Pages

Subscribe:

Ads 468x60px

Unborn 8.0 Yellow Pointer

Blogger news

Minggu, 09 Juni 2013


SABAR DALAM KETAATAN
Oleh : Rofiq Abidin



يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الأمْرِ مِنْكُمْ فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلا (٥٩)

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.”(QS An Nisa:59)

Sebuah contoh fenomenal dari seorang Khalid bin Walid yang dengan sabar mentaati perintah Sang Kholifah Umar Ibnu Al Khatab. Pada saat nama Khalid bin Walid lagi naik daun dikalangan ummat islam masa kekhalifahan Umar Ibnu Al Khatab, karena banyak prestasi yang diraihnya saat memimpin pasukan untuk memperluas wilayah dakwah islam. Secara tiba-tiba disaat peperangan sedang berkecamuk Umar Ibnu Al Khatab memecat Khalid bin Walid sebagai panglima perang dan diserahkan tampuk kepemimpinannya kepada Abdullah, dengan sabar iapun mentaati perintah Sang Khalifah. Ia porak porandakan pertahanan lawan, selanjutnya ia serahkan kepemimpinan kepada Abdullah dengan ikhlas, walau ia tidak tahu kenapa ia dipecat oleh Sang Khalifah. Kemudian ia tetap menjadi kesatria dalam peperangan itu, seraya berkata “wahai kaum muslimin, hari ini Khalid bin Walid berperang sebagai prajurit, bukan karena Umar, tapi karena Allah”. Selepas peperangan ia menghadap kepada Kholifah Umar Ibnu Al Khatab untuk mengkonfirmasi atas pemecatannya. Ternyata pemecatan Khalid bin Walid bukan karena buruknya prestasi, namun karena banyaknya ummat yang terlalu berlebihan memuji kepiawaiannya menorehkan prestasi demi prestasi. Karena menurut Umar bisa merusak aqidahnya kepada Allah, Umar tidak mau ummatnya banyak memuji Khalid bin Walid daripada Allah SWT. Sungguh Umar seorang pemimpin yang bijak dan Khalid bin Walid seorang yang sabat dalam taat.  Kisah singkat di atas menjadi pelajaran berharga dan uswatun khasanah bagi seorang pemimpin yang menjaga aqidah ummatnya dan bagi seorang yang mematuhi ulil amrinya.

Sabar Itu Lebih Baik
Dalam proses pendewasaan kepemimpinan, diperlukan kesabaran menerima dan manampung saran dan kritikan. Karena itu akan menjadi penyubur sekaligus pelecut kemajuan sebuah organisasi, perusahaan atau negara. Jika kita seorang pemimpin bersabarlah dengan segala kemauan bawahan dan bagi seorang bawahan bersabarlah dengan kepemimpinan yang ada. Itu akan lebih baik dan akan menjadi lebih baik lagi jika kesabaran itu tertuang dalam sebuah karya/prestasi kerja diperusahaan/organisasi. Allah menjamin melalui firmanNya (QS An Nisa:59), bahwa jika kita tetap sabar dalam ketaatan walau berselisih pendapat, maka itu lebih baik dan akan berakibat baik. Kita hanya perlu yakin dengan perintah Allah ini, kita hanya perlu sabar dengan perintah Allah ini dan kita hanya perlu mengembangkan diri dalam kepemimpinan yang ada. Jangan sampai kita hanya bisa berkomentar, namun prestasi dan karya kita tidak signifikan. kesabaran dalam ketaatan tidak bermakna diam dan pasrah dengan keadaan, namun sabar dalam taat selalu memiliki kreatifitas untuk membangun ide, mengembangkan diri dalam mewujudkan ketaatannya. Kesabaran dalam taat akan menghasilkan beberapa nilai sebagai berikut :
1.    Kematangan dalam ide
Saat dalam kepemimpinan, seorang mukmin yang taat dan interes terhadap kemajuan organisasi/perusahaan akan menyimpan sebuah ide brilian. Ide itu muncul karena kebutuhan dilapangan, ide itu ada karena seringnya memikirkan dan terbiasa bergelut dengan pekerjaannya. Seorang pemimpin perusahaan/organisasi seyogyanya bisa mendeteksi ide-ide itu dengan mengadakan syuro/musyawarah dengan bawahannya secara terbuka dan familiar. Seorang mukmin yang sabar dalam ketaatan memiliki ide fresh dan hati yang bersih untuk kemajuan, hanya perlu bersabar untuk bisa diterapkan dalam kepemimpinan yang ada. Ketaatannya yang akan menjadikan ide itu semakin matang, karena diasah oleh keadaan. Sehingga saat ide itu diterapkan oleh pemimpinnya atau boleh jadi ia sendiri yang diberi kesempatan memimpin, maka tampaklah ide itu begitu matang dalam aplikasinya. Jadilah mukmin yang sabar dalam ketaatan yang tidak diam dan pasrah, namun peduli dengan perusahaan/organisasi yang ada, karena itu lebih baik dan lebih bijak.
2.    Kemampuan
Seringnya bergesekan dengan keadaan dilapangan, karena mengikuti kepemimpinan menjadikan seseorang yang dipimpin memiliki kemampuan. Namun bukan ketaatan buta, tanpa bisa mendasari dengan ilmunya. Karena setiap perbuatan yang didasari dengan ilmu, maka akan menjadikan seseorang semakin mampu, semakin maju dan semakin berkarakter. Jika tetap sabar dalam ketaatan, maka kemampuan yang kita miliki akan semakin meningkat karena kehendak untuk mentaati pimpinan yang begitu kuat.
3.    Kepercayaan
Semakin kita taat kepada Allah, rosul dan ulil amri maka kita akan semakin dipercaya dalam mengemban tugas. Kataatan memang akan mempengaruhi kepercayaan, namun tetaplah memiliki karakter kreatif dan inovatif dalam menjalankan ketaatannya. Sehingga kemampuan mentaati akan semakin cepat, tepat dan bermanfaat lebih dari sebelumnya. Karena mahalnya kepercayaan, biasanya seseorang yang sekali tidak taat kepada pemimpinnya akan membuyarkan kepercayaan sebelumnya, jadi jagalah kepercayaan dengan ketaatan yang penuh kasih dan kesabaran.
4.    Tanggung Jawab
Sebuah ekspresi taat akan muncul karena ada sebuah tanggung jawab penuh kepada amanahnya. Bahkan seseorang yang bertanggung jawab namun kurang berkemampuan bisa melakukan sesuatu  lebih sukses dari orang yang berkemampuan namun kurang tanggung jawab. Dengan ketaatan yang penuh kesabaran akan melahirkan tanggung jawab tinggi terhadap amanah yang diberikan oleh seorang pemimpin.

Jelas bahwa ketaatan yang dilakukan dengan sabar akan menghasilkan nilai-nilai positif  bagi  pengembangan diri. Namun ingat, ketaatan tidak perlu mematikan kreatifitas, ketaatan tidak boleh membunuh karakter baik dan tidak boleh menurunkan bakat serta potensi yang dimiliki. Bersabarlah dalam ketaatan, karena taat kepada Allah, Rosul dan pemimpin (ulil amri) adalah sebuah perintah Allah. Bersabar dalam makna gigih, ulet dan pantang menyerah dalam menjalankan ketaatan yang jelas, melaksanakan perintah dengan tulus serta menginterpretasikan perintah dengan penuh bijak. Mari kita terus membangun diri untuk menjadi mukmin yang taat kepada Allah, Rosul dan Ulil Amri demi kemaslakahatan bersama.