Pages

Subscribe:

Ads 468x60px

Unborn 8.0 Yellow Pointer

Blogger news

Senin, 04 April 2011

Jejak Risalah

ZAINAB AL- GHOZALI : PEJUANG WANITA ISLAM


 Zainab al-Ghozali adalah wanita luar biasa. Tokoh asal Mesir ini begitu gigih memperjuangkan persamaan hak kaum perempuan berdasarkan keyakinannya, sesuai doktrin ajaran Islam yang benar. Oleh karenanya, sejarah mencatat Zainab lebih dikenal sebagai aktivis Islam ketimbang cendekiawan Islam.
Dia terlahir di wilayah Al-Bihira, Mesir pada 1917, dan merupakan keturunan dari kalifah kedua Islam, Umar bin Khattab dan Hasan bin Ali bin Abi Thalib.
Ketika masih berusia sangat muda, 10 tahun, Zainab al-Ghozali telah memperlihatkan kepandaian dan kelancarannya dalam berbicara di depan umum. Sepanjang hidupnya, dia lantas membentuk dirinya sebagai orang yang berhasil belajar secara otodidak. Ambisinya yang kuat dan tekadnya yang membara, membuatnya maju untuk mencapai jenjang pendidikan tinggi, di saat kaum wanita pada masa itu jarang yang mengenyam pendidikan karena dianggap tabu.

Menginjak usia remaja, Zainab aktif di organisasi Persatuan Kelompok Feminis Mesir yang dibentuk oleh Huda Al-Sharawi tahun 1923. Namun tak lama dia mengundurkan diri dari organisasi itu karena bersebarangan pendapat mengenai perjuangan menuntut kesetaraan. Dia tidak setuju dengan ide-ide sekular tentang gerakan pembebasan perempuan. Meski demikian, al-Ghozali tetap menghormati Sharawi dan menyebutnya sebagai seorang wanita yang memiliki komitmen dan keimanan yang baik. Saat usianya 18 tahun (1936), dia mendirikan Asosiasi Wanita Muslim untuk mengorganisasi kegiatan-kegiatan kaum perempuan yang sesuai norma-norma Islam dan ditujukan untuk kepentingan-kepentingan Islam. Tidak lama setelah mendirikan Asosiasi Wanita Muslim, ia langsung melakukan sejumlah aksi dan mendapatkan dukungan dari Menteri Wakaf untuk mendirikan 15 mesjid dan belasan mesjid lainnya yang dibiayai oleh masyarakat umum.

Zainab al- Ghozali adalah seorang da’i wanita yang cukup gigih dalam dakwahnya. Dalam keseharian, yang ada didalam fikirannya hanyalah bagaimana menyebarkan kebajikan dan membimbing manusia ke jalan yang benar. Dia memiliki pengetahuan yang luas dan mendalam. Al-Ghozali banyak dipengaruhi oleh pendiri Ihkwanul Muslimin, Syekh Hasan al-Banna. Ia memegang teguh pandangannya bahwa tidak ada konflik antara agama dan politik. Al-Ghozali adalah orang yang lantang mempertahankan syariah dan kerap menghadapi masalah dengan rezim Mesir pada saat itu, Presiden Gamal Abdul Naser. Dia mengalami hidup yang penuh siksaan dalam tahanan rezim itu.
Meremang bulu roma saat mendengar kisahnya. Meski demikian, keyakinannya akan pertolongan Allah Swt, kenikmatan iman yang dirasakannya, serta tekad yang membaja membuat ia terus bersabar.
Berikut adalah cerita pengalaman beliau sepanjang berada di dalam penjara :
“Sebuah pintu ruangan yang sangat gelap dibuka, lalu aku dimasukkan ke dalamnya. Dan ketika ruangan itu telah menelan diriku, aku mengucapkan, “Bismillah As-salamu’alaikum.” Kemudian, pintu itu ditutup kembali. Setelah itu, lampu yang sangat terang dinyalakan dengan tiba-tiba. Ini dimaksudkan untuk menyiksa diriku. Ruangan itu dipenuhi oleh beberapa anjing. Aku tidak mengetahui berapa jumlahnya. Aku pejamkan kedua mataku dan aku letakkan kedua tanganku didadaku, karena ketakutan yang mencekam. Lalu aku dengar suara pintu dikunci dengan rantai dan gembok besar. Anjing-anjing itu terus menyerangku dan mengigit sekujur tubuhku, kepalaku, kedua tanganku, dadaku, punggungku dan di seluruh bagian tubuhku kurasakan tusukan taring-taring anjing. Sakit sekali. Tatkala aku mencuba membuka mata untuk melihat, maka dengan segera kupejamkan kembali karena ketakutan yang sangat. Lalu kuletakkan kedua tanganku di bawah kedua ketiakku, sambil menyebut asma-asma Allah Swt. (Asmaul Husna), mulai dari kata, “Ya Allah, Ya Allah…” Satu per satu nama agung Allah kubaca. Sementara anjing-anjing tiada berhenti mengigit tubuhku. Tusukkan taringnya kurasakan di kepalaku, pundakku, punggungku, dadaku, dan disekujur tubuhku.
Saat itu saya berdo’a kepada Allah swt. dengan mengatakan, “Ya Allah sibukkanlah aku dengan (mengingat)-Mu, hingga melupakan selain-Mu. Sibukkanlah aku dengan (mengingat)-Mu, wahai Tuhanku. Wahai zat yang Maha Esa, wahai zat yang menjadi tempat bergantung. Bawalah aku dari alam kasar (dunia) ini. Sibukkanlah aku agar tidak mengingat seluruh hal selain-Mu. Sibukkanlah aku dengan (mengingat)-Mu, bawalah aku di hadirat-Mu. Berilah aku ketenangan yang sempurna dari-Mu. Liputilah aku dengan pakaian kecintaan-Mu. Berikanlah kepadaku rezeki mati syahid dijalan-Mu. Karunikanlah kepadaku kecintaan yang tulus kepada-Mu, keridhaan pada (ketentuan)-Mu dan Ya Allah, teguhkanlah diriku, sebagaimana keteguhan yang dimiliki oleh para ahli tauhid ya Allah!”
Doa tersebut kuucapkan, sementara binatang-binatang buas itu tidak berhenti menusukkan taringnya disekujur tubuhku. Detik demi detik, menit demi menit dan jam demi jam pun berlalu. Tiba-tiba pintu ruanganku terbuka, lalu aku dikeluarkan dari kamar. Aku membayangkan, bahwa pakaian putih yang kukenakan telah berlumuran darah. Itulah yang saya rasakan dan bayangkan bahwa anjing-anjing itu benar-benar telah mengigitku. Akan tetapi, betapa terkejutnya aku. Seolah-olah pakaianku tidak terkena sesuatu apapun, dan seolah-olah tiada satu pun taring yang menembus tubuhku. Mahasuci Engkau ya, Allah. Para penjaga penjara heran ketika mengetahui bahwa anjing-anjing tidak merobek-robek tubuhku.”

Penjara dan siksaan, ternyata tidak pernah mematahkan tekadnya bahkan membuatnya lebih kuat. Zainab al-Ghozali kembali ke Rahmatullah pada Hari Rabu 3 Agustus 2005 di kala umur beliau 88 tahun. Ternyata umur yang panjang yang dianugerahkan Allah pada beliau telah digunakan tanpa sia-sia sedikitpun, semuanya dikorbankan demi menegakkan agama Allah yang mulia. Zainab al-Ghozali meninggalkan warisan berupa perjuangan membela Islam dan reputasinya sebagai aktivis perempuan yang tanpa ragu melawan sekularisme dan liberalisme dan menggantikannya dengan nilai-nilai Islam. Beliau menjadi bukti kukuh bahwa sebenarnya Islam mampu membina wanita yang berjuang untuk Islam. Jadi tidaklah salah jika kita menggelarinya sebagai Ummul Mujahidah pada masa kini. Semoga Allah mengucurkan rahmat yang melimpah ruah kepada beliau dan menempatkan beliau di kalangan para siddiqin, amilin dan mujahidin. Amin. (dari berbagai sumber)










0 komentar: