Tunjukkan Kasih Sayang
Sebelum Terlambat
Ketika ia sedang memilih roti yang
hendak dibelinya, matanya tertarik mengamati seorang anak kecil berusia
kira-kira sepuluh tahun yang sedang memilih bunga di toko sebelah. Anak kecil
ini terlihat sedang tawar menawar harga bunga dengan pelayan toko tersebut. "Mbak,
harga bunga ini berapa?" tanyanya kepada pelayan toko. "Lima puluh
ribu rupiah", jawab sang pelayan. Kemudian ia memilih bunga yang lain dan
bertanya kembali, "Kalau bunga yang ini berapa?". "Ini lebih
mahal lagi, seratus lima puluh ribu rupiah!" jawab sang pelayan.
"Kalau yang ini berapa?" tanyanya sambil menunjukkan bunga yang lebih
bagus lagi. "Ini harganya dua ratus lima puluh ribu, nak!" jawab sang
pelayan.
Anak ini terlihat bingung karena harga
bunganya bertambah tinggi, sementara ia tidak menyadari bahwa bunga yang ia
tunjuk itu bunga yang paling bagus. Dengan sedih ia bertanya, "Adakah
bunga yang harganya lima ribu?" Anak ini ternyata hanya memiliki uang lima
ribu rupiah walau keinginannya untuk mendapatkan bunga itu sangat besar. Belum
sempat pelayan toko itu menjawab, pengusaha muda ini segera bertanya kepada
sang anak, "Nak, kamu mau beli bunga buat siapa?" Kemudian anak ini
menjawab, "Saya mau beli bunga buat ibu, karena hari ini ibu ulang
tahun!" Pengusaha muda ini tersentak, dalam hatinya ia berkata, "Wah,
mati aku, aku lupa! Bukankah hari ini juga hari kelahiran isteriku. Aku belum
mengucapkan selamat ulang tahun kepadanya. Kalau sampai aku lupa, ia bisa
marah!" Segera ia berkata kepada pelayan toko, "Mbak, saya beli bunga
ini. Saya beli dua ikat. Satunya buat anak ini. Tolong nanti antar bunga ini ke
alamat rumah saya," katanya sambil memberikan kartu namanya. Kemudian
pengusaha muda itu memberikan bunga tersebut kepada sang anak dan mengucapkan
terima kasih sudah mengingatkannya bahwa hari ini ternyata isterinya juga
berulang tahun. Anak itu kemudian pergi. Pengusaha ini segera bergegas ke
mobilnya dan melanjutkan perjalanan ke kantor.
Ketika ia sedang mengendarai mobil, ia
melewati anak kecil tadi sedang berjalan. Iapun berhenti dan bertanya apakah ia
satu jurusan dengannya. Anak kecil itu mengiyakan dan kemudian masuk ke dalam
mobilnya. Sampai di suatu tempat yang agak sepi anak ini minta turun. Pengusaha
muda tersebut heran melihat anak kecil ini masuk melewati sebuah lorong kecil. Karena
penasaran, ia mengikuti sang anak dari belakang. Betapa terkejutnya ia ketika
melihat anak kecil ini menaruh bunganya di sebuah gundukan tanah kuning yang
masih basah. Kemudian ia bertanya, "Nak, ini kuburan siapa?" Anak
kecil itu kemudian menjawab, "Oom, hari ini ibu ulang tahun. Tetapi
sayang, ibu baru saja meninggal dua hari yang lalu. Oleh sebab itu saya datang
ke tempat ini untuk membawakan ibu bunga dan mengucapkan selamat ulang
tahun."
Pengusaha muda begitu tersentak dengan
perkataan anak ini. "Apakah isteriku masih hidup saat ini?" tanyanya
dalam hati.
Segeralah ia berlari masuk ke mobil,
mengendarainya dengan kecepatan tinggi dan bergegas menuju ke toko bunga tadi.
Dengan terengah-engah ia berkata kepada pelayan toko, "Mana bunga yang
tadi saya beli? Bunganya tidak usah dikirim, biar saya saja yang langsung
memberikannya ke tangan isteri saya." Dengan cepat ia menyambar bunga
tersebut dan menyetir pulang. Sampai di rumah, ia segera berlari mendapatkan
isterinya. "Subhanallah! Isteriku masih hidup!" Sambil memberikan
bunga ia berkata, "Isteriku, selamat ulang tahun ya!". Ia mengucap
syukur kepada Allah. Sambil menangis ia berkata, "Terima kasih, ya Allah.
Engkau masih memberikan kesempatan kedua kepadaku."
Banyak di antara kita terlalu sibuk
dengan aktivitas sehari- hari. Aktivitas dan rutinitas ternyata sudah
'membunuh' perhatian dan momen- momen penting yang harus dinikmati bersama
orang- orang yang kita kasihi; orang tua, suami, isteri, anak-anak, dan
saudara-saudara kita. Demi mengejar karier, uang dan jabatan bahkan dakwah
banyak orang melupakan keluarga. Seorang businessman hanya berpikir bahwa
memenuhi kebutuhan materi isteri dan anak-anak sudah membuatnya merasa menjadi
ayah yang baik. Seorang pendakwah berpikir bahwa dengan sibuk dalam berdakwah
dan dikenal di mana- mana sudah membuatnya merasa menjadi orang yang benar di
dalam keluarganya. Kita tidak sadar, kita sudah salah jika berpikir demikian.
Hari ini, kalau kita masih diberi
kesempatan untuk hidup semua karena kasih sayang Sang Khalik. Oleh sebab itu,
jangan tunggu sampai besok untuk menunjukkan kasih dan sayang kita kepada
orang- orang di sekitar kita, terutama orang- orang yang paling dekat dengan
kita. Jangan tunggu mereka tiada kita baru menyadarinya. Jangan tunggu sampai besok!
Karena kita tidak tahu apa yang akan terjadi dengan hari esok. Jika kita masih
hidup pada hari ini berarti ini kesempatan kedua buat kita. Ambil kesempatan
kedua yang Allah anugrahkan buat kita hari ini..
0 komentar:
Posting Komentar