Pages

Subscribe:

Ads 468x60px

Unborn 8.0 Yellow Pointer

Blogger news

Jumat, 04 November 2011

At Tarbiyah

Empty Nest Syndrome : 
Ketika Anak- Anak Sudah Meninggalkan Rumah

 Semua orang tua pasti pernah merasakan indahnya berbagi masa dengan anak-anak mereka. Celoteh riang, tingkah yang lucu, bahkan jeritan dan tangisanpun terasa bagaikan hiasan terindah bagi rumah keluarga. Anak-anak terus tumbuh dengan berbagai kepandaian dan kebutuhan yang khas untuk tahapan usianya. Semua itu membuat orang tua merasa menjadi induk burung, yang selalu merindukan sarang penuh anak-anak mungil yang membutuhkannya. Indah sekali masa-masa itu….

Namun waktu tak pernah berhenti merangkak.. Anak-anak burung itu beranjak dewasa, belajar mengepakkan sayap, lalu sedikit demi sedikit terbang menjauh dari sarang untuk perjuangkan kehidupannya sendiri.
Sang induk kehilangan ciap dari paruh-paruh mungil yang merindukannya. Ketika ia pulang dengan makanan yang ditemukannya, hanya keheningan yang ia temui di sarang itu. Dingin dan sepi. Selanjutnya ia tak lagi merasa perlu pergi mencari makanan, lalu ia tak lagi merasa perlu terbang, dan pada akhirnya.. ia merasa tak lagi perlu mempertahankan hidupnya.

Apa yang dialami induk burung itu sama seperti yang dialami oleh para wanita usia lanjut. Ketika tuntas sudah tugas membesarkan anak-anaknya, dan tuntutan kehidupan membawa anak-anak itu menjauh dari pelukan, “Sindroma Sarang Kosong” (Empty nest syndrome) datang mengisi senja di kehidupan mereka.

Empty-nest syndrome adalah istilah yang diberikan terhadap kondisi psikologis tertentu yang bisa mempengaruhi seorang perempuan ketika anak-anaknya mulai meninggalkan rumah.
Sindrom ini merujuk pada perasaan depresi, sedih atau kesedihan yang dialami oleh orangtua ketika anak-anak yang diasuhnya sudah beranjak dewasa dan akan meninggalkan rumah.
Kondisi ini biasanya terjadi ketika anak akan memasuki kuliah atau menikah. Sindrom ini lebih memungkinkan terjadi pada perempuan dibandingkan laki-laki.
Meski demikian bukan berarti kaum laki-laki tidak mengalami hal ini, perasaan ini bisa saja muncul tapi tidak separah pada kaum perempuan. Kemungkinan perempuan lebih sering mengalami karena dipengaruhi juga oleh faktor menopaus yang oleh sebagian wanita diyakini sebagai akhir segalanya.

Empty-nest Syndrome biasanya disertai dengan beberapa gejala:
1.  Merasa dirinya sudah tidak bermanfaat lagi dan hidupnya telah berakhir.
2.  Menangis secara berlebihan.
3.  Merasa begitu sedih sehingga tidak mau lagi bergaul dengan teman-temannya atau bekerja kembali.

Adalah reaksi yang normal apabila sesekali mereka duduk di kamar si kecil yang kini kosong, memandangi ‘harta benda’ berupa poster-poster di dinding, dan mengambil sehelai kaus lusuh dari lemari untuk sekedar mengobati kerinduan akan masa-masa di mana mereka begitu dibutuhkan. Namun bila semua itu sampai membuat mereka menangis tanpa henti, kehilangan minat untuk melakukan hobi, menarik diri dari pergaulan sosial, merasa bahwa hidup tak lagi berharga, dan sebagainya, maka ‘alarm’ tanda bahaya telah berbunyi.

Sebelum jatuh lebih dalam, banyak yang dapat dilakukan, antara lain:
·         Memandang situasi ini sebagai anugerah, bahwa anak-anak yang telah dibesarkan dengan baik itu sudah mulai mampu menjaga diri sendiri.
·         Kembali memandang diri sebagai sosok unik, yang kebutuhan-kebutuhannya juga harus dipenuhi. (Pada umumnya, mereka tak dapat berhenti berpikir dan bertindak sebagai ibu yang hanya boleh memperhatikan dan memenuhi kebutuhan anak-anaknya).

·         Carilah pekerjaan

Bagi mereka yang menghentikan dunia kerja untuk sementara karena ingin merawat putra - putrinya, sebuah pekerjaan baru bisa membantu Anda mengisi kekosongan hari - hari Anda. Anda mungkin saja memang tidak butuh uangnya, tapi Anda bisa mengambil keuntungan dari dorongan dan tugas - tugas baru yang Anda temui.

·         Ambillah tantangan

Akan ada kekosongan, jadi berusahalah mengisinya. Apa yang ingin Anda lakukan? Berfikirlah ke saat saat dimana Anda belum memiliki anak. Raihlah sesuatu yang Anda sukai sekali lagi. Jadilah penjelajah dan belajar keahlian baru. Jangan lakukan karena Anda harus melakukannya, tapi karena Anda ingin melakukannya.

·         Habiskan waktu dengan pasangan Anda

Sangat mudah untuk kehilangan sentuhan ketika anak Anda tumbuh dewasa. Bersikaplah seperti ketika awal- awal menikah. Buatlah jalan baru untuk hubungan Anda. Pergilah ke tempat - tempat yang selama ini ingin Anda kunjungi.

·         Menjadi sukarelawan

Sekarang Anda sudah membantu anak - anak, saatnya membantu yang lain juga. Menjadi sukarelawan akan menghubungkan Anda dengan dunia sepenuhnya dan memberi Anda tujuan. Banyak organisasi disekitar kota Anda yang bisa menggunakan keahlian Anda.

·         Temukan proyek untuk dikerjakan

Pasti ada sesuatu dirumah yang sangat ingin Anda lakukan beberapa tahun belakangan ini. Seperti menanam di kebun, membangun sebuah dek, atau mengecat satu atau dua ruangan dirumah. Setelah anak - anak tidak berada dirumah, adalah saat yang tepat untuk memulainya.

·         Habiskan waktu dengan teman - teman

Panggilah teman - teman Anda yang sedang mengalami sindrom yang sama dan bersenang - senanglah. Habiskan seharian di spa, makan siang, atau hanya sekedar bersama - sama dan memulai klub membaca. Anda mempunyai waktu, jadi isilah dengan canda tawa dan persahabatan. 
·      Kembali melakukan hobi yang selama ini tak sempat lagi tersentuh.

Masih banyak lagi yang dapat dilakukan, namun bila semua itu tak mampu membendung kesedihan yang terus menggelayut, carilah bantuan, agar tak terjadi gangguan serius yang sulit ditangani. Hidup tidak berakhir ketika anak - anak pergi. Temukan hal - hal baru mengenai diri Anda yang bisa memberikan hidup yang lebih penuh dan kaya. Ayo Ibu, jangan tunda lagi, karena hidup Anda begitu berharga!    (erin)


0 komentar: