun cukupkah hanya di bulan ini kita meningkatkan pengabdian kepada Allah?. Jangan sampai salah kaprah dalam memahami tentang pahala, kita mendulang pahala di bulan ini, kemudian setelah bulan ini telah usai, kitapun kembali kepada kebiasaan buruk. Ini berarti ibadah kita hanya karena “pahala”, sehingga kita tidak bisa mengambil esensi ibadah itu sendiri, hanya dengan ikhlas karena Allah kita akan dapat mendapatkan manfaat amalan kita untuk kini dan mendatang, bukan berdampak instan setelah Bulan Ramadhan habis, habis pula manfaat untuk kita. Memang Bulan Ramadhan merupakan momentum seseorang memulai perubahan, karena di bulan ini kesadaran untuk menjalankan perintah Allah banyak dirangsang oleh berbagai kegiatan Islam dan tayangan-tayangan media. Namun spirit perubahan diri tidak cukup berhenti sampai pada Bulan Ramadhan. Semua perubahan diri berawal dari kemauan, jika hal ini terbangun secara terus menerus, maka cepat atau lambat perubahan akan terus berjalan secara signifikan.

Momen Taubatan Nasuha
Selama sebulan penuh pada Bulan Ramadhan secara otomatis Umat Islam mudah tergugah untuk melaksanakan perintah Allah. Boleh jadi awalnya ikut- ikutan atau barangkali iseng sekedar mengikuti musimnya, selanjutnya muncul sedikit demi sedikit kesadaran murni. Adapun hidayah merupakan perjuangan yang penuh sungguh- sungguh untuk meraih-Nya, karena Allah maha tahu mana hamba-Nya yang serius mengharap hidayah dan mana yang kurang niat meraih ibadah.  Adapun taubat yang dikehendaki Allah adalah taubatan nasuha, bukan taubat sambal yang sekali menyatakan kapok, namun selanjutnya mengulanginya lagi. Mari kita resapi firman Allah berikut ini :

Kecuali mereka yang telah taubat dan mengadakan perbaikan dan menerangkan (kebenaran), maka terhadap mereka itulah Aku menerima taubatnya dan Akulah Yang Maha Menerima taubat lagi Maha Penyayang. (QS. Al Baqarah : 169)

Sikap taubat sudah semestinya dibarengi dengan sikap perbaikan, karena taubat tanpa perbaikan hanya akan sia-sia, berarti tidak ada niat yang kuat untuk bertaubat. Momen Bulan Ramadhan merupakan momen yang tepat untuk bertaubat, karena pada bulan ini Allah membuka rahmat dan ampunan selebar- lebarnya bagi hamba-Nya yang mau bertaubat. Bertaubat berarti menghentikan perbuatan buruk yang dilakukan, selanjutnya melakukan perubahan yang lebih baik. Taubat dilakukan dari hati (niat ikhlas dan kuat), selanjutnya diucapkan dengan lisan (pengakuan kesalahan/ istighfar) dan melakukan perbaikan dengan amal- amal yang positif serta tidak mengulangi lagi perbuatan buruk/negatif tersebut. Pada Bulan Ramadhan ini banyak di antara kita yang sudah merasa beristigfar, namun setelah Bulan Ramadhan kita tinggalkan, kita kembali pada kebiasaan lama yang cenderung membawa kepada kenistaan dan keburukan. Oleh karena itu, sebelum bertaubat kuatkanlah niat untuk meninggalkan kebiasaan buruk itu, selanjutnya tinggalkan dan buat kebiasaan- kebiasaan positif sebagai subtitusi kebiasaan lama.

Barangsiapa berpuasa Ramadhan dengan keimanan dan mengharap pahala (keridhoan) Allah, maka diampuni dosa-dosanya yang terdahulu. (HR. Bukhari) 

Jelas bahwa berpuasa pada Bulan Ramadhan akan dapat menghapus dosa kita, maka berpuasalah dengan sepenuh hati. Karena selama berpuasa banyak penggemblengan yang dapat melatih kita untuk mengubah kebiasaan buruk menjadi kebiasaan baik.

Momen Peningkatan Amal
Tentu kita tahu bahwa Bulan Ramadhan merupakan bulan yang penuh dengan pelipatgandaan balasan/ pahala. Begitu juga bagi yang menjalankan puasa dengan ikhlas karena Allah akan mendapatkan pahala spesial dari Allah SWT. Maka momen penting Ramadhan ini marilah kita manfaatkan dengan sebaik- baiknya, mulai dari hari pertama sampai terakhir, sebulan penuh kita isi dengan amal shaleh, baik keshalehan spiritual maupun keshalehan sosial. Keshalehan spiritual yang berhubungan dengan amaliah kita kepada Allah secara langsung berupa pengamalan nilai- nilai ubudiyah/ pengabdian yang bersifat ritual. Adapun keshalehan social adalah berupa amaliah yang berhubungan dengan manusia lainnya atau makhluk Allah, yakni dengan bershodaqoh, tolong menolong dan lain sebagainya. Ini momen penting, bukan karena pahala istimewa di bulan ini, namun hidayah Allah yang diturunkan pada bulan ini semestinya kita ambil untuk dijadikan pedoman bagi kelangsungan hidup kita di masa yang akan datang. Sekali lagi bukan karena pahala spesial di bulan puasa, namun tangkaplah hidayah Allah dengan hati yang terbuka, hati yang ikhlas, hati yang mutma’inah (tenang), karena ini yang akan membawa kita kembali kepada keridhoan Allah SWT.

Momen Evaluasi Diri
Satu lagi momen yang tidak boleh kita lewatkan di Bulan Ramadhan ini ialah “evaluasi diri”. Dengan banyaknya syi’ar- syi’ar melalui majelis taklim dan ceramah- ceramah lewat media kita akan mudah tergugah untuk mengevaluasi sejauh mana amalan kita, apakah sudah mendulang amal untuk persiapan kita di hari esok, baik esok dalam makna masa depan di dunia maupun masa depan di akhirat. Akankah kita membiarkan sholat kita tidak khusyuk atau kita membiarkan amal kita tidak ikhlas?. Kini saatnya mengubah semuanya, dimulai dari yang ringan, dimulai dari yang cepat kita ingat. Mari kita evaluasi amaliah kita, jangan membiarkan momen Ramadhan ini berlalu begitu saja.

Telah dekat kepada manusia hari menghisab segala amalan mereka, sedang mereka berada dalam kelalaian lagi berpaling (daripadanya).  Tidak datang kepada mereka suatu ayat Al Quran pun yang baru (di-turunkan) dari Tuhan mereka, melainkan mereka mendengarnya, sedang mereka bermain-main. (QS. Al Anbiya’ : 1-2)

Mungkin saja kita telah banyak lalai dan banyak berpaling dari perintah Allah, saatnya kita memperbaikinya sekarang, bukan besok atau lusa, saat kita ingat dan sadar inilah kita memperbaikinya. Mulailah evaluasi diri (muhasabah) dengan menyadari bahwa perbuatan kita yang salah perlu diperbaiki dengan mengganti perbuatan baik, datanglah kepada Allah untuk beristighfar (pengakuan diri atas kesalahan), selanjutnya perbanyak amal baik dan perkuat komitmen untuk berubah. Selamat berpuasa!