Pages

Subscribe:

Ads 468x60px

Unborn 8.0 Yellow Pointer

Blogger news

Rabu, 07 November 2012

Perubahan


Momentum Perubahan
Oleh : Rofiq Abidin


Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia (QS. Ar Ra’d : 11)

Lantunan ayat-ayat suci Al Qur’an sangat kental di bulan ini, berbagai media pun kerap kali menayangkan tontonan yang bersifat religi yang dapat kita nikmati setiap saat, apalagi menjelang maghrib. Kita dapat menikmati tayanganr eligi baik dakwah secara langsung yang berupa kultum-kultum, maupun sinetron yang bernuansa islami. Ya Bulan Ramadhan memberi warna tersendiri bagi kehidupan kita beragama, keceriaan Ramadhan akan senantiasa kita rasakan setiap tahunnya. Namun cukupkah hanya di bulan ini kita meningkatkan pengabdian kepada Allah?. Jangan sampai salah kaprah dalam memahami tentang pahala, kita mendulang pahala di bulan ini, kemudian setelah bulan ini telah usai, kitapun kembali kepada kebiasaan buruk. Ini berarti ibadah kita hanya karena “pahala”, sehingga kita tidak bisa mengambil esensi ibadah itu sendiri, hanya dengan ikhlas karena Allah kita akan dapat mendapatkan manfaat amalan kita untuk kini dan mendatang, bukan berdampak instan setelah Bulan Ramadhan habis, habis pula manfaat untuk kita. Memang Bulan Ramadhan merupakan momentum seseorang memulai perubahan, karena di bulan ini kesadaran untuk menjalankan perintah Allah banyak dirangsang oleh berbagai kegiatan Islam dan tayangan-tayangan media. Namun spirit perubahan diri tidak cukup berhenti sampai pada Bulan Ramadhan. Semua perubahan diri berawal dari kemauan, jika hal ini terbangun secara terus menerus, maka cepat atau lambat perubahan akan terus berjalan secara signifikan.

Momen Taubatan Nasuha
Selama sebulan penuh pada Bulan Ramadhan secara otomatis Umat Islam mudah tergugah untuk melaksanakan perintah Allah. Boleh jadi awalnya ikut- ikutan atau barangkali iseng sekedar mengikuti musimnya, selanjutnya muncul sedikit demi sedikit kesadaran murni. Adapun hidayah merupakan perjuangan yang penuh sungguh- sungguh untuk meraih-Nya, karena Allah maha tahu mana hamba-Nya yang serius mengharap hidayah dan mana yang kurang niat meraih ibadah.  Adapun taubat yang dikehendaki Allah adalah taubatan nasuha, bukan taubat sambal yang sekali menyatakan kapok, namun selanjutnya mengulanginya lagi. Mari kita resapi firman Allah berikut ini :

Kecuali mereka yang telah taubat dan mengadakan perbaikan dan menerangkan (kebenaran), maka terhadap mereka itulah Aku menerima taubatnya dan Akulah Yang Maha Menerima taubat lagi Maha Penyayang. (QS. Al Baqarah : 169)

Sikap taubat sudah semestinya dibarengi dengan sikap perbaikan, karena taubat tanpa perbaikan hanya akan sia-sia, berarti tidak ada niat yang kuat untuk bertaubat. Momen Bulan Ramadhan merupakan momen yang tepat untuk bertaubat, karena pada bulan ini Allah membuka rahmat dan ampunan selebar- lebarnya bagi hamba-Nya yang mau bertaubat. Bertaubat berarti menghentikan perbuatan buruk yang dilakukan, selanjutnya melakukan perubahan yang lebih baik. Taubat dilakukan dari hati (niat ikhlas dan kuat), selanjutnya diucapkan dengan lisan (pengakuan kesalahan/ istighfar) dan melakukan perbaikan dengan amal- amal yang positif serta tidak mengulangi lagi perbuatan buruk/negatif tersebut. Pada Bulan Ramadhan ini banyak di antara kita yang sudah merasa beristigfar, namun setelah Bulan Ramadhan kita tinggalkan, kita kembali pada kebiasaan lama yang cenderung membawa kepada kenistaan dan keburukan. Oleh karena itu, sebelum bertaubat kuatkanlah niat untuk meninggalkan kebiasaan buruk itu, selanjutnya tinggalkan dan buat kebiasaan- kebiasaan positif sebagai subtitusi kebiasaan lama.

Barangsiapa berpuasa Ramadhan dengan keimanan dan mengharap pahala (keridhoan) Allah, maka diampuni dosa-dosanya yang terdahulu. (HR. Bukhari) 

Jelas bahwa berpuasa pada Bulan Ramadhan akan dapat menghapus dosa kita, maka berpuasalah dengan sepenuh hati. Karena selama berpuasa banyak penggemblengan yang dapat melatih kita untuk mengubah kebiasaan buruk menjadi kebiasaan baik.

Momen Peningkatan Amal
Tentu kita tahu bahwa Bulan Ramadhan merupakan bulan yang penuh dengan pelipatgandaan balasan/ pahala. Begitu juga bagi yang menjalankan puasa dengan ikhlas karena Allah akan mendapatkan pahala spesial dari Allah SWT. Maka momen penting Ramadhan ini marilah kita manfaatkan dengan sebaik- baiknya, mulai dari hari pertama sampai terakhir, sebulan penuh kita isi dengan amal shaleh, baik keshalehan spiritual maupun keshalehan sosial. Keshalehan spiritual yang berhubungan dengan amaliah kita kepada Allah secara langsung berupa pengamalan nilai- nilai ubudiyah/ pengabdian yang bersifat ritual. Adapun keshalehan social adalah berupa amaliah yang berhubungan dengan manusia lainnya atau makhluk Allah, yakni dengan bershodaqoh, tolong menolong dan lain sebagainya. Ini momen penting, bukan karena pahala istimewa di bulan ini, namun hidayah Allah yang diturunkan pada bulan ini semestinya kita ambil untuk dijadikan pedoman bagi kelangsungan hidup kita di masa yang akan datang. Sekali lagi bukan karena pahala spesial di bulan puasa, namun tangkaplah hidayah Allah dengan hati yang terbuka, hati yang ikhlas, hati yang mutma’inah (tenang), karena ini yang akan membawa kita kembali kepada keridhoan Allah SWT.

Momen Evaluasi Diri
Satu lagi momen yang tidak boleh kita lewatkan di Bulan Ramadhan ini ialah “evaluasi diri”. Dengan banyaknya syi’ar- syi’ar melalui majelis taklim dan ceramah- ceramah lewat media kita akan mudah tergugah untuk mengevaluasi sejauh mana amalan kita, apakah sudah mendulang amal untuk persiapan kita di hari esok, baik esok dalam makna masa depan di dunia maupun masa depan di akhirat. Akankah kita membiarkan sholat kita tidak khusyuk atau kita membiarkan amal kita tidak ikhlas?. Kini saatnya mengubah semuanya, dimulai dari yang ringan, dimulai dari yang cepat kita ingat. Mari kita evaluasi amaliah kita, jangan membiarkan momen Ramadhan ini berlalu begitu saja.

Telah dekat kepada manusia hari menghisab segala amalan mereka, sedang mereka berada dalam kelalaian lagi berpaling (daripadanya).  Tidak datang kepada mereka suatu ayat Al Quran pun yang baru (di-turunkan) dari Tuhan mereka, melainkan mereka mendengarnya, sedang mereka bermain-main. (QS. Al Anbiya’ : 1-2)

Mungkin saja kita telah banyak lalai dan banyak berpaling dari perintah Allah, saatnya kita memperbaikinya sekarang, bukan besok atau lusa, saat kita ingat dan sadar inilah kita memperbaikinya. Mulailah evaluasi diri (muhasabah) dengan menyadari bahwa perbuatan kita yang salah perlu diperbaiki dengan mengganti perbuatan baik, datanglah kepada Allah untuk beristighfar (pengakuan diri atas kesalahan), selanjutnya perbanyak amal baik dan perkuat komitmen untuk berubah. Selamat berpuasa!

0 komentar: