Pages

Subscribe:

Ads 468x60px

Unborn 8.0 Yellow Pointer

Blogger news

Senin, 17 Januari 2011

PESAN ILAHIYAH


INDAHNYA MELAYANI SESAMA
“Derajat yang tertinggi adalah kemanfaatan”. Kalimat yang mengandung arti mendalam, diungkapkan oleh seorang motivator terkenal, Mario Teguh. Sayangnya dalam kehidupan ini tidak semua orang dapat memaknai kalimat tersebut. Kemanfaatan terhadap sesama adalah seberapa besar aktivitas kita sehari-hari membawa kemanfaatan bukan hanya pada diri dan keluarga namun lebih jauh lagi, kemanfaatan tersebut dapat dirasakan pula oleh orang lain, seperti diungkapkan dalam hadist Rosulullah Muhammad SAW yang artinya “Sebaik-baik manusia adalah orang yang bermanfaat untuk orang lain”. Dalam hal ini Rosululloh telah memberi contoh kepada kita dimana dalam setiap tindakan atau aktivitas, Beliau selalu melakukan hal yang membawa kemashlahatan untuk semua umat manusia. Kemanfaatan di sini dapat kita maknai dengan melayani. Ada lima poin tentang pelayanan yang akan kita kupas, yaitu :
1.  Memulai dengan hati yang ikhlas dan penuh kasih
Dalam hal bekerja pun, kita juga saling melayani, contohnya : staf melayani pimpinannya, sebaliknya pimpinan juga melayani stafnya. Jika dalam melayani, kita melaksanakannya tidak dengan hati yang penuh kasih maka akan terjadi jurang pemisah yang dalam. Demikian juga dalam kehidupan bermasyarakat, manakala dalam hal pelayanan ini ada satu pihak yang kurang ikhlas, pasti ada pihak lain yang merasa tidak diuntungkan.  Kemudian contoh berikutnya yaitu seorang penjual. Lebih penting mana menjual atau melayani? Perlu kita pahami dalam konsep penjualan ada 4 tahapan bagi pembeli yaitu, 1. Membeli (karena ingin tahu/ mencoba), 2. Membeli lagi, 3. Membeli lebih banyak dan selanjutnya 4. Membeli terus. Jika penjual memberikan pelayanan yang bagus maka pembeli tersebut akan menjadi pelanggan tetap. Sehingga kuncinya adalah melayani.
Ada satu konsep yang sangat baik yang diterapkan oleh semua utusan Allah SWT, yaitu: NOL PAMRIH. Mereka melakukan sesuatu dengan ikhlas tanpa pamrih, tanpa mengharap imbalan dari siapapun. Hanya berharap pamrih dari Sang Pencipta. Allah-pun melarang kita berharap pamrih terhadap makhluk ciptaan-Nya, hanya kepada-Nya lah kita berharap pamrih, mengharap cinta dari-Nya. Jika cinta Allah kita dapatkan maka tidak ada satupun urusan di dunia ini yang tidak dapat kita selesaikan.
Secara fitrah, Allah memberi setiap makhluknya hati yang penuh kasih. Saat seorang manusia melayani sesamanya dengan hati yang penuh kasih dan nol pamrih, maka Allah akan mengisi kekosongan itu dengan kasih-Nya. Namun saat manusia itu mengharapkan sesuatu (keduniaan), maka kehampaanlah yang ia rasakan. Dalam Firman-Nya Q.S. Al Maidah : 85 Allah SWT menyatakan “Maka Allah memberi mereka pahala terhadap perkataan yang mereka ucapkan, (yaitu) surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya, sedang mereka kekal di dalamnya. Dan itulah balasan (bagi) orang-orang yang berbuat kebaikan (yang ikhlas keimanannya)”. Kita dapat mengaplikasikan ayat tersebut dengan selalu mengucapkan kalimat, melalui lisan kita, perkataan yang baik saja. Tanpa mengeluh, mengumpat dan mencela. Begitu pula semua perilaku kita, sebaiknya kita selalu berbuat kebaikan. Sekecil apapun perbuatan baik itu pasti akan membawa manfaat untuk kita dan orang lain, yang kelak akan dihisab oleh Allah SWT.
Namun untuk berbuat kebajikan ada satu sifat yang selalu dibisikkan oleh syetan yaitu kemalasan atau yang paling terasa tipis godaan syetan itu adalah penundaan. Dalam hal ini Rosulullah bersabda “jika kamu bisa mengerjakan sore ini jangan tunda sampai besok pagi”. Ada pepatah bijak juga mengatakan bahwa rasa malas itu tidak akan membuatmu kerdil jika kamu tidak berlaku malas. Oleh karena itu rasa malas dan penundaan itulah yang menghambat kita untuk berbuat satu kebaikan. Menghambat kita memperoleh pahala dan ridho dari Allah SWT. Kita tidak tahu sampai kapan kita berada di dunia yang fana ini. Kehidupan di dunia inilah kesempatan bagi manusia untuk berbuat sebanyak-banyaknya menimbun pahala kebajikan dan lebih jauh lagi bagaimana agar pahala itu terus mengalir walaupun kita sudah wafat.
  1. Disertai dengan wajah yang teduh
Ada sebuah kisah dalam Al-Qur’an, saat Allah menegur Rosulullah dalam Surat ‘Abasa ayat 1– 11, “Dia (Muhammad) bermuka masam dan berpaling. Karena telah datang seorang buta kepadanya. Tahukah kamu barangkali ia ingin membersihkan dirinya (dari dosa). Atau dia (ingin) mendapatkan pengajaran, lalu pengajaran itu memberi manfa’at kepadanya?. Adapun orang yang merasa dirinya serba cukup. Maka kamu melayaninya. Padahal tidak ada (celaan) atasmu kalau dia tidak membersihkan diri (beriman). Dan adapun orang yang datang kepadamu dengan bersegera (untuk mendapatkan pengajaran). Sedang ia takut kepada (Allah). Maka kamu mengabaikannya. Sekali-kali jangan (demikian)! Sesungguhnya ajaran-ajaran Tuhan itu adalah suatu peringatan. Dari Surat tersebut, kita diingatkan oleh Allah bahwa dalam melayani, kita tidak boleh memandang kelas atau derajat orang.
Di sinilah makna kemanfaatan itu, saat perbuatan baik kita dirasakan manfaatnya oleh orang lain, kemudian orang itu merasa bahagia dan selanjutnya menduplikasikan perbuatan baik yang pernah kita lakukan, begitu pula seterusnya, maka insya Allah pahala kebaikan itu akan terus diberikan kepada kita. Dalam Q.S. Az Zalzalah ayat 7: ”Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya”. Disamping itu perlu juga kita waspadai tentang perkataan dan perbuatan yang jelek yang mungkin tidak kita sadari. Dalam surat Az-Zalzalah ayat 8 Allah SWT mengingatkan “Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula”.  Menyikapi hal tersebut kita dianjurkan oleh Rosulullah Muhammad SAW untuk memperbanyak amalan istighfar dalam keseharian. Mari kita perbaiki akhlak dan perilaku dengan meng-uswah pada Rosulullah.
  1. Memperjelas atau berfokus pada kebaikan orang lain
Saat kita melakukan hal yang kita anggap sebagai satu kebaikan, belum tentu hal itu juga baik menurut orang lain. Namun saat kita berfokus tindakan kita untuk kebaikan orang lain maka niscaya kebaikan itu juga bemanfaat bagi diri kita secara pribadi dan keluarga. Dalam setiap do’a kita pun diajarkan oleh Rosulullah untuk mendoakan kebaikan bagi muslim yang lain, bukan hanya untuk diri kita. Insya Allah kebaikan itu juga akan kembali kepada diri kita. Insya Allah orang yang telah merasakan manfaat atas perbuatan kita juga akan mendoakan kita.
  1. Memperbanyak kebaikan dan jumlah orang yang merasakan kebaikan kita
Dari sinilah Insya Allah akan Allah berikan kebahagiaan dalam kehidupan kita di dunia juga di akhirat. Marilah kita berlomba-lomba memperbanyak kebaikan yang kita lakukan kepada sebanyak-banyaknya orang, tentu saja dengan segenap ketulusan, sepenuh hati tanpa mengharap sanjungan dari orang lain. Dalam sebuah hadist Rosulullah yang diriwayatkan oleh Al Bukhari, “Sebaik-baik orang adalah yang paling benci jika disanjung, sehingga tanpa disanjungpun dia akan menjadi orang yang mulia”. Semoga Allah selalu memberikan kita hati yang ikhlas, memberi kesempatan pada kita semua menjadi insan kamil, manusia yang akan selalu dikenang akan perbuatan baiknya.












0 komentar: