Pentingnya Kerja Cerdas
Barangsiapa
yang mengerjakan
amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka
sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya
akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa
yang telah mereka kerjakan. (QS. An Nahl : 97)
Hasil hari ini adalah
akibat pekerjaan kita kemarin, kondisi kita hari ini adalah akibat dari
perbuatan kita kemarin. Setiap perbuatan kita menyiratkan efek masing-masing
sesuai tujuan dan cara kita meraih tujuan itu sendiri. Boleh jadi tujuan baik,
namun cara yang kita lakukan kurang baik, atau tujuan baik namun cara kita ambil
kurang efektif
sehingga mempengaruhi kecepatan dan akurasi hasil yang kita inginkan. Semua proses yang kita
lakukan untuk mencapai tujuan kita dipengaruhi oleh cara berfikir dan cara
kerja yang kita terapkan, ini membutuhkan kecerdasan untuk memperoleh hasil
yang kita inginkan. Dalam Islam, telahpun diberikan pengarahan oleh Allah melalui
pesan-pesan Ilahiyah-Nya, coba kita hayati
firman Allah di atas (QS. An Nahl : 97), muslim yang mengerjakan amal sholeh
sedang ia dalam keadaan beriman/ yakin, maka akan diberikan dua kebaikan, yakni kehidupan yang lebih baik dan balasan yang lebih baik. Dua hal di
atas merupakan efek jika kita mengerjakan amalan dalam keadaan beriman. Janji
Allah ini adalah dengan syarat kerjanya “shaleh” dan “iman”. Shaleh bermakna benar,
lurus, tepat atau dalam bahasa sekarang “profesional”, adapun iman secara aktual bermakna yakin/optimis.
Jadi menurut saya jika kita memaknakan amal shaleh secara aktual adalah
pekerjaan yang tepat sasaran/sesuai harapan dan aturan profesional. Nah
disinilah esensi dari kerja cerdas, karena kerja yang cerdas itu tetap pada
tujuan, namun dengan waktu yang efektif dan efisien karena kita selalu mengingat “saah” (limit waktu) yang ditetapkan,
sehingga dua kebaikan
yang dijanjikan Allah akan diberikan oleh-Nya
sebagai hasil kerja
kita.
Pola Kerja Cerdas
Telah jelas bahwa
dalam mengamalkan sesuatu perlu sebuah syarat yakni shaleh dan iman agar
mendapatkan kebaikan/hasil yang kita harapkan. Dengan demikian perlu kiranya
kita mencari pola dan kemudian menerapkannya dalam kehidupan kita. Pemaknaan secara aktual ini kita
terapkan dalam dunia kerja nyata sehingga lebih aktual dalam kehidupan kita.
Dalam menerapkan kerja cerdas ini kita bisa cermati pesan Rasulullah SAW berikut ini :
“Orang yang cerdas adalah mereka yang mampu mengendalikan nafsunya
dan beramal (berbuat) untuk masa sesudah mati, Sedang orang yang lemah adalah mereka
yang mengikuti nafsunya dan berangan-angan kepada Allah.”
(HR. Ahmad)
Jika kita
menyelami hadist tersebut di atas, maka kecerdasan seseorang dapat diukur dari
pengendalian hawa nafsu (kecerdasan emosi) dan mengorientasikan semua amalan
kepada kehidupan sesudah mati (kecerdasan spiritual). Jika kita menela’ah
secara mendalam maka kita sebagai muslim telah banyak diberikan
motivasi-motivasi kerja, jadi tidak ada alasan
kita untuk malas bekerja karena kurang mood, kurang bergairah, lagi bête dan
lain sebagainya. Memang masalah datang menguji kita, namun bukan berarti kita
terus-
menerus larut dalam kedepresian kita, segeralah bangkit, karena
ada sebuah harapan dan keabadian di akhirat nanti. Berkaitan
dengan pola kerja cerdas maka dibutuhkan beberapa perangkat yang kita rangkum
dari uraian di atas, diantaranya sebagai berikut :
1.
Keimanan
Keimanan merupakan hidayah yang datang dari
Allah karena kita terus membangun keyakinan/ kepercayaan
tentang sebuah nilai kebenaran. Keimanan yang terus terjaga inilah yang dapat
menyelamatkan diri kita baik di dunia maupun di akhirat, jangan
sampai keimanan ini hempas dari jiwa kita dengan dalih pembenaran- pembenaran
pribadi kita. Kecewa, merasa Tuhan tidak adil dan prasangka yang terus negatif
terhadap ketetapan Allah ini yang kadang menjadikan kita tidak mood dalam
mengibadati-Nya. Nah bagaimana penerapan dalam dunia kerja nyata,
ialah sikap optimisme yang tinggi terhadap penyelesaian persoalan, karena
mukmin meyakini bahwa setiap soal yang datang pasti ada jawaban, karena Allah
telah mengukur kadar/ kapasitas
diri kita. Ini yang menjadikan seorang mukmin tetap teguh memikirkan bagaimana
solusi dan kerja yang paling efektif untuk masalah/ pekerjaan
yang ditangani.
2.
Kecerdasan
Emosi
Dengan bekal optimisme tinggi, maka
seorang mukmin profesional akan terus berfikir “problem solving” terhadap
pekerjaannya, sehingga
tergugahlah kecerdasan emosionalnya dengan
munculnya ide-ide kreatif, gagasan efektif dan teknis pelaksanaan yang efisien.
Inilah yang memudahkan dan meringankan pekerjaan, jika bisa kita selesaikan
dengan tepat dan waktu yang singkat, kenapa harus mengerjakan dengan waktu
lama. Pengendalian hawa nafsu (kecerdasan emosi) akan menyemangati kita
sendiri, karena hati kita terus bekerja untuk mencari pilihan-pilihan efektif,
ketidak-mood-an kita akan hilang dengan sendirinya, karena kita menikmati
indahnya kerja dengan kecerdasan emosi kita. Dalam kecerdasan emosional maka
lahirlah seni bekerja, nikmatnya menggali ide dan indahnya bekerja dengan hati.
3.
Kecerdasan
Spiritual
Penerapan kecerdasan emosional saja
tidak cukup tanpa kecerdasan spiritual, kenapa? karena
boleh jadi ide dan gagasan yang muncul dari penggalian kecerdasan emosional
bertentangan dengan nilai kejujuran, nilai kehalalan dan nilai-nilai Ilahiyah
lainnya. Dengan penerapan kecerdasan spiritual,
kita akan lebih berhati-hati namun tetap berani dalam penerapannya. Dengan
demikian muslim yang bekerja dengan cerdas adalah seorang muslim profesional
yang optimis, terus berfikir dan bekerja dengan hati serta tetap memperhatikan nilai-nilai
kejujuran.
Pentingnya
Mukmin Bekerja Cerdas
Lebih
baik kita kerja cerdas dengan hasil besar namun efektif dan efisien,
daripada hanya kerja keras dengan hasil yang standar. Banyak
hal yang kita hemat dalam kerja cerdas, diantaranya waktu, tenaga dan biaya dan
banyak hasil yang kita dapat dari kerja cerdas. Kerja cerdas bukan hanya
berfikir cerdas, tanpa aplikasi, tapi kerja keras menjalankan ide kreatifnya
dengan optimisme tinggi. Waktu dan tenaga merupakan sesuatu yang perlu kita atur sehingga kita dapat berperan dengan maksimal dengan
amanah yang diberikan kepada kita. Maka dari itu, marilah kita bekerja dengan
cerdas dalam bidang kerja masing-masing, karena Islam
mengajarkan hal tersebut, tak usah terjebak dengan sesuatu yang menjadikan kita
lemah dan perpecahan, sehingga melupakan peran kita sesungguhnya. Banyak
pilihan- pilihan
cara dalam bekerja, namun marilah kita pilih cara yang dapat menghemat waktu
dan tenaga kita dengan hasil yang optimal, ini tergantung pendayagunaan potensi
kecerdasan kita dan terampilnya langkah- langkah kita. Jadi
bagamana menurut anda, pentingkah kerja cerdas? Silahkan mengukur berdasarkan
obyektifitas anda dalam menilai sesuatu.
0 komentar:
Posting Komentar