Pages

Subscribe:

Ads 468x60px

Unborn 8.0 Yellow Pointer

Blogger news

Selasa, 08 Januari 2013


SAWANG SINAWANG
Oleh : Rofiq Abidin

Mencari kepuasan dunia memang tak ada habisnya. Setelah ini tercapai, kita ingin lagi ini dan itu menjadi milik kita. Setelah jadi ini, kita ingin jadi itu. Sah- sah saja seseorang memiliki keinginan banyak, yang penting tidak menuhankan hawa nafsu. “Enak ya jadi pegawai negeri”, celoteh seorang penjual kopi kepada pembelinya. “Kata siapa enak?”, sahut pembeli yang memang pegawai negeri. “Pegawai negeri itu rezekinya sudah dibatasi segini, kalau bapak bisa lebih besar dari saya”, imbuhnya dengan nada ringan. Mendengar percakapan di warung kopi ini saya tergelitik untuk ikut nimbrung berkomentar, “Ya memang hidup ini sawang sinawang, menjadi apapun kita yang penting kita pandai mensyukurinya”. Percakapan yang mengalir tanpa beban ini banyak kita jumpai secara mudah. Tidak sedikit orang latah ingin seperti orang lain, namun melupakan bahwa senyatanya ia adalah manusia unik yang memiliki kemampuan khusus yang telah diberikan Allah. Coba renungkan, semua binatang telah dilengkapi kemampuan khusus, bahkan alat khusus untuk bertahan hidup. Apalagi kita manusia yang merupakan kholqon akhor (ciptaan terbaik) dari Sang Pencipta Allah Azza Wajalla, pastilah dilengkapi dengan peralatan tercanggih dari Sang Pencipta agar dapat survive dalam hidup. Jangan hanya sibuk memikirkan enak atau tidaknya keadaan pekerjaan kita hari ini, namun menidurkan kemampuan unik yang Allah berikan secara khusus pada kita, sehingga waktu kita habis untuk hal yang tidak produktif, bukankah Allah sudah memberikan peringatan agar mukmin itu meninggalkan perbuatan yang tiada berguna? Mari kita syukuri apa yang ada, karena dengan syukur, Allah pasti menambahkan dari yang sudah ada. Kenapa saya katakan pasti?, karena itu rumusan Al qur’an yang tak terbantahkan. Pencapaian sukses seseorang dalam pandangan kita belum tentu membuat orang selalu bahagia. Karena rasa bahagia itu seperti taman indah yang perlu dirawat, sehingga tampak selalu nyaman dipandang dan menyegarkan bathin. Tidak sedikit orang yang sukses tapi tidak bahagia, begitupun sebaliknya, orang bahagia tapi tidak sukses. Jadi sawang sinawang kepada orang sekitar itu hanyalah sekelebat keinginan untuk menjadi lebih bahagia. Maka mari fokus untuk membangun bahagia dan berusaha untuk membhagiakan orang yang kita sayangi dengan anugerah unik yang telah dibekalkan Allah kepada kita, sehingga kita tidak meng-illahkan hawahu (hawa nafsu) yang terus meminta puas dan meminta lebih. Mari renungi pesan Allah berikut ini :
“Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya dan Allah membiarkannya berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?” (QS. Al Jasiyah : 23)
Hawahu bisa menjadikan kita meninggalkan Konsep Islam “Allah Assomad” (Allah tempat bergantung). Padahal mungkin, kita ringan- ringan saja membaca ayat ini, yang sebenarnya penerapannya tidak mudah kita jalani. Pencapaian kita hari ini adalah anugerah Allah atas pilihan sikap yang kita ambil, jadi tak perlu terbawa penyesalan terlalu dalam. Namun terus tawakal dan ikhtiar adalah sikap yang akan membuat kita lebih sukses dan lebih bahagia dari yang kita sawang (pandang) dan yang kita bayangkan. 

0 komentar: