Pages

Subscribe:

Ads 468x60px

Unborn 8.0 Yellow Pointer

Blogger news

Senin, 07 Maret 2011

At Tarbiyah


KOK, NGOMPOL LAGI?
 oleh : Eri Rindaningsih

 “Si adek udah gedhe, tapi kenapa masih ngompol ya? Capek deh.. “ Demikian keluhan beberapa orang tua tentang masalah mengompol pada anaknya.
Sebenarnya mengompol merupakan bagian pertumbuhan setiap anak, dan kebanyakan kebiasaan mengompol pada anak-anak akan hilang dengan sendirinya saat anak bertambah dewasa. Para ahli menganggap mengompol sebagai masalah hanya jika itu berlanjut melewati usia 5 tahun. Mengompol dialami kira-kira 1 dari 3 anak berusia 4 tahun dengan jumlah anak laki-laki lebih banyak daripada anak perempuan. Mengompol bahkan umum di antara anak-anak usia prasekolah. Pada usia 6 tahun, 10% anak-anak belum juga lepas dari masalah ini. Diantara anak-anak berusia 10 tahun, lima persennya masih kesulitan untuk konsisten tidak mengompol.

Beberapa faktor yang mungkin jadi penyebab :
Keturunan. Jika salah satu orang tua biasa mengompol pada masa kecilnya, anak mempunyai 45% kesempatan mengalami masalah yang sama. Jika kedua orangtuanya dahulu biasa mengompol, 75% anak akan mengalami hal yang sama
Tidur terlalu lelap. Mengompol di malam hari juga terkait dengan anak yang tidurnya terlalu lelap.
Kapasitas kandung kemih yang lebih kecil daripada anak rata-rata, sekalipun kandung kemih itu sendiri berukuran normal. Pada anak-anak seperti ini, sensasi ingin kencing terjadi lebih sering.
Menyimpan cairan. Anak-anak yang mengompol di malam hari cenderung menyimpan lebih banyak cairan dibandingkan dengan anak-anak yang lain. Tubuh kita menyimpan cairan untuk organ-organ seperti jantung. Tetapi jika kita berbaring, jantung tidak perlu bekerja keras dan tubuh kita membuang cairan tambahan. Anak-anak yang lebih aktif sepanjang hari menyimpan lebih banyak cairan dibandingkan dengan anak-anak yang tidak aktif.
Tanda peringatan internal masih berkembang. Kita semua memiliki tanda peringatan internal yang membangunkan kita ketika kandung kemih kita perlu dikosongkan. Tanda peringatan ini menjadi lebih kuat saat anak semakin besar.
Hormon-hormon tidak mengurangi tingkat air seni. Hormon-hormon antidiuretik dilepaskan pada malam hari untuk memperlambat produksi air seni, tetapi beberapa anak mungkin tidak cukup memproduksi hormon ini agar mereka tidak mengompol saat tidur.
Gelisah dan masalah psikologi lainnya. Kejadian yang menggelisahkan dan penuh tekanan ataupun kebutuhan untuk “mencari perhatian” dapat menyebabkan seorang anak memerlukan waktu yang lebih lama untuk berlatih buang air di kamar kecil pada malam hari atau menyebabkan seorang anak yang sudah dilatih buang air di kamar kecil mulai mengalami masalah kandung kemih.

Beberapa tips yang dapat digunakan agar anak berhenti mengompol :
1. Penjadwalan ke kamar kecil.  Lihat pola anak. Pada saat seperti apa ia mengompol dan berapa kali dalam semalam. Jarang orang tua yang punya catatan tentang ini. Untuk itu, mau tak mau orang tua harus mau sedikit begadang. Selidiki, jam berapa si kecil mengompol lalu catat. Catatan ini berguna untuk langkah selanjutnya, yaitu menciptakan kondisi agar kita dapat bangun sebelum jam mengompol anak. Caranya dengan memasang jam weker, misalnya. Kalau tahu 3 jam setelah ia tidur kasur akan basah, maka bangunkan anak 2 jam setelah tidur. Ajak ke kamar mandi dan suruh buang air kecil. Setelah seminggu kering, turunkan waktunya menjadi satu jam sebelum "waktu mengompol". Seminggu berikutnya buat menjadi setengah jam. Lama-lama kita ajarkan anak untuk buang air kecil sebelum tidur.
2. Hindari memberi banyak minum sebelum tidur. Apalagi minuman yang memudahkan buang air kecil, seperti minuman dingin, minuman bersoda atau teh manis.
3. Latihlah menahan kencing. Latihan ini berguna untuk membantu kandung kemih menampung urin lebih banyak, serta menyadarkan si anak akan sinyal dari kandung kemihnya. Untuk latihan “tidak mengompol”, Dr. Sheldon menjelaskan : ”Anak naik ke tempat tidur dan berpura-pura tidur. Setelah semenit, dia berpura-pura merasa ingin kencing, kemudian pura-pura bangun, turun dari tempat tidur dan pergi ke kamar mandi.” Tujuan pelatihan ini adalah mengakrabkan anak pada rutinitas meninggalkan tempat tidurnya, berjalan ke kamar mandi dan menggunakan toilet.
4. Libatkan anak untuk membantu membersihkan tempat tidurnya, dalam suasana kerjasama yang baik, tanpa kemarahan.
5. Berikan pujian atau reward ketika anak berhasil tidak mengompol. Jangan sekali-kali mempermalukan anak atau membandingkan dengan anak lain, malah bila si anak berhasil tidak mengompol berilah ia hadiah dan pujian tentang keberhasilannya dihadapan banyak orang, agar ia semakin termotivasi.
6. Beri pengertian mengenai penyebab mengompolnya supaya anak tidak selalu dihantui perasaan bersalah.
7. Jika berbagai usaha sudah dilakukan dan kebiasaan mengompolnya tidak berkurang, sebaiknya bawa anak ke dokter untuk mengantisipasi kemungkinan penyebab mengompolnya karena gangguan kesehatan.

Yang harus dilakukan jika anak mengompol adalah bersikaplah sewajarnya, jangan menunjukkan rasa jengkel, marah atau bahkan panik. Bicarakan baik-baik dengan si anak. Ada banyak kasus dimana anak berhenti mengompol setelah diajak bicara dari hati ke hati. Beri dukungan kepada anak, ini adalah tindakan terpenting. Ejekan, omelan bahkan hukuman akan membuat anak jadi depresi dan cemas, sehingga anak menjadi pendiam, minder, pemalu yang akan menambah masalah lagi dan memperberat kebiasaan mengompolnya.

Yang perlu juga diperhatikan juga oleh orang tua adalah mengompol ini bisa sembuh sendiri. Seorang anak pengompol membutuhkan kesabaran, semangat, ketelatenan dan keyakinan dari orang tua bahwa masalah tersebut hanya sementara. Biasanya antara usia 7-12 tahun sering terjadi kesembuhan, dan sedikit saja anak yang terus mengalaminya sampai remaja. Demikian, semoga berhasil!

0 komentar: