BERSYUKUR, Syarat dan Ketentuan Berlaku?
Oleh : Eri Rindaningsih
Kejadian yang pernah saya saksikan ini
sepertinya awet terekam dalam memori saya. Seorang pengemis mendatangi rumah,
serta merta keponakan kecil saya, usia sekitar 4 tahunan masuk ke rumah lalu
keluar lagi untuk memberikan uang receh kepada pengemis tersebut. Tak disangka,
tiba-tiba bapak pengemis itu melempar, tepatnya membuang uang koin pemberian si
kecil, dan dengan wajah sedikit sinis tanpa ucapan terima kasih ia pun berlalu
pergi. Keponakan hanya terdiam heran dan dengan sedih mendatangi saya. Usut punya
usut ternyata yang diberikan oleh keponakan saya adalah uang koin 100 perak
(kebetulan keponakan belum mengerti nilai uang).
Ada cerita lain lagi. Saat diadakan
doorprize di acara jalan sehat memperingati Hari Kemerdekaan RI, tetangga
membeli kupon jalan sehat itu lumayan banyak. Ketika pengundian kupon doorprize
tiba, tetangga ini mendapatkan doorprize sebuah pitcher (teko) dan beberapa
bungkus mie instan. Saat menerimanya, wajahnya sama sekali tidak menunjukkan
kegembiraan bahkan terkesan kecewa. Ternyata dengan membeli banyak kupon dia
berharap bisa mendapat hadiah utama berupa sepeda lipat maupun sepeda motor.
Apa yang dia dapat jauh dari harapannya. Hmmm….
Dua kejadian tersebut akhirnya sempat
mengusik tanya, apakah rasa syukur itu mempersyaratkan batas minimal? Kita baru
bisa dan layak bersyukur jika… kita mendapatkan hadiah 10 juta, bukan 10 ribu
misalnya; atau kita mendapatkan pasangan seorang pengusaha kaya, bukan seorang
karyawan biasa. Kita sontak sujud syukur saat naik jabatan, namun cuek-cuek
saja saat putri kecil kita sepulang mengaji unjuk kebolehan hafalan surat
pertamanya.
Kita seringkali mudah berucap syukur
berkaitan dengan nikmat- nikmat yang buat kita bernilai besar, yang sangat kita
hajatkan dalam doa- doa kita, seperti mendapatkan pekerjaan yang kita idamkan,
memenangkan tender besar, lulus sekolah, saat menikah, pertama kali tahu bahwa
kita hamil, dst. Kita bisa langsung bersujud, bahkan berurai air mata haru…
Namun, untuk beragam nikmat yang (menurut kita) kecil, remeh, kita seakan
terlupa untuk bersyukur. Padahal begitu banyak nikmat yang telah dianugerahkan
kepada kita namun kita seringkali tidak menyadarinya.
Hari ini kita bangun pagi dan masih
menjumpai orang-orang yang kita sayangi di dekat kita…
Kita masih bisa makan dan minum dengan
enak hari ini…
Kita bisa mengobrol dan bercanda
dengan teman- teman…
Kita berangkat dan pulang dari kantor
dengan selamat…
Dan tentu masih sangat banyak
nikmat-nikmat dari Allah SWT buat kita yang tidak terhitung.
Mungkin bagi
kita nikmat- nikmat tersebut adalah hal rutin yang memang wajar kita dapatkan,
jadi terkesan biasa saja. Kita baru menyadari itu sebagai nikmat yang luar
biasa jika kita sudah kehilangannya. Kesehatan baru kita sadari sebagai nikmat
yang luar biasa saat kita sakit. Senyum dan guyonan seorang sahabat akan sangat
kita rindukan saat dia telah meninggalkan kita.
Semoga rasa syukur tak pernah lepas
dalam setiap langkah kita, setiap denyut jantung kita. Ya Allah, jadikanlah
kami hamba-hambaMu yang pandai bersyukur…
0 komentar:
Posting Komentar