Pages

Subscribe:

Ads 468x60px

Unborn 8.0 Yellow Pointer

Blogger news

Rabu, 09 Maret 2016

BERSYUKUR, Syarat dan Ketentuan Berlaku?




BERSYUKUR, Syarat dan Ketentuan Berlaku?
Oleh : Eri Rindaningsih
 
Kejadian yang pernah saya saksikan ini sepertinya awet terekam dalam memori saya. Seorang pengemis mendatangi rumah, serta merta keponakan kecil saya, usia sekitar 4 tahunan masuk ke rumah lalu keluar lagi untuk memberikan uang receh kepada pengemis tersebut. Tak disangka, tiba-tiba bapak pengemis itu melempar, tepatnya membuang uang koin pemberian si kecil, dan dengan wajah sedikit sinis tanpa ucapan terima kasih ia pun berlalu pergi. Keponakan hanya terdiam heran dan dengan sedih mendatangi saya. Usut punya usut ternyata yang diberikan oleh keponakan saya adalah uang koin 100 perak (kebetulan keponakan belum mengerti nilai uang).
Ada cerita lain lagi. Saat diadakan doorprize di acara jalan sehat memperingati Hari Kemerdekaan RI, tetangga membeli kupon jalan sehat itu lumayan banyak. Ketika pengundian kupon doorprize tiba, tetangga ini mendapatkan doorprize sebuah pitcher (teko) dan beberapa bungkus mie instan. Saat menerimanya, wajahnya sama sekali tidak menunjukkan kegembiraan bahkan terkesan kecewa. Ternyata dengan membeli banyak kupon dia berharap bisa mendapat hadiah utama berupa sepeda lipat maupun sepeda motor. Apa yang dia dapat jauh dari harapannya. Hmmm….

Dua kejadian tersebut akhirnya sempat mengusik tanya, apakah rasa syukur itu mempersyaratkan batas minimal? Kita baru bisa dan layak bersyukur jika… kita mendapatkan hadiah 10 juta, bukan 10 ribu misalnya; atau kita mendapatkan pasangan seorang pengusaha kaya, bukan seorang karyawan biasa. Kita sontak sujud syukur saat naik jabatan, namun cuek-cuek saja saat putri kecil kita sepulang mengaji unjuk kebolehan hafalan surat pertamanya.
Kita seringkali mudah berucap syukur berkaitan dengan nikmat- nikmat yang buat kita bernilai besar, yang sangat kita hajatkan dalam doa- doa kita, seperti mendapatkan pekerjaan yang kita idamkan, memenangkan tender besar, lulus sekolah, saat menikah, pertama kali tahu bahwa kita hamil, dst. Kita bisa langsung bersujud, bahkan berurai air mata haru… Namun, untuk beragam nikmat yang (menurut kita) kecil, remeh, kita seakan terlupa untuk bersyukur. Padahal begitu banyak nikmat yang telah dianugerahkan kepada kita namun kita seringkali tidak menyadarinya.
Hari ini kita bangun pagi dan masih menjumpai orang-orang yang kita sayangi di dekat kita…
Kita masih bisa makan dan minum dengan enak hari ini…
Kita bisa mengobrol dan bercanda dengan teman- teman…
Kita berangkat dan pulang dari kantor dengan selamat…
Dan tentu masih sangat banyak nikmat-nikmat dari Allah SWT buat kita yang tidak terhitung.
Mungkin bagi kita nikmat- nikmat tersebut adalah hal rutin yang memang wajar kita dapatkan, jadi terkesan biasa saja. Kita baru menyadari itu sebagai nikmat yang luar biasa jika kita sudah kehilangannya. Kesehatan baru kita sadari sebagai nikmat yang luar biasa saat kita sakit. Senyum dan guyonan seorang sahabat akan sangat kita rindukan saat dia telah meninggalkan kita.


Semoga rasa syukur tak pernah lepas dalam setiap langkah kita, setiap denyut jantung kita. Ya Allah, jadikanlah kami hamba-hambaMu yang pandai bersyukur…

0 komentar: