Pages

Subscribe:

Ads 468x60px

Unborn 8.0 Yellow Pointer

Blogger news

Kamis, 25 Agustus 2011

At Tarbiyah



 Mendeteksi Stres pada Anak
Anak stres, apa yang normal dan apa yang tidak? Pada tingkat tertentu, stres adalah normal dan sehat untuk anak-anak. Bahkan, secara resmi disebut “eustress”, merupakan stres yang sehat atau stres yang memberikan perasaan positif. Anak yang mengalami stres ini, sering merupakan hasil dari mencoba hal-hal baru, menjaga sebuah hubungan dan rutinitas sehari-hari. Eustress mendorong anak-anak maju dan memberi mereka rasa kepuasan. Jadi tidak khawatir tentang eustress.
Sedangkan distress perlu diperhatikan. Ini terjadi ketika seorang anak tidak mampu beradaptasi atau menjadi kewalahan dengan situasi kehidupan atau responsibilitas. Distress biasanya memiliki implikasi negatif bagi anak-anak dan perlu ditangani lebih awal. Bahkan stres dapat mempengaruhi anak secara emosional, perilaku dan fisik.

Dikutip dari GalTime, beberapa ciri khas perilaku yang dapat mendeteksi anak stres:
  1. Peningkatan agresi
  2. Mengisolasi dari keluarga dan teman-teman
  3. Sering menangis dalam jangka waktu panjang
  4. Mendadak mengompol
  5. Perubahan kebiasaan makan dan tidur
  6. Sering tantrum
  7. Gugup atau gelisah
  8. Perut nyeri, sakit kepala atau keluhan fisik lainnya
  9. Masalah di sekolah
  10. Cemas
Perlu diingat, semua anak mungkin mengalami beberapa perilaku tersebut pada titik yang berbeda, dalam perkembangan mereka. Biarkan anak-anak tahu bahwa stres itu dialami oleh semua orang dan bahwa perasaan cemas, marah dan kesepian adalah normal.
Jika perilaku ini masih tetap dan menyebabkan kecemasan yang signifikan, misalnya akibat masalah di sekolah, ada baiknya menghubungi pihak sekolah, psikolog anak atau seorang konselor profesional.
Beberapa petunjuk untuk meminimalkan anak stres dalam kehidupan mereka :
  1. Jangan meremehkan waktu tidur dan pemberian gizi. Jangan kurang dari 8 jam tidur setiap malam. Kurangi gula dan kafein.
  2. Bicara, bicara, dan bicara. Atur waktu teratur mengobrol dengan anak soal teman-temannya, sekolah dan keluarga. Bahkan jika Anda tidak setuju dengan pikiran dan perasaan mereka, cukuplah menjadi pendengar. Inti utama dari obrolan adalah mengeluarkan perasaan anak yang mungkin tidak terungkapkan. Bila tidak, maka ini adalah sumber utama stres.
  3. Perbolehkan anak melakukan aktivitas fisik. Masuk dalam sebuah tim olahraga atau bersepeda dan berjalan adalah suatu keharusan untuk keberhasilan pengelolaan stres.
  4. Persiapkan anak untuk situasi stres. Misalnya, persiapkan anak untuk menanti hari masuk sekolah setelah liburan panjang dengan mengajak mereka membeli buku baru dll.
  5. Jangan berlebihan dalam memberikan anak berbagai kegiatan. Anak-anak juga membutuhkan waktu untuk bersantai, menikmati waktu bermain. Ini dapat menghindari stres anak.
  6. Ingat bahwa kita tidak bisa sepenuhnya melindungi anak dari stres. Membantu anak stres ketika mereka mengalami kesulitan adalah hadiah yang luar biasa untuk mengurangi beban mereka.
Kuis sederhana berikut ini bisa membantu orang tua mendeteksi kemungkinan stres pada anak- anaknya.  

Beri tanda yang sesuai dengan anak Anda

Kurang berenergi
Daya konsentrasi kurang
Tangan sering berkeringat
Tiba-tiba hiperaktif ekstrem
Sering marah-marah sendiri
Sering berkelahi
Mudah putus asa/frustasi
Mengatakan hal buruk tentang diri sendiri
Sering mengeluh sakit kepala
Perubahan berat badan
Gangguan tidur (pola tidur berubah)
Sulit berkonsentrasi
Mudah panik
Tidak menurut kata orang tua
Kurang responsif
Super sensitif
Cepat Cemas
Perubahan nafsu/kebiasaan makan
Berubah dalam penampilan
Kepribadian berubah
Sikap menolak otoritas
Nilai-nilai pelajaran menurun
Penyimpangan tingkah laku dari biasanya
Sering menangis tanpa sebab

SCORING
Jika yang ditandai:
- 20 butir - Anak Anda sedang stres berat
- Antara 13-20 butir - Anak Anda sedang stres
- Antara 5-12 butir - Anak Anda mulai stres
- <5 butir - Anak Anda sedang aman
(Sumber: Buku Raising Drug-Free Children oleh Veronica Colondam)


0 komentar: