Pages

Subscribe:

Ads 468x60px

Unborn 8.0 Yellow Pointer

Blogger news

Kamis, 10 Maret 2011

Pesan Ilahiyah


Ada Usaha Ada Jalan
oleh : Rofiq Abidin
Dan Dia memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya. Dan barang siapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan keperluannya. Seseungguhnya Allah melaksanakan urusanNya. Sungguh Allah telah mengadakan ketentuan bagi setiap sesuatu. ( QS. At Talaq : 3)

Hajat hidup manusia seakan tak pernah ada habisnya, hari ini butuh ini dan itu, besok butuh lain lagi. Ketatnya kompetisi usaha menuntut kita untuk menguras fikiran dan tindakan kreatif agar bisa lebih survive menjalani kehidupan dan mencukupi keperluannya. Seorang entrepreneur sukses pada zaman Rasulullah SAW yang bisa menjadi teladan kita ialah Abdur Rahman bin Auf. Beliau memulai usahanya dari nol, saat baru berhijrah dari Mekkah ke Yatsrib. Tempat pertama yang dicarinya ialah “pasar’.  Meskipun salah seorang sahabat, Saad bin Ar-Rabi' menawarkan harta bendanya yang melimpah untuk dibagi dua dengan Abdur Rahman bin Auf, beliau lebih memilih memulai usaha dengan menjual samin dan keju, selanjutnya ia terus memproses dirinya menjadi usahawan kaya raya, namun tetap tidak meninggalkan tugasnya di jalan Allah. Kemandiriannya dalam memperjuangkan hajat keluarganya dan kepiawaiannya mengatur waktu serta kedermawanannya untuk berjihad jalan Allah menjadikan ia begitu matang menjadi mujahid teladan pada zamannya.
Mengundang Rezeki yang Tak Disangka–sangka
Ikhtiar kita akan menjadi hitungan Allah apakah kita akan mendapatkan rezeki melimpah atau tidak. Pada dasarnya Allah tidak akan membebani hambanya jika hambanya tidak mampu, namun Allah telahpun menghitung dengan sangat teliti kemampuan kita mengatur harta dan mendayagunakannya. Seorang mukmin yang berikhtiar hendaklah tetap istiqomah pada jalan yang halal dan jangan beranjak melirik yang haram. Terus sajalah menyempurnakan ikhtiar dengan segala daya kita sehingga Allah benar-benar akan mendatangkan rezeki yang tak disangka-sangka. Bagaimana mengundangnya?, gampang saja, dengan terus istiqomah pada rezeki yang halal dan selalu menanam kebaikan dimana-mana, baik dalam bentuk amal sodaqoh ataupun kebajikan lainnya, Insya Allah  akan menuai kelimpahan, karena kelimpahan tidak datang begitu saja tanpa ada benih-benih kebaikan sebelumnya.

Bentuk Tawakal
Yen ora obah ora mamah, jika tidak mau berusaha maka tidak akan makan, begitu makna hematnya. Sebuah pandangan menarik yang dapat kita ambil hikmahnya. Mungkin itu adalah wujud makna tawakal menurut Orang Indonesia. Seorang yang mau memenuhi kebutuhan hidupnya mestilah menempuh jalur tawakal, karena tawakal mengandung sebuah gerakan ruh dan jasad yang terus- menerus. Sesabar apa kita berusaha sebesar itu pula kita mendapatkan hasilnya, dengan seizin Allah. Adapun bentuk tawakal telah dijelaskan oleh Rasulullah SWT dalam hadistnya berikut ini :

Dari Umar bin Khattab r.a. berkata, bahwa beliau mendengar Rasulullah Saw. bersabda :  “Sekiranya kalian benar-benar bertawakal kepada Allah SWT dengan tawakal yang sebenar-benarnya, sungguh kalian akan diberi rezeki (oleh Allah SWT), sebagaimana seekor burung diberi rezeki; ia pergi pagi hari dalam keadaan lapar, dan pulang di sore hari dalam keadaan kenyang. (HR. Ahmad, Turmudzi dan Ibnu Majah).
Gerakan usaha yang dibangun oleh makhluk Allah adalah gerakan fitrah yang lahir dari hati yang bertawakal kepada Allah, jangan kita merasa sudah bertawakal sebelum melakukan apa-apa. Rasulullah pernah menegur sahabatnya yang tidak mengikat kudanya ketika akan melakukan shalat di masjid. Bukan merasa mengutamakan kepentingan Allah tapi usaha pengamanan diabaikan. Berikut ini bentuk-bentuk tawakal :
1.    Kepasrahan kepada Allah
Terkadang kita merasa menthok melakukan penyelesaian terhadap masalah yang sedang kita hadapi secara bertubi-tubi, seolah kita bingung harus mulai dari mana menyelesaikannya. Ibarat tali yang ruwet bagaimana mengembalikan semula, disaat inilah biasanya manusia mulai memasrahkan semuanya kepada Allah, padahal Allah selama ini terus membantunya sesuai kadar ikhtiarnya. Tawakal dalam bentuk kepasrahan kepada Allah ini bermakna terus menyatukan pikiran kita kepada Allah dan terus mengundang ide kreativitas kita sehingga Allah mengilhamkan inspirasi kepada kita akan solusinya. Selanjutnya rancang dan komitmenkan untuk memproses rencana kita. Allah berfirman dalam Surat Al Maidah ayat 3 :
وَعَلَى اللهِ فَتَوَكَّلُوْا اِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِيْنَ. (المائدة: ۳)

“Dan hanya kepada Allah hendaknya kamu bertawakal, jika kamu benar-benar orang yang beriman.”.
2.    Tindakan Nyata
Ide kreatif saja tidak cukup dalam bertawakal, tapi tindakan nyata merupakan pembuktian tawakal kita. Menurut Ibnu Qoyim Al Jauzi “Tawakal merupakan amalan dan ubudiyah (penghambaan) hati dengan menyandarkan segala sesuatu kepada Allah, tsiqoh kepada Allah, berlindung kepada-Nya dan ridho atas sesuatu yang menimpa dirinya berdasarkan keyakinan bahwa Allah akan memberikannya segala ‘kecukupan’ bagi dirinya…, dengan tetap melaksanakan ‘sebab-sebab’ serta usaha keras untuk dapat memperolehnya.” (Al-Jauzi/ Arruh fi Kalam ala Arwahil Amwat wal Ahya’ bidalail minal Kitab was Sunnah, 1975 : 254). Sebuah gerakan konkrit memproses ide kreatif yang telah dirancang dan dikomitmenkan sebelumnya itulah hakekat dari tawakal yang harus senantiasa dilakukan oleh mukmin yang terus menemukan masalah dan terus meningkatkan hajat hidupnya.
3.    Keuletan
Dalam memproses usaha terkadang kita menemukan tantangan untuk meraihnya, tak semulus apa yang kita harapkan. Disinilah peran tawakal, yakni dengan terus ulet dan menyandarkan pertolongan kepada Allah yang akan menjadi obat penawar yang mujarab. Keuletan kita pasti akan mendapat hadiah dari Allah walau dengan cara yang kadang kita tidak bisa logikakan. Tapi pasti Allah akan membalas tawakal kita sebagaimana Allah akan memberikan rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka dan mencukupkan keperluan kita.

Semoga tulisan ini dapat terus memompa  ikhtiar saya dan menjadi mukmin yang pandai mensyukuri nikmat Allah serta dapat memberikan spirit dan inspirasi bagi pembaca untuk tetap bertawakal kepada Allah dalam makna yang sesungguhnya.

Mind Set


WAKTU adalah KEHIDUPAN








oleh : Arief Budi Pietoyo
(Manajer Keuangan YSH)

Waktu adalah asset  termahal yang dikaruniakan Allah kepada manusia di dunia. Meski begitu, kita begitu sering mengulur-ulur waktu, menyia-nyiakannya, dan bahkan membunuhnya. Tanpa disadari, ternyata kita pada hakekatnya sedang membunuh diri kita sendiri, karena "Waktu adalah Kehidupan".

 
Para filosof dan ahli hikmah dari sekian banyak peradaban manusia berusaha menegaskan pentingnya waktu  dan memperingatkan bahaya dari menyia-nyiakan waktu. Dalam Islam sendiri, Rasulullah Saw pernah bersabda :  ”Dua nikmat yang sering melenakan kebanyakan manusia : kesehatan dan waktu luang.”

Contoh nyata, banyak ulama menegaskan pentingnya mengeluarkan sedekah terutama pada waktu sehat. Banyak orang yang berniat sedekah, tapi menunda hingga umur beranjak tua. Ada juga yang berniat sedekah, namun jika sudah mendekati ajalnya. Bahkan, ada yang berniat sedekah kalau dia sudah mati. Alangkah keliru orang yang baru berniat sedekah, tapi terus menunda-nunda pelaksanaannya. Betapapun melimpah harta tersebut, rumah, mobil, saham, deposito, tanah, uang, dan sebagainya yang bernilai ratusan juta bahkan miliaran rupiah, namun semua itu bukanlah miliknya lagi jika sudah meninggal.

Contoh lain, belum sempurna Islam kita sebelum kita menunaikan ibadah haji. Bila sudah mampu dan kita mengundur-ngundur keberangkatan tanpa alasan yang syar’i sama dengan kita sengaja menunda ibadah wajib kita. Coba kita bayangkan lagi bagaimana hati kita ketika meninggalkan shalat 5 waktu dengan sengaja, bagaimana hati kita ketika meninggalkan Shaum Ramadhan dengan sengaja. Tentu hati kita tidak tenang dan berdebar-debar. Begitulah seharusnya kita tanamkan rasa berdebar-debar itu ketika kita meninggalkan haji sedangkan kita sebenarnya sudah mampu untuk ke sana. Coba bayangkan kalau kita meninggal saat ini dan kita dalam keadaan sengaja meninggalkan kewajiban kita, apa yang akan kita jawab ketika ditanya di akhirat?

Orang yang berakal tidak akan menghambur-hamburkan atau menyia-nyiakan waktunya namun sebaliknya, dia akan memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya, dengan teratur dan ideal. Dia tidak akan mengizinkan hal-hal sepele menyibukkan dan menggoda dirinya. Seorang ulama besar Imam Hasan Al-Bashri mengatakan, ”Wahai anak Adam! Engkau ibarat berjalannya hari. Apabila satu harimu hilang, maka hilang pula sebagian hidupmu.
Bisa dikatakan waktu adalah faktor utama bagi manusia. Lalu kenapa kebanyakan waktu manusia hilang tanpa makna? Dengan melihat realita kehidupan manusia, kita akan temukan ternyata ada dua faktor yang sangat berpengaruh pada diri manusia dan mendorong mereka untuk menghambur-hamburkan waktu, yaitu nilai-nilai diri dan kebiasaan yang ditanamkan oleh orang tua kita dan lingkungan kita.

Keluarga yang menanamkan pada diri anak-anaknya bagaimana menata prioritas, bagaimana cara terbaik berinteraksi dengan waktu, dan keluarga tersebut senantiasa berinteraksi dengan waktu secara teratur, tertata, dan tidak menghambur-hamburkannya, niscaya perasaan menghargai pentingnya waktu akan tumbuh pada diri anak-anak. Mereka cenderung tidak meremehkan dan menyia-nyiakan waktu. Sebaliknya, keluarga yang berinteraksi dengan waktu secara serampangan dan tidak meperhatikan ’jarum jam’ akan menanamkan pada diri anaknya kecenderungan menyia-nyiakan waktu, bahkan akan membunuh nilai hakiki dari waktu mereka. Demikian juga apabila lingkungan masyarakat dimana kita tinggal tidak meyakini pentingnya waktu, niscaya akan menumbuhkan orang-orang yang tidak disiplin dalam berinteraksi dengan waktu.

Orang yang pintar dalam mengatur waktu adalah orang yang mempunyai produktivitas tinggi, yang seperti ini adalah ciri-ciri orang sukses. Untuk mengasah semangat kita dan menjadikan kita seorang pemimpin yang baik bagi waktu kita, maka putuskan diri kita untuk menjadi manajer yang hebat bagi waktu kita, bukan menunda-menunda, mengulur-ngulur, dan membuang-buang waktu. Buatlah jadwal tugas-tugas diri kita dan siapkan semua yang kita butuhkan untuk mengerjakannya, jadikanlah hal itu sebagai gaya hidup keseharian kita. Hal ini akan menjauhkan kita dari buyarnya pikiran dan hilangnya waktu untuk mencari dan menyeleksi hal-hal yang hilang dan sepele. Bagilah rencana besar kita menjadi rencana–rencana kecil. Kemudian lakukanlah satu demi satu, sehingga ia benar-benar tuntas.

Sahabat, berinteraksilah dengan waktu kita secara profesional. Tegaskan pada diri kita bahwa kita mampu mengendalikan hidup dan hari-hari kita! Belajarlah dan pintarkan diri kita dengan keterampilan menata waktu dan terapkanlah apa yang kita pelajari. Waktu adalah harta paling berharga yang kita miliki, modal terbesar yang dapat kita investasikan. Ia adalah hidup kita dan dunia kita. Ia masa kini dan masa depan kita. Jika kita menyia-nyiakannya maka kita sedang menyia-nyiakan hidup kita, larut dalam mimpi dan harapan kita. Jika kita ingin berprestasi maka bertindaklah seolah-olah kita memiliki prestasi itu.

Ragam Ilmu


Apa yang Terjadi pada Tubuh Kita Saat Mati 

 

 

Tahukah Anda apa yang terjadi pada tubuh manusia jika telah meninggal dunia? Sesaat sebelum mati kita akan merasakan jantung berhenti berdetak, nafas tertahan dan badan bergetar. Kita merasakan dingin di telinga. Darah berubah menjadi asam dan tenggorokan berkontraksi. Selanjutnya, inilah yang terjadi ...

0 Menit :
Kematian secara medis terjadi ketika otak kehabisan supply oksigen.

1 Menit :
Darah berubah warna dan otot kehilangan kontraksi, isi kantung kemih keluar tanpa izin.

3 Menit :
Sel-sel otak tewas secara masal. Saat ini otak benar-benar berhenti berpikir.

4 – 5 Menit :
Pupil mata membesar dan berselaput. Bola mata mengkerut karena kehilangan tekanan darah.

7 – 9 Menit :
Penghubung ke otak mulai mati, efek yang sama terjadi ketika kita menyaksikan sinetron!

1 – 4 Jam :
Rigor Mortis *) membuat otot kaku dan rambut berdiri, kesannya rambut  tetap tumbuh setelah mati.

4 – 6 Jam :
Rigor Mortis *) terus beraksi. Darah yang berkumpul lalu mati dan warna kulit menghitam.

6 Jam :
Otot masih berkontraksi. Proses penghancuran, seperti efek alkohol masih berjalan.
8 Jam :
Suhu tubuh langsung menurun drastis.

24 – 72 Jam :
Isi perut membusuk oleh mikroba dan pankreas mulai mencerna dirinya sendiri!

36 – 48 Jam :
Rigor Mortis *) berhenti, tubuh kita selentur penari balet lagi.

3 – 5 Hari :
Pembusukan mengakibatkan luka skala besar, darah menetes keluar dari mulut dan hidung.

8 – 10 Hari :
Warna tubuh berubah dari hijau ke merah seiring dengan membusuknya darah.

Beberapa  minggu :
Rambut, Kuku, Dan Gigi dengan mudahnya terlepas.

Satu bulan :
Kulit kita mulai mencair!

Satu tahun :
Selain tulang-belulang tidak ada lagi yang tersisa dari tubuh kita !

*1) Rigor Mortis adalah fase dimana keseluruhan otot di tubuh menjadi kaku.

Senin, 07 Maret 2011

Jejak Risalah


Jadi Enterpreneur? Teladani Abdurrahman bin ‘Auf

Abdurrahman bin ’Auf adalah salah satu dari 10 sahabat Rasulullah yang dijamin masuk surga. Dia salah seorang dari delapan orang yang paling dulu masuk Islam. Semenjak keislamannya sampai berpulang menemui Tuhannya dalam umur tujuh puluh lima tahun, ia menjadi teladan yang cemerlang sebagai seorang mukmin yang besar. Di balik itu semua, beliau ternyata juga seorang saudagar berhasil. Dialah seorang mukmin yang bijaksana yang tak sudi kehilangan bagian keuntungan dunianya oleh karena keuntungan agamanya, dan tidak suka harta benda kekayaannya meninggalkannya dari kafilah iman dan pahala surga. Perniagaan bagi Abdurrahman bin ’Auf bukan berarti rakus dan loba, bukan pula suka menumpuk harta atau hidup mewah dan riya’. Justru perniagaannya dijadikan sebagai suatu amal dan tugas kewajiban yang keberhasilannya akan menambah dekatnya jiwa kepada Allah dan berqurban di jalan-Nya.
Abdurrahman bin ’Auf seorang yang berwatak dinamis. Watak dinamisnya ini terlihat sangat menonjol, ketika kaum muslimin hijrah ke Madinah. Telah menjadi kebiasaan Rasul pada waktu itu untuk mempersaudarakan dua orang sahabat, salah seorang dari muhajirin warga Mekah dan yang lain dari Anshar penduduk Madinah. Ketika itu Rasul mempersaudarakan antara Abdurrahman bin ’Auf dengan Sa’ad bin Rabi’. Mari kita dengarka sahabat Anas bin Malik meriwayatkan kepada kita apa yang terjadi :”… dan berkatalah kepada Abdurrahman: ”Saudaraku, aku adalah penduduk Madinah yang kaya raya, silakan pilih separuh hartaku dan ambillah! Dan aku mempunyai dua orang istri, coba perhatikan yang lebih menarik perhatian anda, akan kuceraikan ia hingga anda dapat memperistrinya..!” Jawab Abdurrahman bin ’Auf: ”Moga-moga Allah memberkati anda, istri dan harta anda. Tunjukkanlah letaknya pasar agar aku dapat berniaga..!” Maka Abdurrahman bin ’Auf pergi ke pasar, dan berjualbelilah disana, ia pun memperoleh keuntungan. Lihatlah, Abdurrahman bin ’Auf bukan seorang yang rakus. Mudah menyesuaikan dengan keadaan, beliau juga rela meninggalkan harta bendanya yang ada di Mekkah demi hijrah ke Madinah.Kehidupan Abdurrahman bin ’Auf di Madinah terus meningkat. Seluruh usahanya ini ditujukan untuk mencapai ridha Allah semata, sebagai bekal di alam baka kelak.Yang menjadikan perniagaannya berhasil dan beroleh berkat karena ia selalu bermodal dan berniaga barang yang halal dan menjauhkan diri dari perbuatan haram dan bahkan yang syubhat. Selain itu, yang menambah kejayaan dan diperolehnya berkat karena labanya bukan untuk Abdurrahman sendiri tapi di dalamnya terdapat bagian Allah yang ia penuhi dengan setepat-tepatnya, dan digunakannya untuk memperkokoh hubungan kekeluargaan serta membiayai sanak saudaranya, serta menyediakan perlengkapan yang diperlukan tentara Islam. Pada suatu hari ia mendengar Rasulullah bersabda, ”Wahai Ibnu ’Auf! Anda termasuk golongan orang kaya dan anda akan masuk surga secara perlahan-lahan. Pinjamkanlah kekayaan itu kepada Allah, pasti Allah akan mempermudah langkah anda!”nSemenjak ia mendengar nasehat Rasulullah ini ia menyediakan pinjaman bagi Allah pinjaman yang baik, maka Allah pun memberi ganjaran kepadanya dengan berlipat ganda.Diserahkannya pada suatu hari 500 ekor kuda untuk perlengkapan bata tentara Islam dan di hari yang lain 1500 kendaraan. Menjelang wafatnya ia wasiatkan 50 ribu dinar untuk jalan Allah dan diwasiatkannya pula bagi setiap orang yang ikut perang Badar dan masih hidup masing-masing 400 dinar. Abdurrahman bin ’Auf tidak sekedar berjihad dengan hartanya saja kemudian cukup berpangku tangan, tetapi beliau adalah pejuang Islam yang berjihad dengan harta dan jiwanya di jalan Allah. Perniagaan yang dilakukannya tidak menjadikannya lalai dari jihad di jalannya. Tidak menjadikannya lalai untuk menghadiri majelis-majelis Rasulullah. Tidak pula menjadikannya ketinggalan dalam setiap perang. Bahkan dalam perang Uhud beliau mendapat 20 bekas luka dan giginya pun rontok. Perniagaan/pekerjaan yang dilakukannya hanya dijadikan sebagai alat untuk mencapai keridhaan Allah. Karena ada perniagaan yang jauh lebih menguntungkan yang telah dijanjikan oleh Allah.”Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkanmu dari azab yang pedih? (yaitu) kamu beriman kepada Allah dan RasulNya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.Niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosamu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; dan (memasukkan kamu) ke tempat tinggal yang baik di dalam jannah ‘Adn. Itulah keberuntungan yang besar. Dan (ada lagi) karunia yang lain yang kamu sukai (yaitu) pertolongan dari Allah dan kemenangan yang dekat (waktunya). Dan sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang yang beriman.Hai orang-orang yang beriman, jadilah kamu penolong (agama) Allah sebagaimana ‘Isa ibnu Maryam telah berkata kepada pengikut- pengikutnya yang setia: “Siapakah yang akan menjadi penolong- penolongku (untuk menegakkan agama) Allah?” Pengikut-pengikut yang setia itu berkata: “Kamilah penolong-penolong agama Allah”, lalu segolongan dari Bani Israil beriman dan segolongan lain kafir; maka Kami berikan kekuatan kepada orang-orang yang beriman terhadap musuh-musuh mereka, lalu mereka menjadi orang-orang yang menang.” (As-Saff:10-14)