Momentum
Perubahan
Oleh : Rofiq Abidin
Bagi manusia ada
malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di
belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah
keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki
keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan
sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia (QS. Ar Ra’d : 11)
Lantunan ayat-ayat suci Al Qur’an
sangat kental di bulan ini, berbagai media pun kerap kali menayangkan tontonan yang
bersifat religi yang dapat kita nikmati setiap saat, apalagi menjelang maghrib. Kita dapat
menikmati tayanganr eligi baik dakwah secara langsung yang
berupa kultum-kultum, maupun sinetron yang bernuansa islami. Ya Bulan Ramadhan
memberi warna tersendiri bagi kehidupan kita beragama, keceriaan Ramadhan akan
senantiasa kita rasakan setiap tahunnya. Namun cukupkah hanya di bulan ini kita
meningkatkan pengabdian kepada Allah?. Jangan sampai salah kaprah dalam
memahami tentang pahala, kita mendulang pahala di bulan ini,
kemudian setelah bulan ini telah usai, kitapun kembali kepada kebiasaan buruk.
Ini berarti ibadah kita hanya karena “pahala”, sehingga kita tidak bisa mengambil
esensi ibadah itu sendiri, hanya dengan ikhlas karena Allah kita akan dapat
mendapatkan manfaat amalan kita untuk kini dan mendatang, bukan berdampak
instan setelah Bulan Ramadhan habis, habis pula manfaat untuk kita. Memang
Bulan Ramadhan merupakan momentum seseorang memulai perubahan, karena di bulan
ini kesadaran untuk menjalankan perintah Allah banyak dirangsang oleh berbagai
kegiatan Islam
dan tayangan-tayangan media. Namun spirit perubahan diri tidak cukup berhenti
sampai pada Bulan Ramadhan. Semua perubahan diri berawal dari kemauan, jika hal
ini terbangun secara terus menerus, maka cepat atau lambat perubahan akan terus
berjalan secara signifikan.
Momen
Taubatan Nasuha
Selama sebulan penuh pada Bulan
Ramadhan secara otomatis Umat
Islam mudah
tergugah untuk melaksanakan perintah Allah. Boleh jadi awalnya ikut- ikutan atau
barangkali iseng sekedar mengikuti musimnya, selanjutnya muncul sedikit demi
sedikit kesadaran murni. Adapun hidayah merupakan perjuangan yang penuh
sungguh- sungguh
untuk meraih-Nya,
karena Allah maha tahu mana hamba-Nya yang serius mengharap hidayah dan
mana yang kurang niat meraih ibadah. Adapun taubat yang dikehendaki Allah adalah
taubatan nasuha, bukan taubat sambal yang sekali menyatakan kapok, namun
selanjutnya mengulanginya lagi. Mari kita resapi firman Allah berikut ini :
“Kecuali mereka yang telah taubat
dan mengadakan perbaikan dan menerangkan (kebenaran), maka
terhadap mereka itulah Aku menerima taubatnya dan Akulah Yang Maha Menerima
taubat lagi Maha Penyayang.” (QS. Al Baqarah : 169)
Sikap taubat sudah semestinya dibarengi dengan sikap
perbaikan, karena taubat tanpa perbaikan hanya akan sia-sia, berarti tidak ada
niat yang kuat untuk bertaubat. Momen Bulan Ramadhan merupakan momen yang tepat
untuk bertaubat, karena pada bulan ini Allah membuka rahmat dan ampunan
selebar- lebarnya
bagi hamba-Nya
yang mau bertaubat. Bertaubat berarti menghentikan perbuatan buruk yang
dilakukan, selanjutnya melakukan perubahan yang lebih baik. Taubat dilakukan dari
hati (niat ikhlas dan kuat), selanjutnya diucapkan dengan lisan (pengakuan
kesalahan/ istighfar) dan
melakukan perbaikan dengan amal- amal yang positif serta tidak mengulangi
lagi perbuatan buruk/negatif tersebut. Pada Bulan Ramadhan ini banyak di antara kita yang
sudah merasa beristigfar, namun setelah Bulan Ramadhan kita tinggalkan, kita
kembali pada kebiasaan lama yang cenderung membawa kepada kenistaan dan keburukan. Oleh karena
itu, sebelum bertaubat kuatkanlah niat untuk meninggalkan kebiasaan buruk itu,
selanjutnya tinggalkan dan buat kebiasaan- kebiasaan positif
sebagai subtitusi kebiasaan lama.
“Barangsiapa berpuasa Ramadhan dengan keimanan dan mengharap
pahala (keridhoan) Allah, maka diampuni dosa-dosanya yang terdahulu.” (HR. Bukhari)
Jelas bahwa berpuasa pada Bulan Ramadhan akan
dapat menghapus dosa kita, maka berpuasalah dengan sepenuh hati. Karena selama berpuasa banyak penggemblengan yang dapat
melatih kita untuk mengubah kebiasaan buruk menjadi kebiasaan baik.
Momen
Peningkatan Amal
Tentu kita tahu bahwa Bulan
Ramadhan merupakan bulan yang penuh dengan pelipatgandaan balasan/ pahala. Begitu
juga bagi yang menjalankan puasa dengan ikhlas karena Allah akan mendapatkan pahala spesial dari Allah
SWT. Maka momen penting Ramadhan
ini marilah kita manfaatkan dengan sebaik- baiknya, mulai
dari hari pertama sampai terakhir, sebulan penuh kita isi dengan amal shaleh, baik keshalehan spiritual
maupun keshalehan
sosial. Keshalehan
spiritual yang berhubungan dengan amaliah kita kepada Allah secara langsung berupa
pengamalan nilai- nilai ubudiyah/ pengabdian yang
bersifat ritual. Adapun keshalehan social adalah berupa amaliah
yang berhubungan dengan manusia lainnya atau makhluk Allah, yakni dengan bershodaqoh, tolong
menolong dan lain sebagainya. Ini momen penting, bukan karena pahala istimewa di bulan ini,
namun hidayah Allah yang diturunkan pada bulan ini semestinya kita ambil untuk
dijadikan pedoman bagi kelangsungan hidup kita di masa yang akan
datang. Sekali lagi bukan karena pahala spesial di bulan puasa, namun tangkaplah
hidayah Allah dengan hati yang terbuka, hati yang ikhlas, hati yang mutma’inah
(tenang), karena ini yang
akan membawa kita kembali kepada keridhoan Allah SWT.
Momen
Evaluasi Diri
Satu lagi momen yang tidak boleh
kita lewatkan di Bulan Ramadhan ini ialah “evaluasi diri”. Dengan banyaknya
syi’ar- syi’ar
melalui majelis taklim dan ceramah- ceramah lewat
media kita akan mudah tergugah untuk mengevaluasi sejauh mana amalan kita,
apakah sudah mendulang amal untuk persiapan kita di hari esok, baik esok dalam
makna masa depan di dunia maupun masa depan di akhirat. Akankah kita membiarkan
sholat kita tidak khusyuk
atau kita membiarkan amal kita tidak ikhlas?. Kini saatnya mengubah semuanya,
dimulai dari yang ringan, dimulai dari yang cepat kita ingat. Mari kita
evaluasi amaliah kita, jangan membiarkan momen Ramadhan ini berlalu begitu saja.
“Telah dekat kepada manusia hari
menghisab segala amalan mereka, sedang mereka berada dalam kelalaian lagi
berpaling (daripadanya). Tidak datang
kepada mereka suatu ayat Al Quran pun yang baru (di-turunkan) dari Tuhan
mereka, melainkan mereka mendengarnya, sedang mereka bermain-main.” (QS. Al Anbiya’ : 1-2)
Mungkin saja kita telah banyak lalai dan
banyak berpaling dari perintah Allah, saatnya kita memperbaikinya sekarang,
bukan besok atau lusa, saat kita ingat dan sadar inilah kita memperbaikinya. Mulailah
evaluasi diri (muhasabah) dengan
menyadari bahwa perbuatan kita yang salah perlu diperbaiki dengan mengganti
perbuatan baik, datanglah kepada Allah untuk beristighfar
(pengakuan diri atas kesalahan), selanjutnya perbanyak amal baik dan perkuat
komitmen untuk berubah. Selamat berpuasa!
0 komentar:
Posting Komentar