Pages

Subscribe:

Ads 468x60px

Unborn 8.0 Yellow Pointer

Blogger news

Rabu, 20 April 2016

DIET TV UNTUK ANAK

DIET TV UNTUK ANAK

Pernahkah sesekali menghitung, berapa jam dalam sehari kita membiarkan anak-anak menghabiskan waktunya untuk menonton TV?
Penelitian UNDIP dalam menyiapkan baseline data untuk Pendidikan Media 2008, mendapati mayoritas anak-anak yang diteliti mengaku menghabiskan waktu 3-5 jam pada hari sekolah dan 4-6 jam pada hari libur untuk menonton televisi. Bahkan beberapa dari mereka secara ekstrem mengaku menonton teve 16 jam pada hari libur!

Kenapa ya, anak  suka menonton TV?
Menurut Rubin, seorang peneliti media, beberapa motivasi bagi anak dan remaja menonton televisi 


antara lain:
1. Relaksasi. Bagi banyak anak, menonton membuat mereka rileks dan santai.
2. Menjadi teman. Menonton televisi ibarat teman yang membuat  anak tidak merasa kesepian.
3. Karena kebiasaan. Saking seringnya dilakukan, menonton televisi bisa menjadi kebiasaan. Apalagi kalau tidak ada aturan menonton televisi di rumah.
4.  Menghabiskan waktu. Banyak anak yang akhirnya lari ke televisi karena tidak punya kegiatan lain yang harus dilakukan. Banyaknya waktu luang membuat mereka menonton televisi.
5.  Untuk interaksi sosial. Menonton televisi bisa menjadi kegiatan bersama dengan teman-temannya. Selain itu, menonton televisi bisa menjadi bahan obrolan yang mengasyikkan dengan teman dan sahabat.
6.  Mendapatkan informasi. Televisi dianggap dapat memberikan info mengenai hal-hal baru dan kejadian di sekeliling mereka.
7.  Seru, menarik dan semangat. Bagi banyak anak, menonton televisi itu seru, menarik dan  membangkitkan semangat.
8.  Melarikan diri (escape). Melepaskan diri dari kewajiban, keluarga atau hal yang tidak ingin dikerjakannya.
9.  Hiburan. Televisi adalah hiburan yang murah meriah, mudah didapat di mana saja.

Kenapa harus Diet?
Alasan pertama adalah, banyaknya tontonan kekerasan dan supranatural.
Hendriyani dkk (2009) menemukan bahwa program anak-anak yang tersedia mulai pukul 04.30-20.00 WIB adalah program impor yang berkategori animasi, yang temanya sebagian besar kekerasan dan supranatural. Adegan kekerasan berpotensi menbuat anak meniru kekerasan serupa. Mungkin kita masih ingat kasus seorang anak yang meninggal setelah dipelintir ketiga temannya yang meniru adegan Smackdown, beberapa waktu yang lalu.
Hati-hati juga dengan tayangan berita kriminal di televisi, hal ini dapat mengganggu pola pikir anak. Misalnya berita pembunuhan atau bunuh diri dengan memperlihatkan kondisi mayat  yang mengenaskan. Anak-anak bisa jadi terinspirasi dan meniru bentuk penyelesaian masalah yang dilihat dari televisi, tanpa mempertimbangkan dampaknya.
Sedangkan tayangan supranatural berpotensi syirik yang akan mengotori akidah anak-anak kita. Anak akan terpesona dengan kekuatan benda ghaib, tokoh jagoan dan melupakan kekuasaan Allah.
Alasan kedua banyaknya tayangan yang tidak bermutu.Sebagian besar data yang disajikan  stasiun televisi adalah data yang tidak berguna (data smog, istilah David Shenk) yang tidak akan dapat memberi manfaat untuk buah hati kita.
Ketiga, mengganggu interaksi sosial.Anak yang sudah kecanduan televisi, cenderung malas untuk  berinteraksi sosial dan menjadi pasif. Interaksi dengan teman dan keluarga digantikan dengan keasyikan menonton suguhan di layar kaca. Begitu pula kesempatan mengembangkan minat akan hilang, sebab minatnya hanya tertuju pada televisi.Hal ini tentu tidak baik terhadap  perkembangan sosial, motorik maupun emosionalnya. Anak akan lebih sulit bekerjasama dan mengendalikan emosinya.
Keempat, ’Coach Potato Problem’.Duduk berlama-lama menonton televisi menyebabkan kegiatan fisik anak-anak berkurang. Dan jika nonton dilakukan sambil ngemil, dapat timbul gangguan ’Coach Potato Problem’ atau kegemukan. Istilah ini menggambarkan postur tubuh anak yang seperti kentang duduk. Bentuk tubuh ini dapat mengganggu pengembangan motorik kasar dan motorik halusnya.
Kelima, dapat menyebabkan gangguan fisik.Pada beberapa kasus di  jepang, sejumlah film kartun atau games dengan komposisi gambar dan warna serta adegannya menimbulkan kejang-kejang pada anak. Gangguan ini muncul karena memang tayangan itu langsung berhubungan dengan mata dan saraf. Apalagi jika anak kerjanya hanya menonton televisi, hingga akhirnya kecanduan televisi.
Hati–hati jika anak :
·      Kegiatannya hanya menonton televisi, melakukan segala sesuatu sambil menonton televisi.
·      Malas bergerak.
·      Malas melakukan kegiatan lain yang dulu sangat diminati.
·      Malas berinteraksi, menarik diri dari pergaulan.
·      Selalu membicarakan segala sesuatu yang berkaitan dengan tontonannya.
·      Menjadi mudah marah dan sensitif ketika diminta berhenti menonton.
·      Belajar terganggu, malas mengerjakan PR dan sulit memusatkan perhatian.
Karena jika ada gejala-gejala di atas  berarti anak kita sudah ketergantungan dengan televisi. Hal ini tentu akan mengganggu akademisnya juga. Naudzubillah.

Nah, bagaimana caranya menerapkan diet televisi kepada anak-anak kita?
1. Mulai dari diri sendiri.
Keteladanan akan membekas pada diri anak kita. Karena kalau anak sering melihat kita menonton televisi, anak pun akan meniru kebiasaan kita.
2. Jika memungkinkan, diskusikan bahaya televisi untuk anak dengan orang-orang di rumah.
Hal ini akan menyamakan pandangan seluruh penghuni rumah tentang televisi dan lebih jauh mendukung program diet televisi. Kesamaan nilai akan mempengaruhi keberhasilan program ini. Jika kita ketat terhadap televisi, tapi yang lain tidak, program ini sulit untuk berhasil.
3. Membuat aturan menonton televisi.
Termasuk waktu menonton, jenis, tontonan dan lamanya menonton. Menonton televisi bisa dijadikan reward and punisment atas perilaku baik atau kedisiplinan anak. Misalnya boleh menonton televisi kalau sudah mandi dan makan atau belajar. Sebaliknya, jam menonton  dikurangi jika anak sulit mandi atau makan.
4. Pendampingan ketika menonton televisi.
Selain menciptakan kebersamaan, pendampingan kita untuk menonton televisi adalah kesempatan untuk mengklarifikasi hal yang tidak tepat, atau menerangkan hal yang belum jelas untuk anak.
5. Membuat sebanyak-banyaknya alternatif kegiatan.
Akan lebih mudah ketika kita membuat jadwal harian anak-anak, beserta berbagai kegiatan yang menarik, seperti bersepeda, membersihkan kamar, berkebun, memberi makan hewan peliharaan, dan lain-lain. Selain mencegah anak-anak dari menonton televisi, hal ini menyenangkan dan bernilai edukatif bagi anak.
7. Menciptakan nuansa spiritual di rumah.
Suasana spiritual yang kental akan membangun akidah dan moral anak sehingga diharapkan dapat menjadi benteng atas pengaruh televisi yang tidak baik. Kita bisa membiasakan shalat tepat waktu dengan mengajak anak, ketika adzan TV dimatikan, dan mengaji pada waktu-waktu tertentu, serta menceritakan kisah-kisah yang mengandung nilai moral dan spiritual.
Ayah, Bunda, semoga Allah memudahkan program diet televisi kita semua. Aamiin.

(tulisan dr Ariani, Parenting Islami, dengan penyesuaian)

0 komentar: