SAWANG
SINAWANG
Oleh : Rofiq Abidin
Mencari kepuasan dunia memang tak ada habisnya.
Setelah ini tercapai, kita ingin lagi ini dan itu menjadi milik kita. Setelah
jadi ini, kita ingin jadi itu. Sah- sah saja seseorang memiliki keinginan
banyak, yang penting tidak menuhankan hawa nafsu. “Enak ya jadi pegawai negeri”,
celoteh seorang penjual kopi kepada pembelinya. “Kata siapa enak?”, sahut pembeli
yang memang pegawai negeri. “Pegawai negeri itu rezekinya sudah dibatasi
segini, kalau bapak bisa lebih besar dari saya”, imbuhnya dengan nada ringan. Mendengar
percakapan di warung kopi ini saya tergelitik untuk ikut nimbrung berkomentar,
“Ya memang hidup ini sawang sinawang, menjadi apapun kita yang penting kita
pandai mensyukurinya”. Percakapan yang mengalir tanpa beban ini banyak kita
jumpai secara mudah. Tidak sedikit orang latah ingin seperti orang lain, namun
melupakan bahwa senyatanya ia adalah manusia unik yang memiliki kemampuan
khusus yang telah diberikan Allah. Coba renungkan, semua binatang telah
dilengkapi kemampuan khusus, bahkan alat khusus untuk bertahan hidup. Apalagi
kita manusia yang merupakan kholqon akhor
(ciptaan terbaik) dari Sang Pencipta Allah Azza Wajalla, pastilah
dilengkapi dengan peralatan tercanggih dari Sang Pencipta agar dapat survive
dalam hidup. Jangan hanya sibuk memikirkan enak atau tidaknya keadaan pekerjaan
kita hari ini, namun menidurkan kemampuan unik yang Allah berikan secara khusus
pada kita, sehingga waktu kita habis untuk hal yang tidak produktif, bukankah
Allah sudah memberikan peringatan agar mukmin itu meninggalkan perbuatan yang
tiada berguna? Mari kita syukuri apa yang ada, karena dengan syukur, Allah
pasti menambahkan dari yang sudah ada. Kenapa saya katakan pasti?, karena itu
rumusan Al qur’an yang tak terbantahkan. Pencapaian sukses seseorang dalam
pandangan kita belum tentu membuat orang selalu bahagia. Karena rasa bahagia
itu seperti taman indah yang perlu dirawat, sehingga tampak selalu nyaman
dipandang dan menyegarkan bathin. Tidak sedikit orang yang sukses tapi tidak
bahagia, begitupun sebaliknya, orang bahagia tapi tidak sukses. Jadi sawang
sinawang kepada orang sekitar itu hanyalah sekelebat keinginan untuk menjadi
lebih bahagia. Maka mari fokus untuk membangun bahagia dan berusaha untuk membhagiakan
orang yang kita sayangi dengan anugerah unik yang telah dibekalkan Allah kepada
kita, sehingga kita tidak meng-illahkan hawahu (hawa nafsu) yang terus meminta
puas dan meminta lebih. Mari renungi pesan Allah berikut ini :
“Maka
pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya dan
Allah membiarkannya berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati
pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka
siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat).
Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?” (QS. Al Jasiyah : 23)
Hawahu bisa menjadikan kita
meninggalkan Konsep Islam “Allah Assomad” (Allah tempat bergantung). Padahal
mungkin, kita ringan- ringan saja membaca ayat ini, yang sebenarnya
penerapannya tidak mudah kita jalani. Pencapaian kita hari ini adalah anugerah
Allah atas pilihan sikap yang kita ambil, jadi tak perlu terbawa penyesalan
terlalu dalam. Namun terus tawakal dan ikhtiar adalah sikap yang akan membuat
kita lebih sukses dan lebih bahagia dari yang kita sawang (pandang) dan yang
kita bayangkan.
0 komentar:
Posting Komentar