SABAR DALAM KETAATAN
Oleh : Rofiq Abidin
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا
اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الأمْرِ مِنْكُمْ فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ
فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ
بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلا (٥٩)
Artinya : “Hai
orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (nya), dan ulil
amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu,
Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu
benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih
utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.”(QS An Nisa:59)
Sebuah contoh
fenomenal dari seorang Khalid bin Walid yang dengan sabar mentaati perintah
Sang Kholifah Umar Ibnu Al Khatab. Pada saat nama Khalid bin Walid lagi naik
daun dikalangan ummat islam masa kekhalifahan Umar Ibnu Al Khatab, karena
banyak prestasi yang diraihnya saat memimpin pasukan untuk memperluas wilayah
dakwah islam. Secara tiba-tiba disaat peperangan sedang berkecamuk Umar Ibnu Al
Khatab memecat Khalid bin Walid sebagai panglima perang dan diserahkan tampuk
kepemimpinannya kepada Abdullah, dengan sabar iapun mentaati perintah Sang
Khalifah. Ia porak porandakan pertahanan lawan, selanjutnya ia serahkan
kepemimpinan kepada Abdullah dengan ikhlas, walau ia tidak tahu kenapa ia
dipecat oleh Sang Khalifah. Kemudian ia tetap menjadi kesatria dalam peperangan
itu, seraya berkata “wahai kaum muslimin, hari ini Khalid bin Walid berperang
sebagai prajurit, bukan karena Umar, tapi karena Allah”. Selepas peperangan ia
menghadap kepada Kholifah Umar Ibnu Al Khatab untuk mengkonfirmasi atas
pemecatannya. Ternyata pemecatan Khalid bin Walid bukan karena buruknya
prestasi, namun karena banyaknya ummat yang terlalu berlebihan memuji
kepiawaiannya menorehkan prestasi demi prestasi. Karena menurut Umar bisa
merusak aqidahnya kepada Allah, Umar tidak mau ummatnya banyak memuji Khalid
bin Walid daripada Allah SWT. Sungguh Umar seorang pemimpin yang bijak dan
Khalid bin Walid seorang yang sabat dalam taat. Kisah singkat di atas menjadi pelajaran
berharga dan uswatun khasanah bagi seorang pemimpin yang menjaga aqidah
ummatnya dan bagi seorang yang mematuhi ulil amrinya.
Sabar Itu Lebih Baik
Dalam proses
pendewasaan kepemimpinan, diperlukan kesabaran menerima dan manampung saran dan
kritikan. Karena itu akan menjadi penyubur sekaligus pelecut kemajuan sebuah
organisasi, perusahaan atau negara. Jika kita seorang pemimpin bersabarlah
dengan segala kemauan bawahan dan bagi seorang bawahan bersabarlah dengan kepemimpinan
yang ada. Itu akan lebih baik dan akan menjadi lebih baik lagi jika kesabaran
itu tertuang dalam sebuah karya/prestasi kerja diperusahaan/organisasi. Allah
menjamin melalui firmanNya (QS An Nisa:59), bahwa jika kita tetap sabar dalam
ketaatan walau berselisih pendapat, maka itu lebih baik dan akan berakibat
baik. Kita hanya perlu yakin dengan perintah Allah ini, kita hanya perlu sabar
dengan perintah Allah ini dan kita hanya perlu mengembangkan diri dalam
kepemimpinan yang ada. Jangan sampai kita hanya bisa berkomentar, namun
prestasi dan karya kita tidak signifikan. kesabaran dalam ketaatan tidak
bermakna diam dan pasrah dengan keadaan, namun sabar dalam taat selalu memiliki
kreatifitas untuk membangun ide, mengembangkan diri dalam mewujudkan
ketaatannya. Kesabaran dalam taat akan menghasilkan beberapa nilai sebagai berikut
:
1.
Kematangan
dalam ide
Saat dalam kepemimpinan, seorang mukmin yang taat dan
interes terhadap kemajuan organisasi/perusahaan akan menyimpan sebuah ide
brilian. Ide itu muncul karena kebutuhan dilapangan, ide itu ada karena
seringnya memikirkan dan terbiasa bergelut dengan pekerjaannya. Seorang
pemimpin perusahaan/organisasi seyogyanya bisa mendeteksi ide-ide itu dengan
mengadakan syuro/musyawarah dengan bawahannya secara terbuka dan familiar. Seorang
mukmin yang sabar dalam ketaatan memiliki ide fresh dan hati yang bersih untuk
kemajuan, hanya perlu bersabar untuk bisa diterapkan dalam kepemimpinan yang
ada. Ketaatannya yang akan menjadikan ide itu semakin matang, karena diasah
oleh keadaan. Sehingga saat ide itu diterapkan oleh pemimpinnya atau boleh jadi
ia sendiri yang diberi kesempatan memimpin, maka tampaklah ide itu begitu
matang dalam aplikasinya. Jadilah mukmin yang sabar dalam ketaatan yang tidak
diam dan pasrah, namun peduli dengan perusahaan/organisasi yang ada, karena itu
lebih baik dan lebih bijak.
2.
Kemampuan
Seringnya bergesekan dengan keadaan dilapangan, karena
mengikuti kepemimpinan menjadikan seseorang yang dipimpin memiliki kemampuan.
Namun bukan ketaatan buta, tanpa bisa mendasari dengan ilmunya. Karena setiap
perbuatan yang didasari dengan ilmu, maka akan menjadikan seseorang semakin
mampu, semakin maju dan semakin berkarakter. Jika tetap sabar dalam ketaatan,
maka kemampuan yang kita miliki akan semakin meningkat karena kehendak untuk
mentaati pimpinan yang begitu kuat.
3.
Kepercayaan
Semakin kita taat kepada Allah, rosul dan ulil amri
maka kita akan semakin dipercaya dalam mengemban tugas. Kataatan memang akan
mempengaruhi kepercayaan, namun tetaplah memiliki karakter kreatif dan inovatif
dalam menjalankan ketaatannya. Sehingga kemampuan mentaati akan semakin cepat,
tepat dan bermanfaat lebih dari sebelumnya. Karena mahalnya kepercayaan,
biasanya seseorang yang sekali tidak taat kepada pemimpinnya akan membuyarkan
kepercayaan sebelumnya, jadi jagalah kepercayaan dengan ketaatan yang penuh
kasih dan kesabaran.
4.
Tanggung Jawab
Sebuah ekspresi taat akan muncul karena ada sebuah
tanggung jawab penuh kepada amanahnya. Bahkan seseorang yang bertanggung jawab
namun kurang berkemampuan bisa melakukan sesuatu lebih sukses dari orang yang berkemampuan
namun kurang tanggung jawab. Dengan ketaatan yang penuh kesabaran akan
melahirkan tanggung jawab tinggi terhadap amanah yang diberikan oleh seorang
pemimpin.
Jelas
bahwa ketaatan yang dilakukan dengan sabar akan menghasilkan nilai-nilai
positif bagi pengembangan diri. Namun ingat, ketaatan
tidak perlu mematikan kreatifitas, ketaatan tidak boleh membunuh karakter baik
dan tidak boleh menurunkan bakat serta potensi yang dimiliki. Bersabarlah dalam
ketaatan, karena taat kepada Allah, Rosul dan pemimpin (ulil amri) adalah
sebuah perintah Allah. Bersabar dalam makna gigih, ulet dan pantang menyerah
dalam menjalankan ketaatan yang jelas, melaksanakan perintah dengan tulus serta
menginterpretasikan perintah dengan penuh bijak. Mari kita terus membangun diri
untuk menjadi mukmin yang taat kepada Allah, Rosul dan Ulil Amri demi
kemaslakahatan bersama.